MENANTIKAN KRISTUS DENGAN PERTOBATAN DALAM PERBUATAN KASIH, KEADILAN DAN RASA SYUKUR (Lukas 3:1-20)
Biasanya kalau ada tamu penting dan terhormat, maka kedatangannya akan dipersiapkan dengan sangat baik. Tempat di mana tamu itu akan hadir dibersihkan, didekor begitu rupa sehingga terlihat menarik dan nyaman. Jalan menuju ke lokasi kegiatan pun dibersihkan, lobang-lobang ditimbun, bukit-bukit diratakan dan yang berlekuk-lekuk di luruskan. Kita dapat mengibaratkan kehadiran Yohanes yang mendahului ke datangan Yesus seperti itu. Tetapi yang dipersiapkan Yohanes bukanlah sebuah gedung pertemuan dan halamannya atau jalan-jalan yang menuju ke gedung tersebut, melainkan manusia, manusia Yahudi, manusia yang keras kepala, yang disebut sebagai keturunan ular beludak, atau ular berbisa (ayat 7). Karena itu persiapannya diawali dengan seruan: “Bertobatlah…”(ayat 3), Artinya, berbaliklah dari jalan hidup yang salah, tinggalkanlah semua prilaku jahat, kuburkanlah semua sifat-sifat yang buruk. Yohanes mempersiapkan mereka karena Yesus mau datang. Siapakah yang menyuruh Yohanes mempersiapkan kedatangan Yesus itu? Siapakah yang memerintahkan Yohanes untuk membuat orang Yahudi bertobat? Perhatikan kalimat pada ayat 2: “…datanglah firman Allah kepada Yohanes”. Allah berfirman kepada Yohanes dan menyuruh Yohanes mempersiapkan orang Yahudi, karena sang Mesias akan datang. Allah melalui dan di dalam Yohanes minta orang Yahudi bertobat, berbalik dari jalan yang salah kepada jalan yang benar. Karena itu, orang Yahudi bukan hanya diminta untuk bertobat, tetapi juga memberi diri dibaptis. Maka seruan Yohanes kepada orang Yahudi: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (ayat 3: terj lama). Jadi tidak cukup hanya berbalik dari jalan hidup yang salah, tubuh dan diri yang sudah tercermar dosa pun harus dibaptis, dimandikan, dibersihkan dan pengampunan Allah berlaku.
Dalam minggu-minggu ini kita sedang ada dalam minggu-minggu penantian kedatangan Yesus, sang Mesias, Kristus, Tuhan, Juruselamat kita. Penantian kedatangan pertama merupakan sebuah repetisi atau pengulangan atas kedatangan Yesus yang lahir di Betlehem, yang akan dan setiap tahun kita rayakan pada tgl 25 Desember. Dalam kedatangan Yesus yang pertama itu, Yesus melalui kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya menyelamatkan kita dari dosa dan maut, maka setiap orang yang percaya dan beriman kepada Kristus, dia sudah dibenarkan dan dikuduskan, sebab pengampunan Allah sudah berlaku. Jadi kita yang sekarang mempersiapkan diri untuk merayakan Natal adalah orang benar, orang kudus, karena sudah memperoleh pengampunan dosa. Pertanyaannya, apa yang harus kita persiapkan untuk merayakan Yesus, yang sudah datang menebus kita dari dosa dan maut? Umumnya persiapan kita secara fisik, seperti rumah dicat, halaman dibersihkan, ruang tamu didekor dengan pohon natal dan hiasan lainnya. Tentu persiapan seperti ini patut dilakukan. Tetapi ada persiapan yang jauh lebih utama dan penting, yaitu kesiapan hati dan hidup yang benar dan kudus menyambut dan merayakan Yesus sang Jurusselamat, yang lahir di Betlehem. Karena itu, tidak berlebihan kalau pagi ini, pada minggu adven ke-2 ini, kita dengar seruan Yohanes: “Bertobatlah…”, berbaliklah dari jalan hidupmu yang salah, ke jalan yang benar; berbaliklah dari prilaku dan sifat-fifat yang jahat ke pada hidup kudus, sebab kita sudah dibenarkan dan dikuduskan Allah oleh pengampunan-Nya di dalam Kristus! Kita sama dengan orang Yahudi, mereka itu umat Allah, bangsa pilihan Allah, namun mereka tidak hidup sebagai umat Allah, sebaliknya mereka disebut “ular beludak” atau “ular berbisa”. Demikianpun kita, dalam Kristus, kita sesungguhnya adalah anak-anak Allah, tetapi kelakuan kita tidak memperlihat karakter anak - anak Allah. kita sudah dibenarkan, tetapi hidup kita jauh dari kebenaran; kita sudah menjadi orang kudus, namun sering kali kita tidak memperlihat hidup yang kudus. Maka bertobatlah!
