MENGHADAPI KETIDAKADILAN DENGAN BIJAK (Matius 26:57-68)
Tema kita: Menghadapi Ketidakadilan dengan Bijak. Sepanjang hidup kita, bisa jadi kita pernah merasa mengalami ketidakadilan. Bukan hanya hal – hal yang besar seperti ketidakadilan hukum, ketidakadilan sosial, ketidakadilan secara politik, tapi juga hal – hal dalam keseharian, misalnya di dalam keluarga, seorang anak merasa orang tuanya tidak adil, lebih sayang ke adik yang bungsu. Padahal setiap orang tua pasti sayang semua anak. Nah bagaimanakah kita menghadapi hal – hal yang kita anggap sebagai ketidakadilan bagi diri kita? Mari kita belajar dari Yesus. Yesus diadili di Mahkamah Agama. Mahkamah Agama adalah dewan tertinggi di Yerusalem untuk urusan agama dan segala hal yang berhubungan dengan orang Yahudi. Mahkamah Agama berjumlah 70 orang dan dipimpin seorang Imam Besar, masa itu adalah Kayafas. Mahkamah Agama beranggotakan Imam – imam kepala dan tua – tua bangsa Yahudi. Apa yang terjadi saat pengadilan Yesus? Di Istana Kayafas yang seharusnya menjadi tempat keadilan dan kebenaran dinyatakan, tempat perlindungan bagi orang-orang yang lemah dan tertindas ternyata telah berubah menjadi singgasana kelaliman.
Yesus yang telah ditangkap di bawah ke situ. Imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus. Mereka bahkan menyiapkan banyak saksi dusta. Mereka memfitnah Yesus. Mereka memutarbalikan ajaran dan perkataan Yesus. Tapi Yesus tidak membuka mulut untuk menjawab atau membantah atau membela diri dari setiap dakwaan yang dituduhkan kepada-Nya. Yesus diam bukan karena Ia tak berdaya. Tapi karena Ia mengasihi kita. Yesus memilih taat dan setia pada misi BapaNya. Ketika Yesus menjawab dengan menyatakan siapa diriNya, bahwa Anak manusia akan duduk disebelah kanan Bapa yang Maha Kuasa, maka Kayafas mengoyakkan pakaiannya. Kayafas menyimpulkan: Yesus menghujat Allah lalu seluruh Mahkamah Agama menjatuhkan keputusan itu : Ia harus dihukum mati. Petrus yang sudah malarikan diri, ikut serta dari jauh lalu masuk dan duduk diantara para pengawal. Petrus mendengar dan mengikuti proses pengadilan dan pengambilan keputusan. Tapi Petrus tidak dapat berbuat apa – apa. Keputusan itu lalu mengesahkan apapun yang dilakukan orang terhadap Yesus. MukaNya diludahi dan ditinju. Ia dipukul dan orang banyak mengolok – olok Dia.
Sehubungan dengan tema kita, apa sikap bijak Yesus yang jadi pelajaran iman untuk kita hari ini? Pertama, Yesus diam bukan karena tidak mampu atau tidak mau membela kebenaran. Yesus tidak mempertahankan kebenaran pribadi karena melakukan kehendak Bapa. Yesus taat menggenapi rencana penyelamatan Allah bagi dunia. Jadi kehendak Bapa lebih utama daripada keinginan dan kepentingan pribadi. Untuk itulah Yesus rela mengosongkan diri dan menjadi manusia. Adakah kita juga dalam hidup, kerja dan pelayanan kita memikirkan dan mengutamakan kehendak Tuhan? Ataukah kita mempertahankan harga diri, ambisi pribadi dan kepentingan diri sendiri lebih utama dari kehendak Tuhan? Kedua, Yesus tidak berdebat, juga tidak terpancing dengan prilaku orang – orang yang dirasuki kebencian kepadaNya. Ini pesan penting untuk kita sebab seringkali kita begitu mudah terpancing untuk membalas dendam, untuk membela diri, untuk berkomentar atas hidup orang lain. Ini yang tampak dalam keseharian disekitar kita di dunia nyata maupun dunia maya. Di rumah seringkali suami, istri ,orang tua dan anak saling membantah, dengan sesama ada konflik yang tidak terselesaikan karena masing - masing mempertahankan kebenaran. Begitu mudahnya kesalahan orang lain dibully di medsos, begitu mudahnya sumpah serapah diucapkan bagi sesama. Firman Tuhan mengingatkan kita berlakulah bijak seperti Yesus. Yesus rela meminum cawan derita, menanggung sengsara, menerima hinaan dan fitnahan, memikul Salib menempuh Via Dolorosa. Walaupun ada keputusan pengadilan yang tidak adil tapi Yesus menghadapi segala bentuk ketidakadilan itu dengan bijak. Kita sekalian sudah ditebus oleh darahNya yang tercurah di Golgota. Dan kita sedang menikmati anugerah keselamatanNya. Pada minggu sengsara yang ke 6 ini, mari kita merenungkan pesan Firman Tuhan bagi kita: Yesus mati supaya kita yang berdosa dibenarkan sehingga kitapun dapat melakukan misi Allah untuk menyatakan kasih, keadilan, kebenaran dan untuk melakukan kehendakNya dalam hidup kita. Mari merenung dalam rasa malu dan tak layak atas apa yang Yesus alami. Janganlah seperti Mahkamah Agama yang menghalalkan kejahatan. Janganlah seperti Petrus yang mengikuti (pantau) dari jauh lalu mencari jalan aman bahkan tak sungkan menyangkalNya saat terjepit. Berhentilah menikmati keserakahan yang membuat kita lupa diri dan lupa Tuhan. Selamat Hari Minggu. Selamat melanjutkan perenungan pada Minggu – minggu sengsara. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "MENGHADAPI KETIDAKADILAN DENGAN BIJAK (Matius 26:57-68)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.