MENANTIKAN KRISTUS DENGAN SALING MENGASIHI DAN MEMBERKATI SERTA MEMULIAKAN TUHAN (Lukas 1:39-56)

Kita hendak merenungkan dan belajar dari dua perempuan yang memuliakan Tuhan atas perbuatan besar yang mereka alami dari Tuhan. Dua perempuan itu adalah Elisabet dan Maria. Perbuatan besar apa yang mereka alami dari Tuhan? Elisabet yang mustahil mengandung dan melahirkan karena mandul, namun pada saat dikunjungi Maria sedang mengandung dan nanti akan melahirkan, dan oleh Malaekat anak yang akan lahir itu diberi nama Yohanes. Maria yang belum bersuami itu juga akan mengandung dan melahirkan, anak yang akan lahir itu diberi nama Yesus. Elisabet dan Maria memperoleh anak dari kondisi yang tidak mungkin, Elisabet mandul dan Maria belum bersuami. Namun apa yang tidak mungkin bagi manusia, bagi Allah bisa terjadi, “sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37). Allah melibatkan Elisabet dan Maria dalam karya keselamatan-Nya. Elisabet melahirkan Yohanes yang mempersiapkan kedatangan Yesus, sedangkan Maria melahirkan Yesus yang datang “menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29).

 

Maria melahirkan seorang juruselamat manusia. Karena itu, Elisabet menyebut Maria sebagai perempuan yang diberkati. “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” (ayat 42). Maria seorang yang diberkati dan berkenan kepada Allah untuk menjadi tempat Allah menghadirkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia untuk pengampunan dan menghapus dosa, sehingga dunia dan segenap ciptaan, termasuk manusia tidak lagi berada dalam kuasa dosa dan maut. Melalui Maria Allah menghadirkan kehidupan baru di dunia ini. Kehidupan bebas dari kuasa dosa dan kematian, kehidupan dalam keselamatan, yang dihadirkan oleh seorang anak yang dilahirkan Maria, Dialah “Anak Allah Yang Mahatinggi” (luk 1:32). Peristiwa Maria ini menjadi pelajaran penting bagi kaum perempuan, yaitu bahwa seorang perempuan adalah penyalur kehidupan yang bersumber pada Allah. Perempuan akan selalu diberkati agar selalu dapat memberi kehidupan bagi orang lain. Jangan sampai terjadi diberkati Allah, namun tidak menjadi berkat bagi orang lain. Jangan sampai terjadi Tuhan sudah berikan kehidupan, tetapi tidak menyalurkan kehidupan itu bagi orang lain. Perempuan diberkati untuk menjadi berkat. Maria perempuan yang memberi teladan bagi kita, dia melahirkan juruselamat, tetapi Maria tidak mengklaim dan mempertahankan Yesus sebagai miliknya pribadi, melainkan untuk keselamatan semua orang.

 

Elisabet bukan saja menyebut Maria diberkati, tetapi juga seorang perempuan yang berbahagia, karena apa yang dikatakan Tuhan kepadanya pasti terlaksana. Perhatikan ayat 45: “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana”. Kunci kebahagiaan bukan saja bahwa apa yang dikataan Tuhan terlaksana, melainkan terutama percaya kepada Tuhan. Kalau kita tidak percaya pada Tuhan, maka apapun yang Tuhan katakan dan janjikan kepada kita, tak akan terjadi. Kita selalu merindukan berkat-berkat Tuhan sesuai dengan janji-Nya, tetapi kalau tidak percaya Tuhan, maka semua yang kita harapkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain, kalau kita tidak beriman kepada Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat, maka tidak mungkin diberikan apa sebenarnya sudah tersedia bagi kita (lih Ibrani 11:1).

 

Bukan hanya percaya yang Tuhan perhatikan, melainkan juga memiliki kerendahan hati dan sikap kehambaan. Percaya Tuhan, tetapi tinggi hati dan sombong, maka Tuhan juga akan menahan semua yang seharusnya diberikan kepada kita. Perhatikan nyanyian pujian Maria ini: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperkatikan kerendahan hamba-Nya”. Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia…” (ayat 46 – 48). Percaya hal utama, namun percaya nihil karakter rendah hati dan kehambaan tidak ada artinya di hadirat Tuhan. Allah sang Juruselamat itu memperhatikan Maria, karena dia percaya Allah, dia rendah hati, mengaku sebagai seorang hamba (1:38).

 

Dari peristiwa dan pengalaman Maria dengan Tuhan kita belajar, bahwa orang yang diberkati dan berbahagia adalah mereka yang percaya kepada Yesus, yaitu mengakui kebenaran bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat; dan oleh sebab itu berserah sepenuhnya kepada Yesus, maka mujizat, yaitu sesuatu yang mustahil  terjadi akan berlaku, sebab bagi mereka yang percaya tidak ada yang tidak mungkin, sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. Namun  untuk diberkati dan berbahagia tidak cukup hanya percaya, kita juga harus punya kerendahan hati dan karakter seorang hamba. Yang Tuhan perhatikan bukan hanya percaya, tetapi juga kerendahan hati dan karakter kehambaan. Maria memberi contoh kepada kita mengenai kerendahan hati dan kehambaan dalam suatu pengakuan sebagaimana tertulis dalam Lukas 1:38, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendakmu itu”. Yesus juga memberi teladan kepada kita tentang kerendahan dan kehambaan ketika Dia membasuh kaki murid-murid-Nya (lih Yoh 13:14-15).

 

Kalau di dalam Perjanjian Baru kita sering menemukan jemaat digambarkan sebagai seorang istri, misalnya dalam Efesus 5:22 dst), maka jemaat patut memiliki karakter seorang istri, yaitu seorang perempuan, seperti Maria, yang percaya Allah, rendah hati dan hidup sebagai hamba, untuk melayani dan menyalurkan kehidupan bagi banyak orang. Dalam maksud inilah kalau sidang sinode ke-18 GKI berkomitmen menjadikan GKI sebagai pembawa keadilan, kedamaian dan kesejahteraan di Tanah Papua dan dunia. Kiranya dalam minggu adven yang terakhir ini, kita bulatkan tekat iman untuk menjadi orang Kristen dan warga GKI yang diberkati dan berbahagia. Dan untuk ini kita patut membarui iman dan percaya kita kepada Tuhan. Kita juga harus rendah hati dan meninggalkan kesombongan, yang menganggap orang lain itu bukan apa-apa. Kitapun diingatkan untuk memiliki karakter perempuan sejati seperti Maria, yaitu karakter kehambaan, melayani dan menyalurkan kehidupan bagi banyak orang, karena orang Kristen diberkati untuk menjadi berkat. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "MENANTIKAN KRISTUS DENGAN SALING MENGASIHI DAN MEMBERKATI SERTA MEMULIAKAN TUHAN (Lukas 1:39-56)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed