KRISTUS MENGHENDAKI KITA DILAHIRKAN KEMBALI (Yohanes 3:1-21)
Kita memasuki hari minggu terakhir dalam tahun 2024 setelah melakukan perjalanan selama 11 bulan 28 hari. Tentu tidak sedikit pengalaman hidup yang menjadi pembelajaran terutama dalam relasi kita dengan Tuhan. Apa pun pengalaman saudara, tetapi kita akan sepakat kalau saya katakan, bahwa Tuhan itu begitu baik, Dia menyertai dan memberkati kita dengan berbagai hal yang kita butuhkan dalam hidup ini. Tiga hari lagi kita akhiri perjalanan di tahun 2024 ini, dan kita akan memasuki tahapan perjalanan baru di tahun anugerah yang baru, tahun 2025. Untuk mempersiapkan diri memasuki tahun anugerah yang baru itu, kita membutuhkan komitmen iman yang baru, karena lewat pemberitaan firman hari ini, Kristus Yesus, Tuhan kita, menghendaki setiap orang yang beriman kepada-Nya untuk dilahirkan kembali.
Seorang yang menganut dan memeluk agama tertentu, apa pun agamanya, berharap akan memperoleh suatu kehidupan yang abadi di masa depan. Karena itu, berbagai cara dan ritus keagamaan dilakukan untuk meraih harapan tersebut. Ada yang beramal sebanyak mungkin agar mendapat pahala, ada pula yang menjaga kesucian hidup, agar layak menerima kehidupan kekal di masa akan datang. Demikian juga orang Israel dengan melakukan hukum taurat mereka berharap dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.
Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi, berdiskusi dengan Yesus soal syarat kepantasan masuk ke dalam kerajaan Allah. Dalam pikiran Nikodemus tentu sudah terpatri kerja keras orang Yahudi mentaati 613 butir hukum Taurat, maka pantas untuk memasuki kerajaan Allah. Penjelasan Yesus mengenai syarat kepantasan masuk kerajaan Allah sangat berbeda dan tidak pernah dipikirkan ahli agama tersebut. Kata Yesus kepada Nikodemus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah”(ayat 3). Syarat kepantasan bisa masuk kerajaan Allah adalah “dilahirkan kembali”. Dan ini berbeda dengan yang diimani oleh Nikodemus, yang menekankan peran manusia mentaati butir-butir hukum Taurat secara ketat. Bagi Yesus, syarat masuk kerajaan Allah tidak antroposentris atau berpusat pada manusia, melainkan berpusat pada Allah melalui proses dilahirkan kembali dari air dan Roh. Kepada Nikodemus Yesus katakan, “…sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah” (ayat 5). Masuk kerajaan Allah harus dilahirkan kembali, “dilahirkan dari air dan Roh”. Jika tidak dilahirkan kembali mustahil masuk ke dalam kerajaan Allah, dan ini bukan pekerjaan manusia, melainkan tindakan Allah. Jadi kita bisa melihat agama cenderung antroposentris, sedangkan Yesus menekankan pembaruan yang teosentris atau karya keselamatan yang berpusat pada Allah.
Manusia harus “dilahirkan dari air”, dibersihkan dosanya, harus ada pengudusan diri dari dosa, sehingga masuk ke dalam kerajaan Allah di dalam kekudusan. Dan pengusudan ini hanya dapat dilakukan oleh Yesus melalui kematian-Nya. Manusia yang sudah dikuduskan ini wajib menjaga kekudusannya dan terus menerus dibarui sehingga tetap menjalani hidup ini dalam kebenaran. Untuk inilah seorang yang sudah dikuduskan patut memberi diri dituntun oleh Roh Kudus, seningga tetap ada dan terus hidup benar dihadapan Allah. Jika seseorang tidak dikuduskan dan dibenarkan, maka ia tidak pantas masuk ke dalam kerajaan Allah, sebab “apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh” (ayat 6). Kalau tidak ada pengudusan dan pembenaran, manusia tetap ada dalam “daging”, dalam kehidupan yang akan binasa. Hanya mereka yang sudah dikuduskan dan dibarui hidupnya dan senantiasa hidup dalam kebenaran pantas masuk ke dalam kerajaan Allah.
Ini pelajaran penting bagi kita orang Kristen, terutama warga GKI. Mengapa? Kerena kita adalah anggota gereja yang memiliki pandangan hidup bergereja berdasarkan kerajaan Allah. sehingga berada dalam GKI sama artinya berada dalam suasana kerajaan Allah, yaitu suasana yang bebas dari dosa dan menjalani hidup ini dalam kebenaran. Maka di hari minggu yang terakhir dari tahun 2024 ini setiap warga GKI sudah harus bertanya pada diri sendiri, apakah sebagai warga gereja dari suatu gereja yang memiliki pandangan hidup tentang kerajaan Allah, apakah saya sudah menjalani hidup ini dalam kekudusan dan kebenaran? Apapun jawaban saudara, tetapi berada dalam GKI sudah harus dilahirkan kembali, sudah harus bertobat, tidak lagi hidup dalam “daging”, yaitu dalam kehidupan yang akan binasa, melainkan sudah harus dilahirkan dari “air dan Roh”, hidup dalam kekudusan dan kebenaran, sebab Kristus oleh kematian dan kebangkitan-Nya telah menguduskan kita dan oleh Roh Kudus kita selalu dituntun untuk menjalani hidup ini dalam kebenarkan. Kita hidup dalam kekudusan dan kebenaran sebagai jawaban iman atas kasih Allah yang begitu besar bagi kita, yang oleh kasih Allah itu kita memperoleh kehidupan kekal. “Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (ayat 16). Warga GKI adalah umat percaya kepada Yesus sebagai Anak Tunggal Allah, karena itu setiap warga GKI, tanpa kecuali, mengalami kasih Allah yang besar itu, yakni pengudusan dan pembenaran, sehingga kita memperoleh kehidupan kekal. Kehidupan kekal ini bukan nanti kita alami sesudah kita mati, tetapi sekarang ini dalam kehidupan kita di dunia ini, kita sudah berada dalam kehidupan kekal itu. Perhatikan saja, ketika malam kita tidur, kita sedang mengalami keadaan mati sementara, tetapi pada pagi hari kita bangun kita memasuki kehidupan baru, dan begitu seterusnya. Demikianlah caranya kita menjalani kehidupan kekal dalam dunia sekarang ini. Karena kita sudah dan sedang menjalani kehidupan kekal, maka kita patut menjalani kehidupan ini dalam kekudusan dan kebenaran.
Kita patut menjauhkan diri dari segala perbuatan jahat dalam kegelapan, sebab kehidupan kekal yang kita jalani hari ini adalah kehidupan dalam terang. Kalau masih ada perbuatan jahat, berarti kita masih ada dalam kegelapan dan membenci terang. Perhatikan ayat 20, “barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak”. Ketika sudah menjalani kehidupan kekal, maka tidak ada lagi pilihan untuk hidup dalam kegelapan, melainkan berkomitmen untuk hidup dalam terang dan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam Allah. Oleh sebab itu, dalam minggu terakhir tahun 2024 ini kita patut membangun komitmen dan tekat iman yang kuat untuk ada dalam terang, hidup dalam kekudusan dan kebenaran. GKI yang lahir dan bertumbuh melalui suatu proses sejarah yang tidak mudah menyadari sungguh, bahwa ada perbedaan yang tajam antara kehidupan sebelum ada Injil dan kehidupan sesudah Injil diberitakan dan terbentuk gereja Tuhan di tanah Papua. Perbedaan tersebut mengenai hidup dalam kegelapan dan hidup sebagai anak-anak terang. Moto GKI yang dikutip dari Epesus 5:8 menyatakan, bahwa “memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang”. Sebelum ada Injil tanah Papua memang adalah wilayah yang ada dalam kuasa kegelapan dengan berbagai kejahatan yang dilakukan setiap orang yang menghuni tanah ini. Akan tetapi, setelah Injil diberitakan dan penduduk negeri ini menerima Injil dan mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka Papua menjadi tanah Injil dan penduduk negeri ini hidup dalam terang Tuhan. Konsekuensi moral dari keberadaan tersebut adalah penghuni negeri ini menjadi “anak-anak terang” dan wajib hidup sebagai orang yang ada di dalam terang dengan melakukan segala perbuatan baik di dalam Tuhan. Marilah sebagai warga GKI kita jalani hidup ini sebagai orang yang ada dalam terang dengan tidak lagi melakukan kejahatan, apa pun bentuknya, sebab oleh Kristus kita sudah dikuduskan dan dibenarkan, sehingga tidak ada lagi tempat bagi kejahatan dalam hidup kita. Mari kita jalani kehidupan kita di dalam kekudusan dan kebenaran, sebab kita sedang menjalani kehidupan kekal yang dianugerahkan bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus. Yesus sendiri menghendaki agar “terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat 5: 16). Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th).
Belum ada Komentar untuk "KRISTUS MENGHENDAKI KITA DILAHIRKAN KEMBALI (Yohanes 3:1-21)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.