KHOTBAH 2: KEKASIHKU, KASIHKU, KEHIDUPANKU (Kidung Agung 2:8-17)

Jika bunga tidak disiram, tanaman tidak dipupuk, tidak dirawat bisa jadi bunga atau tanaman itu akan mati. Bukan tanaman saja yang perlu dirawat. Cinta juga. Jika cinta tidak dirawat maka godaan dapat menghancurkan indahnya cinta. Jika cinta dikhianati maka dunia serasa hampa karena hati sangat sakit. Sebaliknya jika cinta sudah melekat maka segalanya pasti indah. Jika cinta sudah melekat, dunia hanya milik berdua sedangkan yang lain kontrak.

 

Tema kita saat ini: Kekasihku, Kasihku, Kehidupanku. Kata – kata tema ini sudah penuh cinta. Kitab Kidung Agung memang menggambarkan cinta Tuhan kepada manusia. Kitab ini biasanya dibaca di hari Raya Paskah, hari raya utama Yahudi. Paskah Israel mengingat pembebasan Tuhan bagi Israel saat keluar dari Mesir. Jadi Kitab ini dibaca untuk merayakan cinta Tuhan yang luar biasa dalam pembebasan umat. Dalam kitab ini ada refleksi tentang keagungan cinta Tuhan. Kitab Agung ditulis oleh Salomo dan menjadi nyanyian perkawinan. Kidung ini  mengekspresikan perayaan cinta bukan saja antara seorang pria dan seorang wanita, karena sesungguhnya Kidung Agung menggambarkan relasi yang sangat intim antara Allah dan Israel. Sebuah relasi kasih yang penuh gairah, yang ditandai dengan kesetiaan. Sebab cinta tanpa kesetiaan akan membuat cinta juga pudar.

 

Dalam bacaan kita Kidung Agung 2:8-17 ada ekspresi cinta yang diungkapkan oleh si wanita, ekspresi sukacita, ekspresi kegairahan ketika melihat kekasihnya (ay.8-9). Ekspresi cinta yang kemudian disambut dengan penuh kemesraan dan kegairahan oleh si pria (ay.10-13). Merawat dan memperjuangkan cinta agar cinta tetap awet. Dengan cara apa relasi cinta itu digambarkan? Kedua pasangan itu saling memupuk kerinduan. Jika kita mencintai seseorang, kita akan selalu merindukannya. Jika tidak rindu, apa masih bisa dibilang cinta? Yesus adalah kekasih jiwa kita, Yesus adalah kehidupan kita. Tema kita: Kekasihku, Kasihku, Kehidupanku adalah ungkapan cinta untuk Tuhan. Karena itu pertanyaan penting untuk kita: adakah kitapun selalu merasakan rindu kepada Tuhan? Saat belum berjumpa pasangan, hati selalu gelisah. Adakah hati kitapun gelisah jika belum berjumpa dengan Tuhan? Jangan biarkan cinta dan kerinduan untuk Tuhan menjadi mati karena cinta Tuhan bagi kita adalah cinta yang tak pernah mati. Ia Tuhan yang mencintai kita. Ia mencari kita. Ia menebus kita. Ia mati untuk kita. Bangkitkanlah kerinduan untuk Tuhan. Relasi cinta mesti dirawat dengan gelora cinta yang terus membara, penuh semangat, penuh gaira. Dalam bacaan kita ini, kekasih digambarkan seperti kijang dan anak rusa yang lincah melompat – lompat dan meloncat. Jadi kalau dalam hidup kita dipenuhi oleh gairah cinta dari Tuhan maka kita akan melakukan tugas dan tanggung jawab kita dengan penuh semangat. Seorang istri tidak lagi memandang rutinitas kesehariannya dengan membosankan. Tidak ada keluhan: “duhhh bangun tidur, kompor lagi dan kompor lagi atau pakaian kotor lagi”. Gairah cinta Tuhan akan membuat kita melakukan hal – hal kecil dan sederhana dengan semangat yang membara.  Jadi biarkanlah gelora cinta untuk Tuhan terus membara dalam hati dan terus kita nyatakan bagi orang – orang terkasih dalam keluarga kita: suami, isteri, anak – anak kita. Relasi cinta dirawat dengan adanya sapaan – sapaan mesra. Kekasihku, kasihku, kehidupanku adalah sapaan mesra kepada Tuhan. Di dalam bacaan kita ada sapaan mesra: kekasihku, manisku, jelitaku, merpatiku. Sapaan yang menunjukan cinta yang mendalam. Bukan hanya anak – anak muda yang kasmaran saja yang saling menyapa dengan sapaan khusus: Beb, Honey, Cinta, Love, Sayang, Cinta lope – lope. Bahkan ada yang sudah saling panggil papa dan mama padahal belum menikah. Sungguh dahsyat. Mari kita juga saling menyapa dengan mesra dalam keluarga, suami perlu sapa isteri: kekasihku, sayangku, jantung hatiku. Begitupun sebaliknya. Lalu kitapun selalu menyapa Tuhan dalam doa, dalam pujian maupun dalam penyembahan.

 

Relasi cinta juga mesti dirawat dengan perjuangan melewati musim kehidupan. Sang kekasih dalam Kidung Agung, mengajak mempelai perempuan: Lihatlah musim dingin sudah lewat, hujan sudah berhenti. Pohon Ara mulai berbuah, bunga pohon anggur semerbak tercium baunya. Cinta yang kuat membuat kita dapat melewati musim demi musim kehidupan dalam pengharapan. Musim dingin berbicara tentang waktu yang tidak hangat, bukan waktu yang menggembirakan. Musim kehidupan yang terlalui bisa jadi berat tetapi selalu ada harapan dalam cinta bahwa akan datang musim yang baru. Bagaimanapun juga keadaan yang sedang kita hadapi sekarang, dengan cinta Tuhan, kita akan beroleh kekuatan saat sesak dan resah.  Merawat relasi cinta juga adalah dengan tidak tergoda. Dalam cinta selalu ada godaan, ada rubah – rubah kecil yang merusak kebun anggur yang sudah berbunga. Dalam cinta kepada Yesus, ada banyak hal bisa menjadi rubah – rubah yang menghalangi kerinduan dan kesetiaan kita kepada Tuhan. Dalam cinta bagi pasangan dan keluarga kita menyadari ada banyak ujian tetapi kekuatan cinta Tuhan yang sudah menyatukan pasangan dalam pernikahan akan memampukan setiap keluarga Kristen mengatasi rubah – rubah yang mengancam keharmonisan hidup keluarga. Merawat relasi cinta adalah dengan berkomitmen saling setia. Ayat 16 bacaan kita berisi penegasan komitmen untuk saling setia dalam cinta: “Kekasihku kepunyaanku dan aku kepunyaan dia”. Komitmen cinta untuk tidak tergoda pada apapun. Kesetiaan cinta yang tidak luntur oleh waktu maupun usia. Relasi Tuhan dan manusia juga digambarkan dalam relasi cinta. Tuhan bukan sekedar menciptakan kita sebagai salah satu ciptaan. Tuhan menjadikan kita milik kepunyaanNya. Tuhan mengikat cintaNya pada kita. Kita ada karena cinta Tuhan. Kita diselamatkan oleh cinta Tuhan. Kita dipelihara dalam cinta Tuhan. Cinta Tuhan telah nyata di dalam Yesus Kristus Juruselamat manusia. Cinta Tuhan telah terbukti dalam pengorbanan Kristus di kayu salib. Jika Tuhan adalah kekasih jiwa kita maka hanya Tuhanlah satu – satunya yang terutama dan yang utama di hidup kita. KepadaNyalah kita mempercayakan seluruh kehidupan kita. Tiada tempat bagi yang lain; apapun dan siapapun itu. Jika Tuhan adalah kekasih jiwa kita maka setiap saat kita memiliki kerinduan yang menggebu untuk berjumpa dengan Tuhan. Jika Tuhan adalah kekasih jiwa kita maka kitapun senantiasa memuji – muji Tuhan. Kita selalu bersyukur meresponi berkat – berkat cinta Tuhan dalam kerja dan profesi masing - masing. Jiwa kita penuh sukacita untuk melayani Tuhan. Setiap kesempatan dalam hidup adalah kesempatan untuk melayani Tuhan. Janganlah menduakan cinta Tuhan dengan kepercayaan pada kuasa kegelapan atau kepercayaan kepada kuasa – kuasa modern. Janganlah mengkhianati cinta Tuhan dengan perilaku dosa yang mendukacitakan hati Tuhan. Hiasilah hidup dengan cinta Tuhan agar dunia dipenuhi cinta kasihNya dan kitapun menikmati tak terbilang banyaknya berkat cinta Tuhan, tak terbilang banyaknya nikmat penyertaan Tuhan dan tak terbilang banyaknya sukacita di dalam Tuhan. Di mana ada cinta Tuhan, di situ ada kehidupan. Amin. Selamat hari minggu. Tuhan memberkati.

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: KEKASIHKU, KASIHKU, KEHIDUPANKU (Kidung Agung 2:8-17)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed