BERDOA BAGI SESAMA (Nehemia:1:1-11)

Ada banyak tipe hubungan dalam kehidupan manusia. Ada yang disebut hubungan dagang, seseorang berhubungan dengan orang lain karena kepentingan dagang. Ada pula hubungan darah, seseorang punya hubungan dengan orang lain karena mereka berasal dari papa dan mama yang sama. Lalu bagaimana mengenai hubungan manusia dengan Tuhan? Apakah itu sebuah hubungan dagang atau hubungan darah? Manusia memiliki hubungan dengan Tuhan, tetapi bukan hubungan dagang. Sayangnya, ada orang Kristen yang memperlakukan hubungan dengan Tuhan sebagai hubungan dagang, kalau ada kepentingan barulah mengingat Tuhan. Hubungan orang Kristen dengan Tuhan bukan pula hubungan darah, sekalipun, Yesus mengajar kita memanggil Allah itu sebagai “Bapa kami yang di sorga” (Mat 6:9). Kalau begitu seperti apa hubungan umat Tuhan dengan Tuhan? Seperti apa hubungan orang Israel dengan Tuhan? Seperti apa hubungan orang Kristen dengan Tuhan? Sekali lagi, bukan hubungan dagang, bukan pula hubungan darah, melainkan hubungan perjanjian. Perhatikan seruan Nehemia dalam doanya: “Ya, Tuhan, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat yang berpegang pada perjanjian…” (ayat 5). Allah berpegang pada perjanjian. Hubungan Allah dengan umat-Nya adalah hubungan yang berlangsung berdasarkan perjanjian. Hubungan orang Kristen dengan Tuhan berlangsung karena perjanjian. Dan perjanjian itu bukan kita yang membuat, tetapi Tuhan yang membuat perjanjian. Kepada Abram Tuhan berfirman: “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun, menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu” (Kej 17:7) Ini janji Allah yang paling utama dan mendasar, yakni Allah menjadi Allah kita, menjadi Allah anak-anak kita, menjadi Allah cucu-cucu kita.

 

Dalam hubungan perjanjian itu ada perintah yang harus ditaati dan diikuti. Ketika umat tidak taat pada perintah Tuhan, mereka berdosa dan melawan Tuhan. Dosa melawan perintah Tuhan itulah yang didoakan Nehemia. Perhatikan doa Nehemia ini: “Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu” (ayat 7). Dosa Israel yang didoakan Nehemia adalah dosa ketidaktaatan kepada peraturan dan ketetapan Tuhan. Ada 613 butir ketetapan dalam hukum taurat yang harus ditaati dan dilakukan umat Tuhan. Ketetapan-ketetan itu mengenai hubungan dengan Tuhan maupun dengan sama manusia serta mengenai kehidupan yang harus dijalani umat Tuhan. Jadi dosa bukan hanya pelanggaran dalam hubungan dengan Tuhan tetapi juga terkait dengan sesama manusia serta pelanggaran dalam kehidupan sehari-hari.

 

Ini pelajaran penting bagi kita, jangan kita berpikir bahwa yang disebut dosa itu hanya terkait dengan pelanggaran terhadap perintah Tuhan, hubungan yang terganggu dengan sesama pun adalah dosa, sebab apa yang kamu lakukan kepada salah seorang saudara yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk aku (Mat 25:40).  Doa Nehemia tidak hanya menyatakan dosa, tetapi juga cara mohon pengampunan. Pengampunan dosa tidak bertolak dari kemauan kita, melainkan dari janji Allah: “bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku serta melakukannya…akan Kukumpulkan mereka Kembali”(ayat 9). Ada jaminan pengampunan bagi mereka yang bertobat. Jaminan itu tidak terletak pada kita yang mohon pengampunan, melainkan pada Allah sendiri. Inilah yang membedakan iman Kristen dengan iman yang lain. Dalam iman Kristen pengampunan adalah kasih karunia Tuhan, dan itu pasti terjadi, karena Tuhan selalu memenuhi janji-Nya.

 

Tetapi kasih karunia Tuhan itu akan dialami oleh mereka yang dalam kerendahan hati bergantung sepenuhnya pada belas kasihan Tuhan. Perhatikan ayat 11 ini, “Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu…”! Hanya orang yang benar-benar takut akan Tuhan akan merasakan kasih karunia-Nya, termasuk kasih karunia dalam pengampunan. Takut Tuhan, berarti merendahkan hati dan selalu menyembah-Nya. Sikap inilah yang ditunjukkan Nehemia ketika mendengar tembok dan pintu—pintu Yerusakem dihancurkan. Yerusalem itu kota Allah, tetapi kalau dihancurkan, maka Allah sedang berperkara dengan umat-Nya. Nehemia “menangis dan berkabung selama beberapa hari…berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit” (ayat 4).

 

Sikap ini pula yang patut kita teladani, bila Tuhan berperkara dengan kita, hendaklah kita datang kepada-Nya dalam kerendahan hati, menangis dan berkabung sebagai tanda penyesalan, berpuasa dan berdoa, memohon belas kasihan Tuhan. Ada banyak alasan yang membuat kita tidak setia dan gagal hidup taat kepada Tuhan, namun Tuhan senantiasa “berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya” (ayat 5). Marilah kita datang kepada Tuhan, marilah kita menyembah dan memuliakan Tuhan, takutlah senantiasa akan Tuhan, karena Tuhan mendengar doa mereka yang takut akan Dia. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)   

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BERDOA BAGI SESAMA (Nehemia:1:1-11)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed