POTRET SEORANG PENGKHOTBAH (Part 2)
BAB 1 SEORANG PELAYAN: PESAN DAN OTORITAS PENGKHOTBAH
Ayat Kunci: I Korintus 4:1-2
Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.
Pengkhotbah adalah Pelayan
Pada zaman Alkitab semua pemilik rumah yang kaya raya memiliki pelayan untuk megatur urusan rumah tangga, lahan pertanian atau kebun anggur, keuangan dan para budak mereka. Dalam PL contohnya: Salomo memiliki pelayan yang bernama Ahisar yang menjadi kepala istana (I Raja2 4:6). Dalam PB, Suami dari Yohana yaitu Khuza adalah bendahara Herodes (Luk 8:3). Seorang pelayan memiliki otoritas dalam rumah tangga. Sebagai pelayan, pengkhotbah memiliki tanggung jawab untuk menggunakan kesempatan dan karunia yang Allah berikan – karunia itu harus digunakan untuk melayani orang lain. Pelayan adalah gelar untuk semua orang yang memiliki hak istimewa untuk memberitakan Firman Allah. Pengkhotbah adalah pelayan dari “rahasia” yang telah diungkapkan dan yang diberi tugas untuk membukakan rahasia tersebut agar diketahui oleh seluruh anggota rumah tangga.
Metafora pelayanan memberi 4 pelajaran penting bagi pengkhotbah yakni
Insentif pengkhotbah – berkhotbah memerlukan kerja keras, dengan menyadari pengkhotbah adalah pelayan akan memberi insentif yang kuat untuk memperkuat jiwa yang lesu. Pelayan tidak boleh gagal. Pelayan mesti penuh semangat. Pelayan harus membuktikan bahwa mereka layak menerima kepercayaan;
Pesan pengkhotbah – Pengkhotbah menyampaikan pesan yang diberikan kepada mereka; bukan pesan khotbah mereka sendiri. Para pengkhotbah dapat menggunakan dunia politik, etika dan sosial sebagai ilustrasi untuk menerangkan prinsip – prinsip alkitabiah yang mereka sampaikan tapi mimbar bukanlah tempat untuk berkomentar tentang politik, etika atau debat sosial. Pengkhotbah harus memberitakan Firman Allah dan mengkhotbahkannya secara utuh dan lengkap (tidak sekedar memilih teks yang disukai dan mengabaikan yang tidak disukai) serta tidak menambahkan pendapat sendiri. Pengkhotbah harus mengenal orang – orang yang mendengar khotbahnya. Pengkhotbah harus melakukan yang terbaik untuk menafsirkan Alkitab secara akurat dan jelas serta membuat aplikasi yang tepat dan kuat sehingga kebenaran dapat melintasi jembatan dan sampai kepada pendengar. Pengkhotbah harus melakukan kerja hermeneutik dengan tepat. Seperti seorang pelayan di mana sang tuan rumah telah menyediakan bahan – bahan makanan terbaik untuk anggota – anggota keluarga, maka pelayan memiliki tugas menggunakan bahan – bahan terbaik itu, meramunya dengan benar dan tepat untuj menghasilkan menu yang bervariasi dan bergizi bagi para anggota keluarga.
Otoritas pengkhotbah – pengkhotbah menyampaikan Firman dengan otoritas, berada di bawah otoritas Firman dan harus menundukan diri di bawah otoritas Firman. Pengkhotbah tetap menyampaikan Firman dengan otoritas Allah tetapi menyadari bahwa Firman yang dikhotbahkan juga berlaku bagi dirinya sendiri. Khotbah yang benar tidak pernah basi, membosankan atau akademis melainkan segar dan tajam dengan otoritas Allah yang hidup. Firman Allah menjadi hidup bagi jemaat hanya jika firman itu hidup bagi diri pengkhotbah terlebih dahulu. Otoritas pengkhotbah bergantung pada keakraban pengkhotbah dengan teks yang dikhotbahkan – ketepatan memahami teks dan kekuatan teks berbicara kepada hati dan jiwa pengkhotbah sendiri
Disiplin Pengkhotbah
Setiap hari pengkhotbah harus membenamkan diri dalam Alkitab, memperlajari teks dengan teliti, merenungkan dan menggumulinya sampai teks tersebut memberi makna. Kadang – kadang jerih payah ini disertai dengan air mata. Pengkhotbah juga harus menggunakan semua sumber daya yang tersedia (kamus, konkordansi, terjemahan, tafsiran dll), namun yang terpenting harus mendoakan teks tersebut karena Allah yang memberi pengertian. Setelah memahami teks, pengkhotbah harus menerapkannya pada konteks yang sesuai dengan apa yang telah dialami atau akan dialami jemaat. Dengan disiplin mempelajari Alkitab maka pengkhotbah akan dipenuhi dengan pikiran Allah. Pelayan yang menyampaikan rahasia Allah adalah mereka yang setia dalam mempelajari dan mengkhotbahkan Firman Allah serta membuat orang lain merasakan otoritas Allah di dalam dan melalui Firman yang dikhotbahkan. Pengkhotbah setia kepada Allah dan setia kepada kebenaran yang dipercayakan.
BAB 2 SEORANG PEMBAWA BERITA: PEMBERITAAN DAN SERUAN PENGKHOTBAH
Ayat Kunci: II Korintus 5:18-21
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah
Pengkhotbah adalah pembawa berita dan ketika mereka berkhotbah, Kristus sendiri memberitakan damai sejahtera melalui mereka.
Perbedaan antara Pelayan dan Pembawa berita
Empat perbedaan seorang pelayan dan pembawa berita yaitu pertama, dalam fungsi sebagai pelayan, pesan khotbah diperuntukan bagi orang percaya sedangkan pemberita mempunyai pesan untuk seluruh dunia. Kedua, pelayan menjelaskan apa yang Allah katakan sedangkan pemberita menyatakan apa yang telah Allah lakukan. Seorang pelayan Firman yang baik juga harus menjadi pembawa kabar baik yang bersemangat tentang keselamatan di dalam Kristus. Pengkhotbah adalah pelayan dari apa yang telah Allah katakan dan pembawa berita dari apa yang telah Allah lakukan. Ketiga, seorang pelayan penekanannya pada aktivitas pelayanan yang dilakukan dengan setia sedangkan pembawa berita tidak sekedar memberitakan kabar baik tapi juga mendorong respons dari para pendengar. Keempat, pembawa berita memiliki otoritas langsung sejajar sebagai utusan Kristus (II Kor 5:20)
Tugas Pembawa Berita
Pelayanan Yohanes Pembaptis merupakan contoh pelayanan seorang pembawa berita – utusan Allah, tugasnya mendahului Mesias dan menyerukan pertobatan agar orang siap bertemu Raja yang akan datang. Yesus sendiri menugaskan para murid untuk menjadi pembawa berita
Isi Pemberitaan
Pertama, memberitakan tentang Yesus Kristus (Mengkhotbahkan Yesus sebagai Tuhan. Yesus sebagai Juruselamat yang disalibkan. Yesus yang lahir dan hidup di dunia. Kristus yang bangkit dan dimuliakan)
Kedua, Seruan pembawa berita: seruan kepada semua orang untuk datang kepadaNya dalam pertobatan dan iman
Utusan Kristus
Paulus menyebut dirinya dan timnya sebagai utusan Kristus, seorang utusan mewakili dan berbicara atas nama otoritas yang telah mengirim mereka.
Pemberitaan
Pengkhotbah adalah pembawa berita tentang satu – satunya pendamaian yang telah dilakukan dan diselesaikan oleh Bapa melalui anakNya di kayu salib, yang kemudian ditulis oleh Paulus. Berita pendamaian inilah kabar baik yang harus pengkhotbah beritakan. Pengkhotbah adalah utusan pendamaian
Seruan
Seruan utusan Allah tentang pendamaian adalah seruan yang kuat dan sepenuh hati. Pengkhotbah menyerukan pendamaian manusia dengan Allah – membawa pendengar ke dalam sukacita pendamaian. Pemberitaan dan seruan tidak dapat dipisahkan.
Tidak ada Seruan tanpa Pemberitaan
Pengkhotbah tidak boleh menyampaikan seruan tanpa terlebih dahulu melakukan pemberitaan. Orang harus memahami kebenaran sebelum diminta memberi respons. Pengkhotbah harus mengikuti teladan para rasul dan tidak takut untuk mengajarkan doktrin yang berbobot kepada orang – orang atau berdiskusi dengan mereka. Pengkhotbah harus melakukan yang terbaik untuk memberi penjelasan yang benar mengapa orang harus percaya dan pada saat yang sama meneyrahkannya kepada Roh Kudus agar pikiran mereka terbuka untuk mempertimbangkannya.
Tidak ada Pemberitaan tanpa Seruan
Pengkhotbah tidak boleh melakukan pemberitaan tanpa menyampaikan seruan. Pemberitaan tanpa seruan bukanlah khotbah yang Alkitabiah. Pembawa berita kabar Allah yang sejati berhati – hati dalam melakukan pemberitaan yang cermat, dan dipikirkan dengan baik tentang tindakan Allah yang luar biasa dalam penebusan melalui salib Kristus kemudian menyampaikan seruan yang tulus dan sepenuh hati kepada para pendengarnya agar mereka bertobat dan percaya. (Bersambung Part 3)
Belum ada Komentar untuk "POTRET SEORANG PENGKHOTBAH (Part 2)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.