POTRET SEORANG PENGGKHOTBAH (Part 4 - Selesai)
BAB 5 SEORANG HAMBA: KUASA DAN MOTIVASI PENGKHOTBAH
© Ayat Kunci: I Korintus 1:17-2:5
Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. " Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.
Paulus menegor orang Kristen di Korintus karena memberi kesetiaan kepada manusia, padahal seharusnya hanya bagi Kristus. Penulis mengkritik prilaku ketika beberapa pemimpin Kristen diperlakukan seperti “bintang” dan “selebriti”, dengan orang – orang yang berebutan ingin berada dekat mereka dan berpegang pada setiap kata yang mereka ucapkan. Namun itu bukan berarti para pemimpin Kristen tidak dihormati dan dihargai. Para pengkhotbah sering menghadapi bahaya sanjungan. Beberapa orang Kristen pergi ke gereja bukan untuk menyembah Allah melainkan untuk mendengar pengkhotbahnya. Tujuan khotbah bukan untuk menyenangkan pendengar tetapi untuk memberi manfaat. Yang terpenting adalah Kristus yang diberitakan bukan siapa yang memberitakanNya. Diakonia kadang mengacu pada pelayanan sukarela yang dilakukan oleh individu (Luk 10:40), tetapi lebih sering diakonos melakukan diakonia karena diperintahkan oleh seseorang yang berwenang (Mat 22:13). Pelayan bertindak atas nama tuan mereka dan tuannya bertindak melalui mereka. Pengkhotbah hanyalah agen yang melaluinya Allah bekerja, alat yang dipakai untuk membangkitkan iman pendengar Firman. Pengkhotbah memiliki hak istimewa untuk menabur dan menyiram. Pengkhotbah adalah pelayan Allah tetapi pelayanan mereka akan sia – sia jika Tuhan tidak bekerja dengan penuh kuasa melalui mereka.
© Diperlukan Kuasa Allah
Pengkhotbah harus menyadari kebutuhan yang urgen dan tak tergantikan akan kuasa Allah dalam berkhotbah. Langkah pertama untuk menerima kuasa adalah dengan rendah hati mengakui bahwa kita tidak memilikinya. Pengkhotbah membutuhkan kuasa tidak hanya dalam hidupnya tetapi juga dalam pelayanannya. Hanya kuasa Allah yang dapat membuat orang buta melihat dan orang mati hidup.
© Kuasa Firman Allah
Ada kuasa dalam Firman Allah. Kuasa untuk keselamatan bersumber pada Firman Allah. Jika pengkhotbah ingin melakukan pelayanan untuk menyelamatkan orang lain. Mereka harus mengkhotbahkan Firman Allah. Tanggung jawab pengkhotbah adalah pemberitaan bukan diskusi. Pengkhotbah harus merendahkan diri. Tidak ada kuasa yang menyelamatkan dalam kata – kata manusia karena itu pengkhotbah harus memberitakan dan menguraikan Firman Allah, yakin bahwa firman itu sungguh – sungguh bekerja di dalam mereka yang percaya (I Tes 2:13)
© Kuasa Salib Kristus
Ada kuasa di dalam Salib Kristus. Firman Allah adalah berita tentang salib karena itu Kristus yang disalibkan yang harus diberitakan. Pemberitaan tentang salib adalah kekuatan Allah. Jika pengkhotbah meminta orang – orang untuk melepaskan hikmat dan kekuatan sendiri dalam menyambut Kristus maka pengkhotbah juga harus berhati – hati untuk tidak memperlihatkan hikmat dan kekuatan sendiri di hadapan orang sebagai obyek dari iman mereka. Orang Korintus juga tidak bertobat oleh kekuatan perkataan Paulus, mereka digerakkan oleh kuasa Roh Kudus.
© Kuasa Roh Kudus
Ada kuasa dalam Roh Kudus. Hanya dengan kuasa Roh Kudus, Firman yang diberitakan dapat membuat orang menerima dan memegang firman dengan kuat, lalu menghasilkan buah. Mengandalkan kuasa Roh Kudus bukan berarti pengkhotbah bisa lalai mempelajari Firman Allah atau sembrono dalam persiapan khotbah atau bahkan tidak melakukan persiapan sama sekali. Yang dimaksudkan Paulus adalah seorang pengkhotbah ketika berkhotbah tidak boleh percaya pada kekuatan kepribadian dan argumentasinya sendiri, tetapi pada kuasa Roh Kudus. Sumber, isi dan penyampaian pesan pengkhotbah semuanya bersifat ilahi. Pengkhotbah harus memberitakan Firman Allah dengan cara Allah.
