SIKAP YANG BENAR DALAM PERJAMUAN KUDUS (I Korintus 11:17-34)
Hari ini kita memenuhi undangan Tuhan untuk mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus awal Tahun 2024 dari 4 kali perjamuan kudus yang akan berlangsung sepanjang tahun ini. Kita akan makan roti dan minum anggur sebagai lambang tubuh dan darah Kristus yang telah dikorbankan untuk penebusan dosa kita. Tema khotbah kita saat ini yaitu Sikap Yang Benar dalam Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus juga dilakukan jemaat Korintus pada zaman Paulus. Namun sayangnya, Perjamuan Kudus yang mereka adakan dilakukan dengan cara dan sikap yang salah. Mereka tidak memaknai Perjamuan Kudus sebagai sarana untuk mengingat kasih dan pengorbanan Kristus. Sebaliknya, mereka menjadikan Perjamuan Kudus sebagai kesempatan untuk makan dan minum anggur sepuasnya. Mereka justru melampiaskan hasrat dan nafsu kedagingan dalam perjamuan kudus. Paulus menegur kelakuan seperti itu. Cara hidup seperti itu sama sekali tidak membangun. Paulus mengingatkan makna dari Perjamuan Kudus. Jemaat tidak boleh memandang Perjamuan Kudus sebagai ritual keagamaan belaka tanpa pemahaman makna. Paulus meminta mereka untuk mengintrospeksi diri. Jemaat dinasihatkan untuk menyadari arti tubuh Kristus yang terpecah dan darah-Nya yang tercurah. Bagi Paulus, Perjamuan Kudus memiliki makna kesehatian dan kesatuan yang khusus dalam tubuh Kristus. Paulus hendak menekankan rasa solidaritas anggota jemaat untuk sehati, sepikir, serasa dan jangan hanya mengingat kepentingan sendiri saja. Pada Perjamuan Tuhan, semua manusia diundang untuk mendapatkan anugerah keselamatan. Oleh karena itu, makna perjamuan kudus mempunyai aspek diakonat (pelayanan terhadap sesama) dan mengingatkan kita bahwa masih ada orang yang menderita yang berada di bawah tekanan kemiskinan, mengalami ketidakadilan, dan tersingkirkan. Tujuan utama makan bersama bukanlah untuk memuaskan nafsu makan hingga perut kenyang, melainkan untuk membangun persekutuan bersama, agar masing-masing anggota mengalami kebaikan Tuhan melalui kehadiran kita.
Perjamuan kudus memiliki makna masa lalu yakni merupakan peringatan akan kematian Kristus untuk menyelamatkan kita. Kita bersyukur atas pengorbanan Kristus dan menghargai pengorbanan Yesus dengan tidak hidup lagi dalam dosa. Makna masa kini yakni Perjamuan Kudus merupakan suatu persekutuan dengan Kristus dan saudara seiman sebagai anggota tubuh Kristus juga merupakan suatu pengakuan dan komitmen dalam perjanjian dengan Kristus dan karena itu kita berserah sepenuhnya kepada Yesus. Juga memiliki makna masa yang akan datang yakni merupakan suatu jaminan akan Kerajaan Allah dan perjamuan Mesias pada masa depan ketika semua orang percaya akan bersama-sama dengan Tuhan, juga merupakan tindakan mengharapkan kedatangan Kristus yang sudah dekat bagi umat-Nya.
Hari ini ketika kita hendak mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus apakah kita sudah sungguh-sungguh mengerti makna pengorbanan Kristus? Kalau tidak, maka Perjamuan Kudus hanya menjadi sebuah ritual keagamaan belaka. Sakramen ini telah kehilangan maknanya. Melalui firman Tuhan ini, mari kita kembali mengevaluasi diri dalam mengikuti Perjamuan Kudus. Biarlah setiap momen Perjamuan Kudus selalu mengingatkan kita akan karya keselamatan Yesus. Momen itu bisa menguatkan komitmen kita untuk memberitakan kabar sukacita ke seluruh dunia. Masuklah pada Perjamuan Tuhan dengan memahami makna itu, membawa hidup kepada Tuhan dalam iman yang benar, doa yang tulus dan penyerahan diri pada Firman Allah dan kehendak-Nya. Amin.
Belum ada Komentar untuk "SIKAP YANG BENAR DALAM PERJAMUAN KUDUS (I Korintus 11:17-34)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.