YESUS KRISTUS HIKMAT ALLAH, MEMBENARKAN, MENGUDUSKAN DAN MENEBUS DUNIA (I Korintus 1:18-2:5)
Konon ada kisah menarik dari Mahatma Gandhi berkaitan dengan “Hikmat”. Saat jam makan siang, Gandhi mencari kursi kosong di kantin. Satu-satunya kursi yang masih kosong di sebelah profesor yang tidak suka kepadanya. Sang profesor mengetahui bahwa Gandhi akan duduk di sebelahnya, ia berkata: ”Sungguh tidak pantas seekor babi duduk berdampingan dengan seekor burung. Mendengar kata-kata tersebut, Gandhi dengan tenang menjawab: ”Oh, saya mengerti. Jangan kuatir Profesor, saya akan terbang sekarang juga”. Mahatma Gandhi pun pergi dan meninggalkan sang profesor yang terdiam menanggung malu. Kemudian di lain hari di dalam kelas, sang profesor sengaja memberikan pertanyaan jebakan kepada Gandhi, demikian: “Seandainya dalam perjalanan kamu menemukan satu tas penuh berisi kebijaksanaan dan satu tas lagi berisi uang. Tas yang mana akan kamu ambil?”. Gandhi menjawab, “Saya akan mengambil uangnya”. Ketika sang profesor mendengar jawaban tersebut, dengan sinis ia berkata, “Jika itu aku, aku akan memilih kebijaksanaan”. Gandhi membalas menjawab dengan santai, “Seseorang akan mengambil apa yang tidak dia punya”. Dan profesor pun kembali menanggung malu. Beberapa orang berpikir bahwa hikmat sama dengan pengetahuan, tetapi kenyataanya orang yang berpengetahuan belum tentu berhikmat. Pengetahuan biasa terbatas hanya mengenai teori tetapi hikmat lebih bersifat praktis. Hikmat bukan sebuah kemampuan pikir yang membuat seseorang disebut pintar. Tapi sangat berkaitan dengan kedewasaan dan pengalaman kehidupan. Hikmat terletak pada sikap hati (1 Raja-raja 3:9), yang membuat seseorang berpengertian dan bijaksana. Sehingga keputusan-keputusannya seringkali melebihi kepintaran yang tanpa kebijaksanaan. Oleh sebab itu manusia tidak hanya cukup memiliki pengetahuan tetapi manusia perlu memiliki hikmat. Seringkali kekacauan terjadi karena manusia hanya sibuk menambah pengetahuan tetapi tidak memiliki hikmat. Hal inilah yang hendak dijelaskan Paulus kepada jemaat di Korintus.
Kota Korintus yang majemuk dan jemaat Kristen di Korintus yang terdiri dari golongan Yahudi dan Non Yahudi berkembang di tengah filsafat dunia waktu itu. Sebagian dari jemaat Korintus terpengaruh oleh berbagai filosofi dunia. Mereka mulai menganggap diri mereka bijaksana ketika menilai kebenaran Injil melalui sudut pandang filsafat dunia, sehingga meremehkan pesan Injil yang sebelumnya telah diterima. Mereka bahkan mulai mengagungkan pemimpin rohaniah yang sesuai dengan pandangan mereka. Mengakibatkan munculnya praktek pengkultusan atas beberapa pemimpin dan membuat jemaat terpecah menjadi beberapa golongan, ada golongan Paulus, golongan Apolos dan golongan Kefas. Paulus hendak menyampaikan suatu kesimpulan bahwa semua anggota jemaat diselamatkan hanya oleh karena kuasa Injil Kristus, bukan karena hikmat manusia (hikmat Petrus, Apolos atau Paulus sendiri). Paulus menegaskan bahwa hikmat manusia meskipun terlihat menarik tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan. Menurut Paulus, pesan Injil adalah pesan salib yang merupakan kekuatan Allah yang memulihkan hubungan antara pendosa dengan Tuhan (Roma 1:16) Orang percaya diselamatkan oleh anugerah Allah dengan kuasa yang tidak terbatas, bukan oleh hikmat manusia. Ayat 19, Paulus mengutip Perjanjian Lama Yesaya 29:14, sebagai dukungan yang isinya adalah peringatan dan kecaman dari Allah terhadap 'manusia berhikmat' di Yehuda yang pada saat