© Kekudusan dan Kerendahan Hati
Ada dua kondisi penting agar pengkhotbah dapat menjadi saluran kuasa Roh Kudus yaitu kekudusan dan kerendahan hati. Allah tidak memberkati orang yang mempunyai talenta luar biasa sebesar dia memberkati orang yang menyerupai Yesus. Seorang pendeta yang kudus adalah senjata yang penuh kuasa di tangan Allah. Mengenai kerendahan hati; Paulus tidak mengandalkan kepribadiannya yang kuat atau khotbahnya yang persuasive, tetapi ia datang kepada mereka dalam kelemahan agar kuasa Allah dapat dinyatakan di dalam dan melalui dia. Pengkhotbah perlu mengevaluasi motivasi dan ambisinya. Bagi Paulus, motivasi lain yang lebih besar adalah demi kemuliaan Allah. Kuasa keselamatan bukan pada pengkhotbah atau pendengar tetapi hanya pada Allah saja. Jadi hendaklah pengkhotbah dan jemaat merendahkan diri, rela dihina baik sebagai orang lemah maupun bodoh. Pengkhotbah hanyalah pelayan – pelayan atau hamba Allah yang membimbing orang untuk percaya kepada Kristus. Mereka hanya menjalankan pekerjaan yang ditugaskan Tuhan kepada mereka masing – masing. Pengkhotbah adalah perantara, yang melalui mereka Allah bekerja untuk menumbuhkan iman pendengar. Oleh karena itu kemuliaan bukanlah untuk si perantara yang melakukan pekerjaannya tetapi untuk Tuhan yang melakukan pekerjaan itu dengan kuasaNya.
John Stott menutup bukunya ini dengan sebuah puisi yang tertulis di ruang kosistori sebuah gereja di Inggris:
Ketika menceritakan keselamatan dari-Mu
Kiranya semua pikiranku tentang-Mu
Meresap ke dalam hati dan jiwaku
Dan ketika semua hati tertunduk dan bergelora
Di bawah pengaruh firman-Mu
Sembunyikan aku dibalik salib-Mu.
Beberapa catatan reflektif dalam diskusi buku:
Buku ini menyajikan potret diri pengkhotbah yang ideal, penguraian dasar – dasar Alkitab yang sangat komplit dan penerapan praktis yang memang menjadi kebutuhan pengkhotbah untuk melihat potret diri secara jujur dan panggilan pelayanan dalam kuasa Allah.
Buku ini sebaiknya di baca setiap kali merayakan Ulang Tahun Peneguhan sebagai Pendeta sebab memberikan penyegaran dan motivasi dalam tugas – tugas bukan saja untuk berkhotbah tapi juga dalam memahami panggilan pelayanan.
Buku ini sangat menarik karena mendorong kita baik pendeta maupun kaum awam yang berkhotbah untuk mempersiapkan khotbah dengan baik. Kita ibarat pelayan rumah tangga yang mesti menyediakan makanan yang enak dan bergizi bagi setiap anggota rumah tangga. Tuan rumah telah menyiapkan bahan – bahan makanan yang lengkap dan berkualitas, sayang sekali apabila si pelayan rumah tangga itu tidak memanfaatkan bahan – bahan tersebut dengan baik apalagi jika meramu secara asal – asalan dan memasak makanan dengan buruk. Kreativitas si pelayan rumah tangga sangat penting agar kepercayaan dari tuan rumah tidak disia – siakan. Tuhanlah sang tuan rumah dan kitalah para pelayannya, warga jemaat adalah anggota keluarga di dalam rumah yang sedang menanti kita dengan menu – menu sajian Firman Tuhan yang lezat dan membuat mereka bertumbuh sehat dalam Tuhan.(Selesai)
Belum ada Komentar untuk "POTRET SEORANG PENGGKHOTBAH (Part 4 - Selesai)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.