POTRET SEORANG PENGKHOTBAH (Part 3)
BAB 3 SEORANG SAKSI: PENGALAMAN DAN KERENDAHAN HATI PENGKHOTBAH
Ayat Kunci: Yohanes 15:18-27
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku. Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka! Barangsiapa membenci Aku, ia membenci juga Bapa-Ku. Sekiranya Aku tidak melakukan pekerjaan di tengah-tengah mereka seperti yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tentu tidak berdosa. Tetapi sekarang walaupun mereka telah melihat semuanya itu, namun mereka membenci baik Aku maupun Bapa-Ku. Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan. Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku."
Jika pelayan adalah metafora dalam rumah tangga, yang membawa kita ke situasi rumah, di mana seorang tuan rumah mempercayakan persediaan makanan yang digunakan untuk kesejahteraan seisi rumah tangga kepada seorang pelayan. Pembawa berita adalah metafora dalam politik, yang membawa kita ke ruang terbuka di mana pemberita memberitakan pernyataan penting atas nama raja. Maka bersaksi adalah metafora hukum yang mebawa kita ke ruang pengadilan, di mana saksi – saksi akan memperkuat apa yang dikatakan. Pengkhotbah adalah saksi bagi Yesus.
Kesaksian di Hadapan Dunia
Kesaksian pengkhotbah adalah kesaksian di hadapan dunia yang telah jatuh ke dalam dosa dan memberontak kepada Allah. Melalui kesaksian kita orang – orang dunia akan mendengar, memahami, bertobat dann percaya.
Kesaksian bagi Anak Allah
Kesaksian pengkhotbah adalah kesaksian bagi anak Allah, bagi Yesus: kehidupan dan pelayananNya, kematianNya di kayu salib, penebusanNya dan kebangkitanNya.
Kesaksian oleh Bapa
Kesaksian pengkhotbah yaitu kesaksian bagi Kristus di hadapan dunia) dilakukan oleh Bapa yang termuat dalam PL dan PB. Firman yang tertulis memberi kesaksian tentang Firman yang hidup. Jika kita ingin bersaksi bagi Yesus, kita harus selalu mempelajari Alkitab karena di dalam Alkitablah kesaksian Bapa bagi Anak ditemukan.
Kesaksian Melalui Roh Kudus
Kesaksian pengkhotbah diberikan melalui Roh Kudus. Kesaksian itu menjadi hidup oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang berbicara di dalam dan melalui Alkitab. Roh Kudus adalah “Parakletos”: Penghibur, Penasihat, Penolong. Roh Kudus membela perkara Yesus Kristus. Pengkhotbah adalah saksi di pengadilan tetapi tetapi tanggung jawab pembelaan ada pada Roh Kudus. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran sehingga kesaksianNya benar. Roh Kudus adalah Roh Kristus karena secara kekal datang dari Bapa dan Anak
Kesaksian Melalui Gereja
Kesaksian Bersama sebagai jemaat. Pengkhotbah juga memiliki tanggung jawab khusus untuk bersaksi bagi Yesus dengan membutuhkan pengalaman dan kerendahan hati.
Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud adalah oengalaman pribadi dengan Yesus sendiri. Saksi bersaksi tentang apa yang diketahui. Murid – murid Yesus dapat memberi kesaksian tentang Yesus karena merek telah bersama – sama dengan Dia. Untuk memberi kesaksian, sesorang harus menjadi saksi terlebih dahulu. Dalam berkhotbah, pengkhotbah juga menguraikan Firman Allah dan memberitakan perbuatanNya sebagai saksi – saksi yang telah mengalami Firman dan perbuatan besar Allah secara pribadi. Tugas pengkhotbah bukanlah memberi ceramah filosofis tentang Yesus tapi pengkhotbah memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Yesus. Pengkhotbah harus bersaksi karena pengkhotbah adalah saksi. Pengkhotbah juga harus meninggikan Tuhan di hadapan para pendengar berdasarkan pengalamannya sendiri. Pengkhotbah harus benar – benar jujur sebab Alkitab mengutuk kesaksian palsu (Kel. 20:16). Pengkhotbah harus menjadi saksi yang benar. Pengkhotbah tidak boleh munafik tapi juga tidak boleh lalai dalam menjaga kehidupan rohaninya sendiri karena itu pengkhotbah harus mempunyai komitmen untuk doa dan pelayanan Firman. Yang dibutuhkan setiap pengkhotbah adalah pengenalan pribadi akan Allah. Tidak cukup pengkhotbah fasih berbicara atau struktur khotbahnya sangat baik – yang penting adalah Allah nyata baginya dan ia tahu apa artinya berdiam di dalam Kristus. Perkataan pengkhotbah betapapun jelas dan kuat, tidak akan terdengar benar dan meyakinkan kecuali diucapkan dari keyakinan yang lahir dari pengalaman. Berkhotbah bukanlah penampilan satu jam melainkan ungkapan dari sebuah kehidupan
Kerendahan Hati
Kesaksian Kristen adalah saksi bagi Kristus bukan kesaksian diri. Tujuan utama dari kesaksian dan pelayanan pengkhotbah adalah untuk menolong orang lain melihat Kristus dan setia pada Kristus.
BAB 4 SEORANG BAPAK: RELASI DAN KASIH PENGKHOTBAH
Ayat Kunci: I Korintus 4:14-17,21
Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! Justru itulah sebabnya aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap jemaat. Apakah yang kamu kehendaki? Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan hati yang lemah lembut?
Metafora Bapak mengidentifikasikan bahwa pengkhotbah memperhatikan relasi dengan orang – orang yang dilayani dengan Firman. Khotbah membutuhkan hubungan pribadi antara pengkhotbah dengan jemaat. Pengkhotbah berbicara sebagai Bapak kepada anak – anaknya. Hal ini tidak terlihat begitu jelas dalam khotbah penginjilan atau kebangunan Rohani di tempat umum, di mana kebanyakan pendengar tidak mengenal pengkhotbah dan sebaliknya. Namun hubungan ini jelas bagi pengkhotbah yang mempunyai hak istimewa untuk melayani sebuah jemaat.
Otoritas Seorang Bapak
Satu – satunya pribadi yang kepadanya kita harus bergantung secara rohani adalah Allah, Bapa Surgawi. Jadi kita tidak boleh bergantung secara rohani pada orang lain atau mencoba membuat orang lain bergantung pada kita. Pengkhotbah tidak boleh mempunyai keinginan untuk membiarkan jemaatnya bergantung terus padanya seperti anak kecil yang terus memegangi baju ibunya. Pengkhotbah ada untuk melayani bukan untuk dilayani. Allah adalah Bapa kita (Mat 23:9), Kristus adalah pemimpin kita (Mat 23:10) dan Roh Kudus adalah Guru kita. Pengkhotbah yang menempatkan diri sebagai Bapak, Pemimpin dan guru bagi orang lain berarti merebut kemuliaan Tri Tunggal yang kekal dan mengambil otoritas yang hanya milik Allah. Pengkhotbah tidak boleh melakukan hal seperti orang Farisi yang senang menjadikan orang lain tunduk kepada mereka.
Relasi dan Kasih Seorang Bapak
Metafora tentang hubungan Bapak – Anak adalah untuk menyatakan relasi yang penuh kasih dan sangat akrab ini juga yang menjelaskan relasi antara pengkhotbah dan jemaat. Seorang pendeta juga memiliki otoritas tertentu untuk mendisiplinkan jemaatnya dan itu dilakukan dalam kasih dan kerendahan hati. Pengkhotbah tanpa kasih sama sekali tidak berguna
Pengertian Seorang Bapak
Kasih seorang bapak akan membuat pengkhotbah berpengertian dalam pendekatannya kepada orang lain yaitu dengan memberi dukungan bagi para pendengar khotbah yang mempunyai masalah – keraguan, ketakutan, kecemasan dll. Pengkhotbah perlu mengaitkan khotbahnya dengan realitas praktis kehidupan sehari – hari. Tidaklah cukup untuk menyampaikan eksposisi akurat dari teks jika tidak menghubungkannya dengan kebutuhan actual manusia. Pengkhotbah harus akrab dengan orang – orang disekitarnya seperti halnya dia akrab dengan Allah. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pengkhotbah untuk menempatkan dirinya dengan kesedihan, tanggung jawab dan kebingungan orang – orang. Pengkhotbah yang efektif selalu seorang pendeta yang rajin, bertemu dan berbicara entah di rumah warga jemaat atau di rumah pengkhotbah. Semakin banyak orang berbicara kepada pendeta pada hari kerja, semakin baik ia akan berkhotbah kepada mereka pada hari minggu. Kasih akan menolong pengkhotbah untuk berpengertian tapi juga mengenal dan menghargai warga jemaat.
Kelemah Lembutan Seorang Bapak
Kasih seorang Bapak akan membuat pengkhotbah lemah lembut dalam memperlakukan orang lain. Kualitas ini adalah karakter Yesus: lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29). Pengkhotbah harus tetap tekun, tidak boleh berkecil hati, hilang kesabaran atau menyerah dalam keputus-asaan jika jemaat lambat dalam memahami berbagai hal. Ketika pengkhotbah sedang mengalami tekanan berat mereka harus ingat bahwa seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang (II Tim 2:24)
Kesederhanaan Seorang Bapak
Kasih seorang Bapak membuat pengkhotbah sederhana dalam khotbahnya. Kesederhanaan dalam berkhotbah dimulai dengan membuat tema yang sederhana. Bahasa khotbah juga harus sederhana. Dalam berbicara, kalimat pendek lebih baik dari kalimat panjang; contoh: perlunya pengulangan dan ilustrasi juga penggunaan bahasa gambar.
Kesungguhan seorang Bapak
Kasih seorang Bapak akan membuat seorang pengkhotbah bersungguh – sungguh dalam menyampaikan seruan. Pengkhotbah yang setia juga akan mengkhotbahkan tentang dosa, penghakiman dan neraka. Pelayanan khotbah mesti seimbang – kemurahan Allah dan kekerasanNya; kepastian penghakiman dan juga keagungan keselamatan. Kasih menajdi dasar kesungguhan dalam menyampaikan seruan.
Teladan Seorang Bapak
Kasih seorang Bapak akan membuat pengkhotbah konsisten dengan teladan yang diberikan. Pengkhotbah tidak dapat memisahkan apa yang mereka katakan dengan siapa mereka. Sangat penting bagi pengkhotbah untuk mempraktekkan apa yang dikhotbahkan. Pengkhotbah harus mengerahkan upaya yang sama untuk hidup dengan baik dan untuk berkhotbah dengan baik.
Doa Seorang Bapak
Kasih seorang Bapak akan membuat pengkhotbah
bersungguh – sungguh dalam berdoa. (Bersambung Part 4)
Belum ada Komentar untuk "POTRET SEORANG PENGKHOTBAH (Part 3)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.