HIDUP ORANG KRISTEN ( I Petrus 4:7-11)

Orang Kristen di Indonesia hidup bersama dengan 5 (lima) penganut agama yang lain, Islam, Katolik, Hindu, Budha dan Chonghucu. Pertanyaannya, seperti apa hidup orang Krisren itu? apakah sama dengan penganut agama yang lain? Atau ada hal yang istimewa pada orang Kristen? Sebelum kita jawab pertanyaan tersebut, kita perlu tahu dulu siapa orang Kristen itu? Lukas dalam Kisah Rasul 11:26, menjelaskan bahwa orang Kristen itu adalah murid Yesus, dan untuk pertama kali murid Yesus itu dipanggil Kristen di Antiokhia. Kalau orang Kristen adalah murid Yesus, maka pada orang Kristen ada karakter Kristus. Kalau orang Kristen adalah murid Yesus dan beriman kepada-Nya, maka melalui diri orang Kristen, orang lain dapat menyaksikan Kristus.

 

Dalam bacaan kita hari ini, Minggu 21 Juli 2024, kita hendak belajar dan merenungkan hidup orang Kristen. Pertama-tama, orang Kristen patut sadar, bahwa “segala sesuatu sudah dekat”. Segala sesuatu di bumi ini akan segera berakhir, dan seluruh ciptaan akan memasuki “langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu” (Why 21: 1).  Dengan kata lain, orang Kristen hari ini sedang menantikan kehadiran suatu kehidupan baru dalam langit yang baru dan bumi yang baru. Bagi orang Kristen, kehidupan baru ini sesungguhnya sedang berlangsung, karena sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus, “Siapa yang ada di dalam Kristus, adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang barus sudah datang” (2 Kor 5: 17).

 

Jadi orang Kristen adalah murid Yesus, yang tidak lagi hidup dalam kehidupan lama yang dikuasai dosa dan kematian, melainkan dalam kehidupan baru di bawah kasih karunia Allah di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus. Kalau begitu, apakah hidup orang Kristen sudah tidak mengalami masalah? Orang Kristen tetap dan masih berhadapan dengan masalah, bahkan banyak masalah; ada masalah ekonomi, masalah sosial, masalah politik, masalah hukum, dsbnya. Mengapa? Karena orang Kristen, bersama dengan orang lain, masih hidup dalam langit yang lama dan bumi yang lama. Hanya saja orang Kristen diingatkan bahwa “segala sesuatu sudah dekat”. Langit yang lama dan bumi yang lama dengan segala masalahnya akan berakhir, karena segala sesuatu sudah dekat. Jadi, orang Kristen ini hidup dalam suatu ketegangan, yaitu ketegangan antara kehidupan lama dan kehidupan baru. Orang Kristen masih menjalani hidup ini dalam langit yang lama dan bumi yang lama, tetapi kita sendiri sesungguhnya sudah hidup baru karena iman kepada Kristus. Para pakar Perjanjian Baru menyebut ini sebagai “ketegangan eskhatologis”, ketegangan yang menandai suatu akhir zaman. Dan dalam ketegangan ini, orang Kristen mengalami banyak masalah dan tantangan iman. Bagaimana menyikapi kondisi tersebut?

 

Pertama, “kuasailah dirimu” (ayat 7). Orang Kristen tidak perlu menjadi emosi dan tidak dapat mengandalikan diri, lalu bertindak tidak sesuai dengan keberadaan sebagai murid Yesus. Misalnya, karena masalah ekonomi lalu orang Kristen mencuri, korupsi, menyalah gunakan jabatan. Kalau seperti ini, berarti orang Kristen tidak menguasai diri. Karena itu, yang kedua, orang Kristen “jadilah tenang” (ayat 7). Tidak perlu gelisah dan bimbang, hadapilah masalah hidup ini dengan tenang dan dengan penyerahan diri yang sungguh kepada Kristus, sebab hanya di dalam Dia segala perkara dapat kita tanggung (Filipi 4: 13). Kalau orang Kristen dapat menguasai diri dan tenang dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan, maka yang ketiga berdoalah. Hanya ketika kita menguasai diri dan tenang, dapat berdoa tanpa merasa bimbang di hadapan Tuhan. “Kuasailah dirimu, dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa”.

 

Tetapi ada yang jauh lebih penting dari kuasai diri, tenang dan berdoa, yakni “kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain”.  Mengasihi dengan sungguh-sungguh adalah karakter seorang murid Yesus. Apapun masalah yang dihadapi oleh murid Yesus atau orang Kristen tidak boleh mengendorkan kasihnya kepada orang lain. Yesus menekankan kasih yang sungguh-sungguh tersebut dalam pengajaran-Nya dengan mengatakan: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37). Kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah, tetapi juga kepada orang lain, diberikan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, bukan dengan setengah hati, setengah jiwa dan setengah akal budi. Kasih orang Kristen diberikan dalam totalitas hidup ini. Acapkali karena banyak masalah yang kita hadapi, kasih kita tidak segenap hati, tetapi setengah hati. Kita mau tolong orang lain, tetapi karena kita sendiri ada dalam banyak masalah, lalu kita tidak mampun menolong orang. Kalau pun menolong sudah merasa terpaksa, tidak sungguh-sungguh. Dan keluarlah pernyataan yang tidak mencerminkan iman Kristen, “sendiri ada banyak masalah, baru bagaimana mau tolong orang lain”.

 

Orang Kristen tidak seperti itu, orang Kristen harus mengasihi dengan sungguh-sungguh, dengan segenap hati, jiwa dan akal bumi. Mengapa orang Kristen harus mengasihi dengan sungguh-sungguh? “Sebab kasih menutup banyak dosa” (ayat 8). Orang yang mengasihi dengan sungguh-sungguh akan terhindar dari kecenderungan berbuat dosa, misalnya orang berbuat jahat kepada kita, maka dua kemungkinan yang kita lakukan, pertama balas kejahatan dengan kejahatan, atau berdoa dan mohon berkat atas orang jahat itu. Kalau balas kejahatan dengan kejahatan, maka kejahatan yang dipakai membalas itu adalah sebuah tindakan dosa; sebaliknya, ketika kita berdoa mohon berkat atas orang yang berbuat jahat, maka inilah wujud orang Kristen yang mengasihi dengan sungguh-sungguh. Dan inilah yang Yesus kehendaki ketika Ia berkata: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:43 – 44). Karena itu, bagi orang yang hidup dalam kasih tidak ada kejahatan pada dirinya. Sebaliknya orang yang tidak memiliki kasih yang sungguh-sungguh, kemugkinan untuk berbuat dosa sangat besar, karena dia hidup menurut keinginannya sendiri. Apakah mungkin kita mengasihi dengan sungguh-sungguh?

 

Bagi orang Kristen, yang beriman kepada Kristus, pasti mampu dan dapat mengasihi dengan sungguh-sungguh. Sebab Yesus sudah lebih dulu mengasihi kita, bukan dengan setengah hati, tetapi dengan segenap hidup-Nya. Yesus mengasihi kita dengan sungguh-sungguh. Kesungguhan Yesus mengasihi kita nyata dalam kematian-Nya di kayu salib, Golgota. Karena itu, kitapun patut memperlihatkan kasih kita kepada orang lain dengan kasih yang sungguh-sungguh, kasih dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Kita dapat mengasihi dengan sungguh-sungguh, karena pada kita Tuhan berikan kuasa melalui Roh Kudus. Dalam Yohanes 20: 22 – 23, kepada murid-murid yang akan diutus-Nya, Yesus berkata: “Terimalah Roh Kudus, jika kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jika kamu menyatakan dosanya tetap ada, dosanya tetap ada”. Roh yang Yesus berikan kepada orang Kristen, adalah Roh Kudus yang membuat kita punya kuasa dan kemampuan melakukan seperti apa yang Yesus lalukan, mengampuni dan mengasihi dengan sungguh-sungguh. Seperti apa bentuk kasih yang sungguh-sungguh tersebut?

 

Mari kita perhatikan ayat 9: “Berilah tumpangan seorang  akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut”. Memberi tumpangan tidak sedekar memberi tumpangan orang dalam kendaraan atau di rumah. Mengapa? Karena ketika kita membiarkan orang memasuki kendaraan atau rumah, orang itu dengan segenap hidupnya telah memasuki kehidupan kita. Maka memberi tumpangan dapat dipahami sebagai kesediaan membuka hidup kita untuk menyelami, merasakan dan mengalami segala pengalaman hidup orang lain, suka dan dukanya, kebahagiaan dan penderitaannya, kelebihan dan kekurangannya. Karena itu, yang kita lakukan bukan sekedar memberi tumpangan, melainkan melayani orang lain sesuai dengan karunia yang Allah berikan kepada kita. Pelayanan kita bukan hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat materi, tetapi juga pelayanan melalui kata-kata yang memberi penghiburan, penguatan, semangat dan motivasi menjalani kehidupan sehari-hari. Tujuannya ialah, “supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu, karena Yesus Kristus”( ayat 11).

 

Jadi orang Kristen sangat berbeda dengan orang-orang yang menganut agama lain. Orang Kristen tidak lagi hidup dalam kuasa dosa dan maut, melainkan dalam kehidupan baru, dalam keselamatan, karena iman kepada Kristus Yesus. Dalam hidup baru ini, orang Kristen dapat dan harus saling mengasihi serta mengasihi orang lain dengan kasih yang sungguh-sungguh. Kita diberikan kuasa Roh Kudus untuk mengasihi dan melayani orang lain, supaya Allah dimuliakan, bukan supaya orang puji kita, bukan pula supaya gereja kita dianggap hebat, melainkan, sekali lagi, supaya Allah dimuliakan. Mari kita hidup dalam kasih yang sungguh-sungguh, mari kita gunakan segala karunia yang diberikan Allah bagi kita untuk melayani siapa saja yang membutuhkan pelayanan kita. Sebab, Allah di dalam Kristus Yesus, Dialah “yang mempunyai kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya”. Amin!  (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)  

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "HIDUP ORANG KRISTEN ( I Petrus 4:7-11)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

SETIA DAN TAAT PADA PANGGILAN ALLAH (Lukas 6:12-16)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed