KHOTBAH 2: SIKAP DAN MENTAL ILAHI ( II Korintus 10:1-1)

Lingkungan sekitar kita hidup sangat kuat mempengaruhi prilaku atau sikap  kita. Seorang yang tinggal di lingkungan yang dihuni oleh orang-orang yang suka minum mabuk, lambat atau cepat orang itu akan menjadi sama dengan orang-orang di sekitarnya. Seorang anak di rumah tidak pernah memaki, tetapi ketika lingkungan pergaulannya suka memaki, maka anak itu akan terbiasa dengan hal tersebut. Orang Kristen menjalani hidupnya di dalam dunia ini dan cara-cara duniawi pasti mempengaruhi prilaku orang Kristen. Tidak heran kalau Rasul Paulus pun dianggap menjalani hidupnya secara duniawi. Dan Paulus tidak terima dianggap seperti itu, sehingga ia “berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka bahwa kami hidup secara duniawi” (ayat 2). Sekalipun Paulus berniat bertindak keras, namun tindakan itu dilakukan dalam karakter Kristus yang lemah lembut dan ramah (ayat 1).  Anggapan bahwa Paulus hidup secara duniawi memang tidak benar, tetapi Ia tidak menggunakan sikap manusianya untuk menanggapinya: “jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat” (ayat 2). Sebagai rasul Kristus, ia tidak menggunakan sikap manusianya, melainkan karakter Kristus. Menanggapi hal yang tidak menyenangkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan lemah lembuh dan ramah. Hal ini patut diteladani oleh orang Kristen, termasuk warga GKI, yaitu tidak menggunakan kekerasan, baik fisik maupun verbal, dalam menanggapi hal-hal yang tidak menyenangkan.

 

Orang Kristen, termasuk warga GKI, masih ada di dalam dunia dan sadar atau tidak menjalani hidup ini sangat dipengaruhi oleh cara-cara duniawi. Dalam dunia ekonomi dan bisnis misalnya, pasti kita berbisnis dengan cara-cara yang lazim di dunia bisnis. Kadang di dunia bisnis untuk memperoleh keuntungan bertindak curang dan menipu dilakukan, dan ini dianggap wajar. Dalam dunia politik pun sama. Untuk meraih kemenangan politik memfitnah lawan politik itu hal biasa dan dianggap pantas untuk dilakukan. Berbuat curang dan memanipulasi hasil pemilihan pun dianggap wajar untuk memperoleh kemenangan. Dan hampir semua orang yang berbisnis dan terlibat dalam politik, apapun agamanya, tidak bebas dari prilaku dan sikap duniawi, seperti kecurangan, penipuan, menfitnah, memanipulasi, membenci, bahkan sampai menggunakan kuasa kegelapan. Ini adalah senjata-senjata duniawi yang umum digunakan dalam perjuangan diberbagai bidang kehidupan, ekonomi, politik dan sosial.

 

Karena itu, orang Kristen, termasuk warga GKI, patut belajar dari Rasul Paulus yang tidak menjalani kehidupannya dengan cara-cara duniawi. Rasul Paulus memang tidak menyangkal keberadaan di dunia. “Memang kami masih hidup di dunia”, kata Rasul Paulus, “tetapi kami tidak berjuang secara duniawi” (ayat 3). Ada di dunia, tetapi tidak menjalani dan berjuang dalam hidup ini dengan cara-cara duniawi. Benar masih ada di dunia, namun tidak lagi berprilaku duniawi. Seperti Rasul Paulus, kita orang Kristen pun masih hidup di dunia, akan tetapi kita tidak boleh lagi hidup dengan cara-cara duniawi. Tentu kita tetap jalani kehidupan kita dalam dunia ekonomi dan bisnis, namun tidak dengan cara-cara duniawi. Kita tetap jalani kehidupan kita dalam dunia politik, tetapi bukan dengan cara-cara duniawi. Kita tetap ada dalam kehidupan sosial, tetapi menjalaninya bukan dengan cara-cara duniawi. Kita tetap ada dalam gereja di dunia ini, tetapi kita tidak jalani kehidupan bergereja dengan cara-cara duniawi. Kita tetap bekerja dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih makmur, namun kita berjuang bukan dengan cara-cara duniawi. Mengapa? “Karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah sejata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah” (ayat 4).