itu mencari bantuan dari Mesir ketika menghadapi ancaman dari Babel. Mereka ragu untuk bergantung pada Tuhan, melainkan lebih memilih mengikuti pemikiran mereka sendiri dengan mencari bantuan dari Mesir. Allah menegur perbuatan mereka, dengan menyatakan bahwa hikmat-Nya tidak terbatas dan jauh melampaui semua manusia. Akibatnya bangsa Yehuda pun harus mengalami pembuangan. Paulus mengutip ayat ini untuk menyampaikan bahwa Allah selalu merendahkan orang-orang yang menganggap diri mereka bijaksana serta mengandalkan kebijaksanaan itu. Sebaliknya Ia memilih memakai orang-orang yang dianggap lemah atau bodoh oleh dunia untuk mempermalukan hikmat manusia (1 Korintus 1:27-28). Hikmat duniawi ini tidak bisa membantu manusia untuk mengenal Allah (1 Korintus 1: 21a), seberapa pandai seseorang, tidak menjamin bahwa dia akan mengenal Allah dengan mengandalkan kekutannya sendiri karena pengenalan kepada Allah hanya melalui pekerjaan Roh Kudus. Pembenaran oleh Yesus Kristus akan memampukan hikmat manusia mengerti akan Allah. Tanpa pembenaran, manusia tidak akan pernah mampu mengenal Allah dengan hikmatnya sebagai manusia berdosa. Paulus “memberitakan Kristus yang disalibkan” (ayat 23). Ini merupakan sebuah batu sandungan bagi orang Yahudi dan suatu kebodohan bagi orang-orang bukan Yahudi. Namun bagi mereka yang dipanggil oleh Tuhan, salib adalah pemberitaan tentang keselamatan. Injil membalikkan semua hikmat manusia. ”Apa yang bodoh dari Allah, masih lebih bijaksana dari pada semua hikmat manusia. Apa yang lemah dari Allah masih lebih kuat dari pada kuat dari manusia” (ayt 25). Allah memilih mereka yang tidak terpandang dan yang hina, untuk menunjukkan kuasa kasih karunia.
Hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebusan kita adalah hasil karya Kristus, bukan hasil karya kita. Kita hanya dapat menerimanya sebagai anugerah dari Tuhan. Kita hanya bisa bermegah karena Allah baik terhadap kita bukan karena kita mempunyai sesuatu yang dapat membawa kita kepada Allah. Paulus mengakui bahwa sumber hikmat baginya adalah kekuatan Roh. Itulah sebabnya ia menasehati jemaat untuk tidak mengandalkan hikmat manusia tetapi tetap dalam segala sesuatu bergantung kepada kekuatan Allah termasuk bergantuk pada hikmat Allah. Jangan ada yang merasa sempurna dengan apa yang dimiliki, hidup mengandalkan kepintaran, kekayaan, jabatan, sehingga lupa bahwa ada Tuhan yang mengendalikan semua itu. Segala sesuatu yang dimiliki, pemikiran yang benar, kehidupan yang benar semua berasal dari Allah melalui Yesus Kristus dan bukan karena usaha manusia (kasih karunia meniadakan semua kebanggan manusia). Itu sebabnya tidak ada orang yang layak meninggikan dirinya sendiri. Kita tidak lagi terjebak dalam nilai-nilai dunia, tetapi bertindak dalam terang hikmat Tuhan. Oleh sebab itu dengan pemberdayaan yang Allah berikan dalam hikmatNya, kita terus memandang pada Salib Kristus yang telah mengerjakan keselamatan bagi kita, berbagi kebaikkan kepada sesama, mengasihi sesama, memperhatikan sesama yang terpinggirkan, dan mendahulukan orang lain dibandingkan diri kita sendiri supaya terciptalah suatu persekutuan dan kehidupan yang dipenuhi dengan damai sejahtera. Hiduplah dalam Kristus, hikmat Allah yang membenarkan, menguduskan dan menebus kita. Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati. Amin.
Belum ada Komentar untuk "YESUS KRISTUS HIKMAT ALLAH, MEMBENARKAN, MENGUDUSKAN DAN MENEBUS DUNIA (I Korintus 1:18-2:5)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.