AKHIR TAHUN: TUHAN IALAH ALLAH YANG KEKAL (Yesaya 40:12-31)
Salah satu sifat manusia adalah membandingkan apa yang dia miliki dengan orang lain. Saya punya mobil lebih bagus daripada dia punya; saya punya rumah lebih besar daripada dia punya; saya punya masakan lebih enak daripada dia punya. Bahkan dalam hal agama pun orang membandingkan satu terhadap yang lain, dan tidak heran kalau Allah pun dibanding-bandingkan satu dengan yang lain. Dalam pembacaan malam ini, Yesaya 40: 12 – 31, kita menemukan Allah, yang diimani orang Isreal, Allah Abraham, Allah Isak dan Allah Yakub, Allah Sang Bapa dari Yesus Kristus, tak terbandingkan dengan allah yang lain. Apa keistimewaan Allah yang diberitakan dalam Alkitab, Perjanjian Lama pun Perjanjian Baru? Dan apa yang membuat Allah itu memiliki keistimewaan?
Begitu istimewanya Allah itu sehingga tidak ada satu pun yang bisa sebanding dengan Dia. Tidak ada yang bisa mengatur atau memberi nasihat atau mengajar kepada Tuhan apa yang harus dilakukan-Nya. Perhatikan ayat 14: “Kepada siapa TUHAN minta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia dan memberi Dia petunjuk supaya bertindak dengan pengertian?”. Suatu pertanyaan yang sudah jelas jawabannya, bahwa tidak ada yang bisa memberi nasihat, pengertian, petunjuk dan mengajar Dia melakukan sesuatu. Ini menjadi peringatan bagi orang Kristen, termasuk warga GKI, dalam relasi dengan Tuhan. Kita punya relasi dengan Tuhan karena kita beriman kepada-Nya, namun relasi itu tetap dalam batas Tuhan sebagai Allah Pencipta dan kita makhluk ciptaan-Nya. Karena itu dalam doa kepada Tuhan sebagai salah satu bentuk relasi dengan Tuhan, kita tidak dalam rangka mengatur, mengajar dan memberi petunjuk apa yang harus Tuhan lakukan kepada kita. Tuhan yang tahu apa yang seharusnya Dia lakukan kepada kita.
Sekalipun kita diperkenankan bahkan diajurkan untuk membangun persekutuan dan kesatuan dengan Tuhan, namun persekutuan dan kesatuan kita dengan Tuhan tetap dalam relasi antara Tuhan dan umat. Dia adalah Mahakudus yang sesungguhnya tidak bisa didekati. Perhatikan ayat 25: “Dengan siapakah kamu hendak samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? Firman Yang Mahakudus”. Allah tidak dapat disamakan dengan apa pun atau dengan siapa pun, Dia adalah Mahakudus. Dia adalah TUHAN, Allah yang kekal, yang menciptakan bumi ini yang kita diami (ayat 28). Dengan ini kita diingatkan bahwa sikap hormat dan menyembah, memuji dan memuliakan merupakan ciri dalam relasi persekutuan dan kesatuan kita dengan Tuhan. Walaupun TUHAN itu adalah Allah yang Mahakudus dan kekal, Allah yang transenden, yang tak terhampiri oleh siapun, namun Tuhan peduli dengan umat-Nya, terutama mereka yang ada dalam kelemahan dan tidak berdaya serta yang berharap kepada-Nya. Dalam ayat 29 ditegaskan bahwa “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”. Dia Allah yang jauh dari kita, karena Dia Mahakusus dan Kekal, tetapi sekaligus Dia adalah Allah yang dekat dengan kita, karena memberi perhatian dan menolong mereka yang lelah dan tidak berdaya. Karena itu, sekali lagi, persekutuan dan kesatuan kita dengan Allah berlangsung dalam rasa hormat dan menyembah, memuji dan memuliakan-Nya.
Allah yang Mahakudus dan Kekal itu tidak mengabaikan mereka yang berharap kepada-Nya. Benar Dia adalah Allah yang tak terhampiri, karena Mahakudus dan Kekal, namun tidak menutup diri-Nya bagi siapa saja yang berharap kepada-Nya. Orang-orang yang berharap dan yang selalu menanti-nanti Tuhan diberikan semangat dan kekuatan baru untuk berkarya dan menjalani hidup ini dalam Tuhan. Mereka yang berharap kepada Tuhan, Allah yang Mahakuasa dan Kekal itu, diibaratkan “seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi Lelah” (ayat 31). Inilah keistimewaan Allah yang diberitakan dalam Alkitab yang diimani oleh umat Allah, yaitu Allah adalah Mahakudus dan Kekal, jauh dan tak terhampiri oleh siapapun dan dengan apapun, tetapi sekaligus Dia adalah Allah yang dekat dan peduli dengan umat-Nya, Allah yang iba dan perhatian terhadap mereka yang berharap kepada-Nya. Dalam bahasa dogmatis, Allah adalah transenden sekaligus immanen, Allah itu jauh sekaligus dekat, Allah itu tak terhampiri sekaligus iba dan mengasihi umat-Nya. Itulah Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus, yang adalah Anak Allah itu sendiri. Oleh dan di dalam Yesus, Allah yang transenden menjadi Allah yang immanen. Oleh dan di dalam Yesus, Allah yang jauh menjadi Allah yang dekat. Oleh dan di dalam Yesus, Allah yang tak terhampiri menjadi Allah sang Bapa yang iba dan mengasihi anak-anak-Nya. Hanya oleh dan di dalam Yesus kita menemukan Allah yang istimewa seperti itu, di luar Yesus tidak ada Allah yang sedemikian istimewa. Mengenai keistimewaa Allah tersebut, Yohanes menyampaikan kesaksian seperti ini: “tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (1:18). Tidak seorang pun pernah melihat Allah, karena Allah itu Mahakudus dan kekal; tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, karena Dia Allah yang transenden, yang jauh dari kita. Tetapi, sekali lagi, tetapi “Anak Tunggal Allah”, yaitu Yesus, “yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”. Oleh dan di dalam Yesus, Anak Allah, Allah yang transenden menjadi Allah yang immanen. Karena itu Yesus disebut Imanuel, Allah berserta kita. Allah yang jauh dan terhampiri, tetapi oleh dan di dalam Yesus menjadi “Bapa Kami”, Allah yang mengasihi dan solider dengan manusia sampai ke dalam kedosaan dan kematian di salib.Itulah Allah orang Kristen, itulah Allah orang Papua, itulah Allah warga GKI. Kita akan melepas tahun 2024 dan memasuki tahun rahmat Tuhan yang baru, tahun 2025. Kita memang tidak tahu seperti apa kehidupan kita pada tahun yang baru itu, tetapi satu hal yang kita tahu dengan pasti, bahwa kita punya Allah yang istimewa, Allah yang Mahakuasa dan Kekal, yang oleh dan di dalam Yesus menjadi Bapa kita, yang senantiasa menyertai perjalanan hidup kita di tahun 2025. Marilah berikan kemuliaan bagi Allah, marilah berikan kemuliaan bagi Yesus Kristus, Tuhan kita, marilah kita berikan kemuliaan bagi Roh Kudus, yang terus dan akan selalu menuntun kita ke dalam kebenaran. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)
Belum ada Komentar untuk "AKHIR TAHUN: TUHAN IALAH ALLAH YANG KEKAL (Yesaya 40:12-31)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.