 

Senjata orang Kristen dan senjata warga GKI dalam perjuangan di dunia ini adalah senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah. Senjata apa yang diperlengkapi dengan kuasa Allah yang digunakan orang Kristen untuk berjuang di dalam dunia ini? Kepada orang Kristen di Efesus (6:10 – 20), yang menghadapi berbagai kejahatan dunia, Rasul Paulus menganjurkan mereka untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah, yaitu Injil yang mengandung kebenaran, keadilan, damai sejahtera dan keselamatan. Inilah senjata yang dilengkapi dengan kuasa Allah yang harus digunakan orang Kristen dalam perjuangan hidup di dunia ini. Orang Kristen berjuang dalam dunia ekonomi dan bisnis, tetapi berjuang dalam kebenaran dan keadilan untuk mendatang damai sejahtera bagi banyak orang. Orang Kristen berjuang dalam dunia politik, tetapi berjuang dalam kebenaran dan keadilan untuk menghadirkan damai sejahteran bagi banyak orang. Orang Kristen menjalani kehidupan sosial di dunia ini, tetapi menjalaninya dalam kebenaran dan keadilan agar orang lain mengalami damai sejahtera. Senjata-senjata ini ada kuasa Allah di dalamnya, karena itu, “sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (ayat 4).

 

Kalau ada orang Kristen, secara khusus warga GKI, yang selama ini berjuang dalam dunia ekonomi, politik, dan sosial menggunakan senjata-senjata duniawi, yaitu kecurangan, penipuan, suap, korupsi, mulai hari ini sudah harus berhenti. Berjuanglah dengan senjata yang mengandung kuasa Allah, yaitu kebenaran dan keadilan; berjuanglah dalam Injil, maka segala benteng-benteng yang menghambat orang mengalami damai sejahtera dan keselamatan akan diruntuhkan oleh kuasa Allah. Perjuangan dengan menggunakan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah dapat merobohkan segala kubu yang dibangun manusia untuk menghambat orang mengenal dan mengalami persekutuan dengan Allah. Hari ini ada banyak benteng dan kubu pertahanan, seperti keangkuhan, kesombongan, egoisme, sukuisme, yang menghambat manusia mengalami pengenalan, persekutuan dan kesatuan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Namun, di dalam kuasa Allah benteng-benteng dan kubu pertahanan tersebut tidak akan bisa bertahan, akan runtuh.

 

Ini menjadi peringatan bagi siapa saja yang hidup dan mempertahankan diri dalam benteng-beteng tersebut, bahwa yang saudara lawan adalah Allah, dan dalam sejarah kehidupan manusia tidak ada dan tidak pernah ada orang yang menang kalau melawan Allah. Karena itu, tinggalkanlah benteng-benteng dan kubu pertahanan ciptaan manusia, dan berjuanglah dalam hidup ini dengan Injil yang mengadung kuasa Allah. Kuasa Allah diberikan kepada Rasul Paulus bukan saja untuk meruntuhkan benteng-benteng dan kubu pertahanan yang menghambat orang mengenal dan percaya kepada Allah, tetapi juga dan ini yang paling penting, untuk membangun jemaat, bukan meruntuhkan jemaat. Rasul Paulus bangga diberi kuasa tersebut Perhatikan ayat 8, “Bahkan, jika aku agak berlebih-lebihan bermegah atas kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk menghancurkan kamu…”! Bagaimana tidak bermegah dia yang tadinya penganiaya pengikut Kristus, tapi sekarang menjadi rasul-Nya. Dia dikaruniakan kuasa untuk membangun umat-Nya. Ini pelajaran penting, terutama bagi kita yang diberi kuasa melalui penumpangan tangan untuk menerima jabatan gereja. Mari kita gunakan kuasa melayani untuk membangun jemaat. Sejak Sidang Sinode XVIII di Waropen GKI memasuki fase baru, yaitu fase pembaruan dan pertumbuhan untuk mewujudkan GKI sebagai pembawa keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Kita diberi kuasa untuk membangun gereja ini, dan harus bangga dengan kuasa tersebut, tetapi kebanggaan itu harus teruji dalam pelayanan yang berdampak pembaruan dan pertumbuhan gereja.

 

Kita sadar tidak mudah melakukan pembaruan dan pertumbuhan dalam gereja, karena benteng-benteng dan kubu-kubu keangkuhan manusia yang menghambat pembaruan dan pertumbuhan tidak saja berasal dari luar gereja, tetapi juga dari dalam gereja. Sekalipun demikian kita diberi senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah yang dapat merobohkan benteng-benteng dan kubu-kubu buatan manusia. Mari kita melayani dalam kuasa Allah, maka apapun tantangan yang kita hadapi, kita dapat mengatasinya, karena dalam kuasa Allah tidak ada yang mustahil. Amin! Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: SIKAP DAN MENTAL ILAHI ( II Korintus 10:1-1)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

KHOTBAH 2: SIKAP DAN MENTAL ILAHI ( II Korintus 10:1-1)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed