KESEHATIAN TENTANG BERKAT DAN HIKMAT (Amsal 3:1-26)
Kita sudah masuki dan menjalani tahun 2025 ini selama 5 hari, masih ada 360 hari akan kita hadapi. Dan saya yakin kita belum tahu seperti apa kehidupan kita dalam 360 hari yang akan datang. Ketidaktahuan kita tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan kita memang terbatas. Dalam keterbatasan inilah kita patut bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, sebab Tuhan bukan hanya tahu seperti apa kehidupan kita di hari-hari akan datang, tetapi Tuhanlah yang merancang kehidupan kita, dan rancangan Tuhan atas kehidupan kita bukan rancangan kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera (Yer 29:11).
Untuk ada dalam rancangan damai sejahtera Tuhan maka kita patut menjalani kehidupan pada hari-hari akan datang dalam hikmat Tuhan. Seperti apa hikmat Tuhan itu? Dalam pembacaan kita hari ini, Amsal 3:1-26, beberapa hal diingatkan kepada kita untuk tidak diabaikan dalam kehidupan kita pada hari-hari akan datang. Pertama, kita dingatkan untuk “janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku” (ayat 1). Ajaran dan perintah yang tidak boleh dilupakan dan selalu harus ada dalam hati merupakan norma, petunjuk dan aturan dalam menjalani kehidupan. Siapa yang melakukannya ia akan diberkati dengan “panjang umur dan lanjut usia” dan hidup sejahtera (ayat 2). Bagi kita orang Kristen, termasuk warga GKI, norma, petunjuk dan aturan menjalankan kehidupan adalah dalam bentuk hukum kasih, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (lih Mat 22: 37 – 39). Ini norma tertinggi dalam hidup kita, karena mengatur relasi kita dengan Allah dan dengan sesama manusia. Itulah sebabnya hal kedua yang tidak boleh kita abaikan adalah “kasih dan setia” (ayat 3). Dan ini berkaitan dengan relasi kita dengan Allah maupun dengan orang lain. Kualitas kehidupan seorang yang percaya Tuhan terlihat dalam relasi tersebut. Bahkan relasi itu terlihat dalam kasih dengan orang yang memusuhi (Mat 5: 43-44). Karena itu, kalau kita hidup dalam kasih setia, kita akan memperoleh “penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia” (ayat 4).
Hal ketiga yang patut dilakukan ialah “percaya kepada Tuhan dengan segenap hati” (ayat 5). Percaya Tuhan bukan hanya sekedar sebuah pengakuan yang terbatas pada kata-kata, melainkan sebuah komitmen memberi diri sepenuhnya untuk dipimpin oleh Tuhan dan menjalani hidup ini berdasarkan dan sesuai kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, orang yang percaya Tuhan tidak lagi “bersandar kepada pengertianmu sendiri” (ayat 5). Hari ini orang Kristen, termasuk warga GKI, banyak yang mengaku percaya Tuhan, namun praksis hidup bergereja dan bermasyarakat jauh dari kehendak Tuhan. Ini tanda percaya Tuhan tidak dengan segenap hati, dan karena itu masih menjalani kehidupan sehari-hari menurut pengertian sendiri. Orang Kristen, secara khusus warga GKI, yang percaya Tuhan, tidak lagi hanya sekedar mengaku dan percaya Tuhan, melainkan pengakuan dan percaya Tuhan itu sudah harus teruji dalam prilaku hidup sehari-hari. Dalam ayat 6 ditegaskan: “Akuilah Dia (Tuhan) dalam segala lakumu”. Jadi pengakuan percaya Tuhan bukan hanya sebuah tutur kata, tetapi tindakan yang memperlihat kehendak Tuhan. karena itu orang yang percaya Tuhan harus takut Tuhan dan menjauhkan diri dari kejahatan. Hidup dengan cara demikian ada berkat yang luar biasa dijanjikan Tuhan, yaitu berkat kesehatan: “menyembuhkan tubuh dan menyegarkan tulang-tulang” (ayat 8).
Yang keempat, yang patut kita lakukan adalah memuliakan Tuhan. Memuliakan Tuhan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan “hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu” (ayat 9). Mengapa kita harus memuliakan Tuhan dengan harta? Karena dalam iman Kristen harta adalah wujud berkat Tuhan dalam kehidupan orang percaya kepada Tuhan. Hal-hal tersebut – ajaran dan perintah, kasih dan setia, percaya Tuhan, memuliakan Tuhan – merupakan didikan Tuhan yang patut dilakukan oleh setiap orang beriman kepada Tuhan. Ada kebiasaan yang tidak terpuji dalam gereja, mendengar semua yang disampaikan dan ketika ditanya apakah mengerti dan mau melakukannya, semua akan menjawab ya, namun apakah dilakukan belum pasti. Hari ini sebagai orang percaya kepada Tuhan kita diingatkan untuk tidak menolak didikan Tuhan. Perhatikan ayat 11, “Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya”. Kalau Tuhan mendidik kita, itu karena Tuhan mengasihi kita. seperti seorang ayah sayang anaknya, begitu pula Tuhan, Ia mengashi kita, maka Tuhan mendidik kita. Siapa yang melakukan didikan Tuhan, ia adalah orang yang berbahagia, karena menerima berkat-berkat Tuhan. ia menjadi orang yang berhikmat dan pandai, ia mengalami keuntungan, ia akan umur panjang, dan akhirnya Tuhan akan menjadi sandaran hidup.
Sekalipun kita tidak tahu seperti apa kehidupan kita dalam 360 hari akan datang, namun ketika kita melakukan ajaran dan perintah Tuhan, hidup dalam kasih dan setia kepada Tuhan, percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan dan memuliakan Tuhan dengan harta kita, maka rancangan damai sejehtera Tuhan serta berkat-berkat-Nya akan menjadi bagian kehidupan kita. “Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat”(ayat 26). Marilahlah kita bersandar kepada Tuhan, maka kita akan dijaukan dari segala yang membinasakan kita. Amin! (Penulis; Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)
Terima Kasih Ipen atas Khotbahnya,,, sy sudah sering membaca rancangan khotbah untuk ibadah Minggu di Tengah2 GKI dan sangat membantu kami di daerah- daerah utk menjadi bahan kami membuat renungan saat ibadah Unsur maupun ibadah Minggu... Tuhan Yesus Berkati Pelayanannya Ipen.
BalasHapusAmin ... Puji Tuhan ,,, semangat melayani ... Tuhan berkati selalu
Hapus