Seruan Yohanes untuk bertobat mendapat tanggapan yang luas dari berbagai kalangan orang Yahudi. Tetapi tidak sekedar bertobat, melainkan harus terlihat buah pertobatan. Dalam ayat 8 ditegaskan, “hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan”! Sudah bertobat tapi tidak ada buahnya, maka seperti pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api (ayat 9). Orang Kristen yang tidak menghasilkan buah yang baik, tidak ada artinya di hadirat Allah, maka akan siap ditebang dan dibakar.
Orang-orang Yahudi setelah dibaptis dan mendengar bahwa mereka harus menunjukkan buah pertobatan, bertanya kepada Yohanes apa yang mereka harus perbuat. Kepada kelompok yang satu Yohanes bilang: “siapa yang mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membagi dengan yang tidak punya, dan siapa saja yang mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian”(ayat 11). Buah pertobatan adalah menolong orang lain dalam kebutuhannya. Kelompok lain yang datang adalah pemungut cukai, sesudah dibaptis juga bertanya, apa yang mereka harus perbuat. Kepada mereka Yohanes katakan: “jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan kepadamu” (ayat 13). Buah pertobatan adalah tidak korupsi; sudah kaya, punya uang banyak tapi masih mengambil lebih dari yang bukan haknya; para koruptor itu bukan orang miskin, mereka orang kaya yang mempunyai uang banyak, tetapi masih rakus dan mengambil yang bukan haknya. Yohanes menegaskan kalau sudah bertobat, jangan begitu lagi, cukup ambil apa yang menjadi hakmu. Kelompok terakhir yang sudah dibaptis dan bertanya apa yang harus mereka lakukan adalah para prajurit, orang-orang yang punya kuasa memerintah orang lain. Kepada mereka Yohanes katakan: “jangan merampas dan memeras siapapun! Cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (ayat 14). Buah pertobatan adalah tidak mencari keuntungan dengan cara merampas dan memeras orang lain. Parajurit ini karena dia mempunyai kuasa, apa lagi memiliki senjata maka dengan mudah mencari uang tambahan dengan merampas milik orang lain atau memeras dengan mengancam orang. Yohanes menegaskan kalau sudah bertobat, jangan lagi begitu, cukup hidup dengan gajimu. Jadi bertobat itu bukan hanya sebuah kata-kata kosong, tetapi sebuah perbuatan yang dilihat, dirasakan dan dialami oleh orang lain.
Seruan pertobatan dan tindakan Yohanes membaptis menimbulkan rasa curiga mereka yang datang kepadanya, siapakah sebenarnya orang ini, apakah dia Mesias yang sedang dinantikan orang Yahudi? Dengan jujur Yohanes mengaku, dia bukanlah Mesias. Kepada orang-orang yang dibaptisnya, Yohanes katakan: “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku akan datang. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan air” (ayat 17). Yesus yang lebih berkuasa, karena Dia berkuasa di sorga dan di bumi (Mat 28:18). Ia sudah datang dan pembaptisan dengan Roh Kudus dan air sudah kita alami. Perhatikan saja baptisan kita hari ini, pendeta yang baptis ambil air dengan telapak tangan dan menaruh di atas kepala dan berkata: “aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus”. Air melambangkan pembasuhan dosa dan pengampunan, sehingga kita menjadi orang benar dan orang kudus serta menjadi anak Allah. Kita yang sedang menanti kedatangan Yesus yang kedua kali adalah anak Allah, orang yang benar dan kudus. Maka selama minggu-minggu adven ini, kita patut mengevaluasi diri kita, apakah selama ini saya menjalani hidup ini sebagai anak Allah, orang benar dan orang Kudus. Atau jangan-jangan kita sudah tidak lagi hidup sebagai anak Allah, jangan-jangan kita sudah jauh dari hidup yang benar dan kudus di hadapan Allah. Apapun jawaban saudara, tetapi hari ini kita patut dengar dan lakukan seruan Yohanes: “bertobatlah, bertobatlah, dan bertobatlah. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)
Belum ada Komentar untuk "MENANTIKAN KRISTUS DENGAN PERTOBATAN DALAM PERBUATAN KASIH, KEADILAN DAN RASA SYUKUR (Lukas 3:1-20)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.