SALING MENOPANG DALAM PERBEDAAN (Roma 15:1-13)
Peperangan terbesar, tersulit, terpanjang dan yang paling melelahkan di jagad ini adalah membebaskan diri dari penjara egoisme”. Hambatan terbesar membangun kesatuan dalam perbedaan adalah egoisme. Egoisme membuat kita melihat sesame kita sebagai saingan sehingga kita saling menjatuhkan, saling menyikut dan saling menerkam. Egoisme juga memisahkan kita dari sekitar kita dan membuat kita merasa asalkan hidup kita nyaman, perut kenyang, keluarga baik – baik, kebutuhan kita terpenuhi, orang lain bukanlah urusan kita. Padahal kita mesti menyadari bahwa kita ini makhluk sosial, kita membutuhkan orang lain. Kita makan nasi sebagai kebutuhan pokok tetapi bukan kita yang menanam padi. Kita membutuh petani. Kita diciptakan berbeda tapi dalam perbedaan kita mesti saling melengkapi supaya perbedaan menjadi kekayaan dan kekuatan. Tema kita hari ini adalah: “Saling Menopang dalam Perbedaan”
Sahabatku, dalam jemaat di Roma, ada kelompok Kristen asal Yahudi, yang sudah percaya kepada Yesus tetapi masih mematuhi peraturan Hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi. Kelompok ini masih menjalankan peraturan soal makanan yang halal dan haram. Mereka masih merayakan hari – Sabat dan hari – hari penting lainnya. Lalu ada kelompok Kristen asal non Yahudi. Mereka juga sudah percaya Kristus tetapi yang satu ini tidak bertumbuh dalam tradisi keyahudian. Tidak terikat pada aturan tentang makanan dan minuman serta hari – hari tertentu. Kedua kelompok dalam jemaat Roma ini, kemudian saling menghina, saling menghakimi dan karena soal makanan mereka berseteru. Kasih diantara mereka hanya pura – pura. Bagi Paulus apa yang terjadi dalam jemaat di Roma telah merusak pekerjaan Allah. Akar dari persoalan itu adalah jemaat tidak hidup di dalam kasih, tidak saling menerima berbagai perbedaan dan tidak saling membangun.
Persoalan inilah yang membuat Paulus menulis Surat Roma. Paulus mengajak mereka untuk memanfaatkan kelebihan atau kekuatan mereka secara positif. Mereka seharusnya menopang yang lema, tidak mencari kesenangan sendiri, saling membangun, memakai kekuatan atau kelebihan untuk membangun orang lain. Kristus dasar kebersamaan jemaat, karena itu kita mengikuti teladan hidup Kristus dan memohon kekuatan dari Allah. Dengan berdasarkan kedua hal ini, bertindaklah sesuai kehendak Kristus. Kristus tidak mencari kepentingan-Nya sendiri melainkan menaati kehendak Allah. Kristus meninggalkan kemuliaan SorgawiNya untuk menebus manusia. Allah menciptakan kita berbeda tapi kasihNya tidak membeda – bedakan. Saling menerima adalah sikap Kristiani yang sesuai dengan sikap Kristus yang menerima kita tanpa memandang siapa kita. Jadi kita semua, pertama – tama perlu membuka hati dan membebaskan hati dari penjara egoisme agar kita dapat membangun kebersamaan dalam jemaat dan dalam hidup bermasyarakat untuk kemuliaan Kristus. Kita berpadu dalam satu hati dan suara untuk memuliakan Tuhan. Kita menerima perbedaan dan kemajemukan adalah realita. Perbedaan dalam kemajemukan sesungguhnya menjadi ciri khas dan kekayaan kita. Tetapi kenyataannya, seringkali berbagai perbedaan menimbulkan konflik. Saling mempersalahkan, saling menjatuhkan, saling menghina, saling mengejek, hoax dan provokasi mewarnai kehidupan bersama. Kita hidup bersama, kita menjadi anggota gereja yang sama tetapi hati tidak bersama. Kita saling berjabat tetapi hati tidak saling berjabat. Dalam banyak hal kita seringkali menjadi batu sandungan bagi orang lain bahkan dalam hal – hal yang kelihatannya sepele tapi telah merusakan pekerjaan Allah. Apakah yang dapat kita saksikan kepada dunia jika karena kepentingan agama, kepentingan politik, kepentingan suku membuat kita saling menghakimi dan saling membinasakan. Hal ini memalukan karya Kristus sendiri. Karena itulah mari kita tanggalkan segala hal yang menimbulkan konflik. Mari kita robohkan tembok – tembok pemisah, tembok – tembok keegoisan dan AIDS : Angkuh, Irih, Dendam, Sombong. Mari kita wujudkan damai sejahtera dan saling membangun. Mari kita lakukan semuanya berdasarkan iman. Itulah kesaksian kita bagi dunia agar tanda – tanda kerajaan Allah menjadi nyata, nama Tuhan semakin dimuliakan dan kita semua dipersatukan di dalam naungan kasihNya. Pepatah mengatakan, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.” Kita hidup dalam kerukunan seperti dikatakan dalam mazmur 133: Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Kiranya Allah sumber pengharapan memenuhi kita semua dengan segala sukacita dan damai sejahtera, memberikan kepada kita kekuatan untuk saling bertekun dan berlomba-lomba untuk berbuat baik. Mari kita belajar peduli dan tetap setia sampai akhirnya nanti. Tuhan memberkati kita dengan FirmanNya. Amin.
On Youtube: SALING MENOPANG DALAM PERBEDAAN
Belum ada Komentar untuk "SALING MENOPANG DALAM PERBEDAAN (Roma 15:1-13)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.