RUMAH ALLAH DI TENGAH - TENGAH KITA (Keluaran 40:1-38)

Allah memerintahkan Musa untuk mendirikan Kemah Suci. Sebutan “kemah suci” sudah menunjukkan bahwa kemah itu mempunyai posisi penting, karena merupakan “kemah pertemuan” antara Allah dengan pemimpin Israel (Musa) dan dengan segenap umat Israel. Karena ini sebuah kemah suci, maka Musa pun diperintahkan untuk menguduskan kemah beserta isinya. Musa menguduskan kemah tersebut dengan minyak urapan sesuai perintah Allah (lihat ayat 9 – 11). Pada kemah yang sudah dikuduskan itu, kemuliaan Tuhan hadir yang ditandai dengan awan yang menutupi kemah tersebut.

 

Kehadiran kemuliaan Allah pada kemah tersebut menunjukkan bahwa Allah ada bersama Musa dan orang Israel. Allah menyertai mereka. Kemah suci yang dikuduskan, yang di dalamnya diletakan tabut hukum Tuhan, menjadi tanda kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Kehadiran Allah pada kemah itu pada siang hari ditandai oleh awan yang menutup kemah, tapi pada malam hari ditandai dengan api yang ada di dalam kemah itu (lihat ayat 38). Allah Israel adalah Allah yang selalu hadir dan ada di tengah kehidupan umat-Nya. Siang dan malam Allah ada di tengah umat-Nya. Ia bukan hanya hadir, tetapi juga memimpin perjalanan umat Allah itu. Perhatikan ayat 36-37, “apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka mereka pun tidak berangkat sampai hari awan itu naik”. Allah menuntun perjalanan Israel, dan mereka tunduk pada tuntunan Allah, “kalau awan naik mereka berangkat, kalau awan tidak naik mereka pun tidak berangkat”. Inilah sesungguhnya karakter umat Allah itu, yakni menjalani hidup ini sesuai dengan tuntunan dan kehendak Allah. Umat Allah tidak akan menjalani hidupnya di luar kehendak Allah. Hal tersebut menjadi pelajaran penting bagi kita yang oleh karena iman kepada Yesus Kristus menjadi umat Allah. Bahwa umat Allah itu, tidak menjalani kehidupannya tanpa dan di luar kehandak Allah. Umat Allah hanya melakukan apa yang Allah kehendaki, di luar itu, tidak! Melakukan sesuatu di luar kehendak Allah, berarti melawan Allah. Dan siapa yang melawan Allah pasti binasa dan mengalami penghukuman.

 

Kalau di jaman Musa, Kemah Suci menjadi kemah pertemuan dan simbol kehadiran Allah di tengah umat Allah, bagaimana dengan kita? Apakah ada Kemah Suci, yang menjadi kemah pertemuan dan kemuliaan Allah hadir di situ? Ada! Di setiap jemaat GKI ada gedung gereja, tempat ibadah, tempat dimana berlangsung pertemuan antara Tuhan dengan umat-Nya. Gedung gereja pada setiap jemaat sebelum digunakan pun dikuduskan, kendati caranya tidak seperti yang dilakukan Musa terhadap Kemah Suci, yaitu dengan minyak urapan. Tetapi Gedung gereja itu dikuduskan melalui pentahbisan dalam nama Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Dengan pentahbisan itu, Gedung gereja dikuduskan dan dikhususkan hanya untuk pertemuan Tuhan dengan umat-Nya dalam ibadah-ibadah jemaat. Maka dapat dikatakan, gedung gereja yang ada pada setiap jemaat GKI, menjadi simbol dan tanda kehadiran Allah di dalam jemaat dan kehidupan setiap anggota jemaat. Karena itu, sudah seharusnya setiap warga GKI pada setiap jemaat menjalani kehidupan ini sesuai dan tidak di luar kehendak Allah. Kalau sekarang ini sebagian anggota jemaat tidak hadir dan tidak ikut beribadah dalam ibadah-ibadah jemaat, maka hal ini menjadi tanda rusaknya hubungan warga GKI dengan Tuhan, dan sudah dapat dipastikan bahwa hidup ini berlangsung di luar kehendak Allah.

 

Kemah suci sebagai kemah pertemuan Allah dengan umat-Nya dalam kehidupan kita hari ini, pertama-tama bukanlah sebuah gedung gereja atau tempat ibadah. Kemah suci yang Allah sendiri dirikan dan kuduskan melalui dan di dalam Yesus Kristus adalah tubuh setiap orang percaya. Bukan Gedung, tetapi tubuh setiap orang yang telah diampuni dan ditebus dosanya oleh Yesus Kristus. Setiap orang Kristen, dan secara khusus setiap warga GKI adalah Kemah Suci, tempat kediaman Allah. Kepada orang Kristen di Korintus Rasul Paulus mengingatkan, bahwa mereka adalah bait Allah. “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16). Setiap orang Kristen adalah bait Allah atau rumah Allah. Kemah Suci tempat kediaman Allah bukan lagi sebuah gedung, melainkan tubuh dan diri setiap orang beriman kepada Kristus, dan di dalam diri setiap orang beriman Allah hadir di dalam Roh Kudus untuk menuntun setiap orang Kristen dan secara khusus warga GKI untuk menjalani hidup ini sesuai dengan kehendak Allah dan hidup di dalam kebenaran. Karena orang Kristen adalah bait Allah, dan Roh Allah tinggal di dalam diri setiap orang beriman, maka sudah harus menjadi keputusan iman untuk menjalani hidup ini di bawah tuntunan Roh Kudus. Kehidupan yang tidak menjalani kehendak Allah berarti menodai dan merusak bait Allah. Rasul Paulus mengingatkan, “jika ada yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia.” (1 Kor 3:17). Hendaklah kita menjaga kekudusan bait Allah, menjaga kekudusan Kemah Suci dengan menjalani kehidupan kita sesuai dengan kehendak Allah. Apa kehendak Allah bagi kita yang patut kita lakukan?

 

Dalam Kemah Suci Musa tempatkan “tabut hukum Allah” (ayat 20-21), yang memuat 10 (sepuluh) perintah Allah yang harus dijalani oleh umat Israel. Yesus meringkas sepuluh perintah itu menjadi Hukum Kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (Mat 22: 37 – 40). Hukum kasih inilah yang menjadi kehendak Allah yang harus kita lakukan sebagai umat Allah. Hukum kasih ini tidak asing bagi kita, sudah sering dan bahkan terlalu sering mendengarnya, tetapi melakukannya tidak semudah mengucapkannya. Ada banyak kepentingan yang bisa membuat kita tidak bisa melakukan Hukum Kasih itu. Salah satunya adalah kepentingan politik. Dan hari ini, kepentingan politik sangat menguasai diri kita, dan membuat kita tidak dapat mengasihi orang lain, apa lagi orang itu adalah lawan politik. Tetapi hari ini kita dingatkan bahwa kita adalah Kemah Suci, kita adalah bait Allah dan Roh Allah ada di dalam kita, yang menuntun kehidupan kita untuk menjalani kehendak Allah, menjalani hidup ini dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia, termasuk kasih kepada lawan politik.      Marilah, mulai hari ini, tanamkan dalam diri kita masing-masing bahwa kita ini adalah Kemah Suci, bait Allah, tempat kediaman Allah oleh Roh-Nya. Allah mendiami diri kita dan menuntun kehidupan kita oleh Roh Kudus, agar kita senantiasa menjalani kehendak-Nya dan hidup dalam kasih, kasih kepada Allah dan kasih kepada semua orang, tanpa kecuali. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "RUMAH ALLAH DI TENGAH - TENGAH KITA (Keluaran 40:1-38)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed