PEREMPUAN YANG MENJADI BERKAT (Ester 2:1-18)

Pada beberapa kelompok suku di Nusantara ini, termasuk di Tanah Papua, perempuan mempunyai peran yang tidak dapat dianggap remeh dalam pekerjaan memenuhi tuntutan kebutuhan hidup keluarga. Mulai dari mengambil bahan makanan di kebun sampai menyanjikannya di meja makan dilakukan oleh perempuan. Tidak hanya terbatas pada urusan domestik rumah tangga perempuan berperan, tetapi juga dalam kepentingan yang lebih luas untuk orang banyak. Saat ini ada perempuan yang menjadi anggota parlemen, kepala daerah, pengusaha, dan yang berprofesi dalam pelayanan masyarakat seperti dokter. Hal yang demikian sesungguhnya bukan baru, ribuan tahun lampau sudah ada perempuan yang berperan luar biasa dalam masyarakat. Hari ini kita akan merenungkan pengalaman salah seorang perempuan yang menjadi ratu pada istana raja Ahasyweros, yaitu Ester.

 

Sebagaimana kita baca tadi dalam kitab Ester 2: 1 – 18, Ester adalah seorang gadis cantik berkebangsaan Yahudi, anak angkat Moderkhai. Setelah raja Ahasyweros menceraikan ratu Wasti, maka raja mengangkat Ester menjadi ratu. Di antara sekian banyak gadis yang dihadapkan kepada raja, tetapi yang dipilih adalah Ester, karena Hegai, yang mengawasi perempuan menghadap raja melihat “gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya.”(ayat 9). Tentu saja yang dilihat dan menarik bukan hanya tampilan fisik yang cantik, tetapi juga kepribadiannya, sehingga “Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain” (ayat 17). Ester tampil di hadapan raja memiliki daya tarik melebihi gadis-gadis yang lain. Selain cantik, tentu karena kepribadiannya berkenaan dalam pandangan raja, “sehingga baginda mengenakan makhota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti” (ayat 17). Ester diangkat menjadi ratu. Pengangkatan ini disusul pula dengan “perjamuan bagi semua pembesar dan pegawai, yakni perjamuan karena Ester” (ayat 18). Luar biasa, karena Ester, raja mengadakan pesta yang dihadiri para pembesar dalam Istana raja dan para pegawainya. Raja Ahasyweros, bukan orang Yahudi, dia raja Persia (sekarang: Iran), tetapi bersukacita dan melakukan pesta menyambut Ester. Ini pelajaran berharga bagi kita, yaitu ketika kita berkepribadian yang baik, maka kehadiran kita akan dihargai oleh orang lain, kendati orang itu tidak memiliki keyakinan yang sama dengan kita.

 

Bukan hanya pesta yang dilakukan oleh raja Ahasyweros, ia bahkan memerintahkan pembebasan pajak di wilayah kekuasaannya. Perhatikan ayat 18: “dan baginda menitahkan kebebasan pajak bagi daerah-daerah”. Pajak selalu dirasakan memberatkan kehidupan terutama bagi mereka yang kemampuan ekonominya terbatas, karena itu pembebasan pajak ini merupakan sebuah anugerah dari raja. Kehadiran Ester membawa pembebasan dari beban pajak, kehadiran Ester menjadi sebuah anugerah bagi orang banyak. Ester menjadi berkat dalam istana raja, bahkan berkat bagi semua orang yang ada dalam wilayah kekuasaan raja. Seperti inilah yang patut kita teladani. Di manapun kita ada, kehadiran kita sepatutnya membawa kebaikan bagi orang lain. Atau paling sedikit mempengaruhi orang lain untuk berbuat baik bagi sesamanya.

 

Sebagaimana kehadiran Ester mempengaruhi raja untuk membebaskan rakyat dari beban pajak, begitu pula kehadiran dan keberadaan kita di tengah masyarakat harus dapat mendorong pihak-pihak tertentu, termasuk pemerintah, untuk melakukan hal-hal yang membebaskan dan meringankan beban kehidupan yang dialami oleh orang banyak. Ester telah hadir menjadi garam dan terang di istana dan daerah kekuasaan raja. Kita pun seharusnya seperti Ester. Di manapun kita ada, kehadiran kita patut menjadi garam dan terang seperti yang dianjurkan oleh Tuhan Yesus. Kepada murid-murid-Nya, termasuk kepada kita Yesus nyatakan, kamu adalah garam dunia dan terang dunia (Mat 5:13 – 16). Di mana saja garam dan terang ditempatkan , pasti akan membawa perubahan: dari hambar menjadi enak, dari gelap menjadi terang. Begitu pula orang Kristen dan secara khusus warga GKI di Tanah Papua, kehadiran dan keberadaan kita di Tanah Papua harus menjadi berkat bagi orang banyak. Perhatikan perintah Yesus ini: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Mat 5:16). Mari kita menjadi berkat bagi Tanah Papua, mari kita melakukan kebaikan bagi siapa saja untuk kemuliaan Allah, Bapa kita yang di sorga. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, S. Th, M. Th)          

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "PEREMPUAN YANG MENJADI BERKAT (Ester 2:1-18)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed