KHOTBAH 2: KESEHATIAN TENTANG HIKMAT PEMBERITAAN SALIB TUHAN YESUS (I Korintus 1:18-31)

Salib selalu identik dengan Kekristenan. Jika ada yang menggunakan kalung Salib, yang lain sudah pasti tahu bahwa orang itu Kristen. Pasti ada diantara kita yang sekarang sedang memakai kalung Salib. Di rumah juga ada simbol Salib. Di dalam Gereja ini juga ada Salib, dibelakang mimbar. Salib bagi orang percaya bukan sekedar sebuah kayu palang tapi pusat dari Injil Kristen. Dalam bacaan kita, Paulus menyebutkan ada dua respon tentang pemberitaan salib. Kelompok pertama adalah orang-orang dunia.  Mereka menganggap bahwa pemberitaan salib adalah kebodohan, masa Tuhan mati disalib? Kelompok kedua, yakni orang percaya, meyakini bahwa pemberitaan salib adalah kekuatan Allah; betapa luar biasanya Raja segala raja yang mati disalib untuk menebus dosa manusia. Salib Kristus adalah pusat kehidupan orang Kristen. Pada Salib Kristus ada cinta Allah. Setiap kali kita memandang salib, kita bersyukur atas cinta Allah yang besar bagi kita, kita beroleh pengampunan dari Tuhan dan diperdamaikan dengan Allah. Paulus mau menekankan hal ini juga untuk jemaat di Korintus.

 

Jemaat Kristen di Korintus adalah sebuah jemaat yang majemuk dari berbagai latar belakang di kota Korintus, kota Pelabuhan yang ramai itu. Dari laporan Keluarga Kloe (I Korintus 1:11) ternyata sedang terjadi ancaman perpecahan di tengah jemaat. Jemaat hidup tidak sehati. Ada golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas bahkan golongan Kristus. Mereka tidak sehati disebabkan oleh cara padang hikmat manusia, yang satu menganggap diri lebih hebat dari yang lain serta ada yang menganggap karunianya lebih tinggi dari yang lain. Paulus menyatakan bahwa Salib Kristus mempersatukan manusia yang majemuk itu. Di dalam Kristus yang tersalib itu, jemaat tidak terbagi-bagi melainkan mereka semua adalah satu sebagai satu tubuh Kristus. Hikmat pemberitaan salib Tuhan Yesus membangun kesehatian sebagaimana tema kita saat ini: Kesehatian tentang hikmat Pemberitaan Salib Tuhan Yesus.  Paulus menegaskan Salib, yang oleh dunia dianggap sebagai kebodohan, justru dipilih Allah untuk membuat hikmat dunia menjadi kebodohan. Itulah hikmat Allah, yang penuh misteri, tak terjangkau oleh manusia tetapi berdampak mempersatukan. Sedangkan hikmat dunia berasal dari pikiran manusia yang terbatas tapi menyombongkan diri, dan menolak untuk mengakui pernyataan Allah dalam Yesus Kristus yang tersalib. Hikmat dunia dimiliki oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Orang Yahudi bermegah atas ketaatan mereka terhadap hukum Taurat sebagai sumber pembenaran bagi mereka. Sedangkan orang-orang Yunani bermegah atas filsafat dan ilmu pengetahuan (hikmat duniawi). Tapi Salib Kristus menegaskan bahwa dasar bagi manusia untuk memegahkan diri di hadapan Allah sama sekali tidak ada, sebab keselamatan bukan karya manusia melainkan seluruhnya berupa rahmat Allah. Sehingga, satu-satunya dasar bagi orang percaya untuk bermegah bukan dari dirinya sendiri, melainkan bermegah di dalam Tuhan, yaitu Kristus yang tersalib. Di dalam salib-Nya, yang dimegahkan bukanlah perbuatan manusia melainkan perbuatan Allah, yakni apa yang telah Ia lakukan di atas kayu salib bagi orang berdosa.

 

Kesehatian mesti berpusat pada Salib Kristus. Tanpa berpusat pada Salib Kristus, mustahil membangun kesehatian. Untuk membangun kesehatian janganlah mengandalkan hikmat dunia. Tapi andalkanlah Kristus dan kasihNya. Jadilah pribadi – pribadi yang memiliki hikmat Tuhan menjalani hidup di tahun 2025 ini, bukan dengan kesombongan pribadi, kehebatan manusia tapi dalam tuntunan Tuhan yang berkuasa. Ingat bahwa Salib bukan hanya pajangan atau simbol yang dipakai, tapi cara hidup penuh cinta pada Salib mesti dinyatakan, dihidupi dalam keseharian kehidupan kita. Jangan hanya memakai Simbol Salib namun perilaku hidupnya sehari-hari tidak mencerminkan kehidupan yang menghidupi makna salib itu. Hiduplah dalam cinta Allah sebagaimana cinta yang dinyatakan pada Salib Kristus. Saling mencintai dalam keluarga sebagai suami, isteri, orang tua anak, saudara bersaudara. Mengasihi Tuhan dan setia dalam pekerjaanNya. Saling mengasihi dan sehati dalam persekutuan bergereja dan bermasyarakat. Hikmat Allah adalah soal sikap hidup yang meneladani Kristus dan penderitaanNya. Mengasihi meskipun dibenci. Setia walaupun menderita. Melayani dengan sungguh – sungguh walaupun dikritik. Melakukan kebenaran meskipun ada godaan untuk berbuat jahat. Kita bersyukur bahkan saat hidup penuh kesulitan. Hikmat Allah akan menuntun kita memiliki pikiran Kristus dan melakukan kehendak Allah. Jalani kehidupan kita, hadapi pergumulan dengan mengandalkan hikmat Kristus serta menyatakan cintaNya untuk membangun kesehatian. Amin. Tuhan memberkati. Selamat Hari Minggu.

 

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: KESEHATIAN TENTANG HIKMAT PEMBERITAAN SALIB TUHAN YESUS (I Korintus 1:18-31)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed