RINDU KEPADA KEDIAMAN ALLAH (Mazmur 84:1-13)
Jika kita lapar maka kita makan. Kalau haus, kita minum. Saat mengantuk kita tidur. Kalau rindu yah ketemu. Tapi jika yang dirindukan jauh yah paling kurang kita mendengar suara, memberi kabar dengan telepon, Whatsapp, SMS atau seperti orang tua waktu lalu: kirim surat. Rindu artinya sangat ingin, berharap benar terhadap sesuatu, memiliki keinginan yang kuat untuk bertemu. Masing – masing kita bisa jadi sedang memendam rindu saat ini: rindu pacar, rindu suami yang ada di tempat kerja, rindu pasangan hidup yang sudah meninggal dunia, rindu anak yang lagi sekolah di luar kota, rindu orang tua yang sudah lama tidak berjumpa, atau rindu kampung halaman. Rindu bukan soal jarak, kita merindukan seseorang bukan karena orang itu jauh tapi karena orang itu ada di dalam hati kita. Jadi rindu timbul karena koneksi di hati, ikatan emosional. Kalau tidak ada rasa di hati, jika tidak ada cinta mana mungkin ada rindu? Anak – anak muda bilang rindu itu berat. Jika rindu tidak terobati bisa bikin hati gegana: gelisah, galau, merana. Hari ini ketika ketika kita berjumpa dengan Tuhan apakah karena rasa rindu yang menggebu, cinta yang bergelora? Ataukah sebuah rutinitas saja?
Tema kita hari ini: Rindu kepada kediaman Allah. Pemazmur sedang dilanda rindu berat kepada Tuhan. Mazmur ini ditulis saat Israel berada dalam pembuangan di Babel, jauh dari Yerusalem. Tapi Tuhan dan kediamanNya ada di dalam hati pemazmur, karena itu pemazmur rindu berat, rindu dengan segenap jiwa raga, rindu yang sampe tra bisa sudah. Itu sebabnya pada ayat 3 pemazmur katakan jiwaku hancur. Rindu hingga hati sesak tapi hati dan dagingnya bersorak sorai kepada Allah yang hidup. Itulah rindu, campur aduk rasanya, nano – nano jadinya. Pemazmur menyebutkan bahwa orang yang diam di rumah Tuhan, orang yang merindukan Tuhan dengan sungguh – sungguh, orang yang hatinya berpaut pada Tuhan, orang yang ada dalam persekutuan dengan Tuhan menjadi orang – orang yang berbahagia karena orang – orang yang demikian akan mendapat kekuatan dalam ziarah kehidupannya di dunia ini bahkan melintasi lembah baka bukan lagi tempat yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Lembah Baka adalah lembah yang selalu dilewati para musafir yang akan ke Yerusalem. Lembah baka adalah lembah air mata. Para peziarah yang rindu berjumpa dengan Allah di Sion (Yerusalem) harus melewati lembah Baka yang kondisinya sangat gersang. Di siang hari panasnya sangat menyengat dengan tanah yang kering berdebu, sehingga seringkali membuat patah semangat dan frustrasi. Lembah Baka merupakan ekspresi simbolis dari kesedihan, kekeringan dan tangisan duka. Berada dilembah baka seringkali membuat patah semangat dan frustrasi. Tapi dalam Tuhan lembah air mata itu menjadi tempat bermata air yang memberi kesegaran dan kehidupan. Di dalam Tuhan kita beroleh kekuatan karena Tuhan menjadi perisai yang melindungi dan matahari yang memancarkan kasih dan kebaikan Allah. Orang yang percaya kepada Tuhan disebut berbahagia. Itulah yang menjadi alasan pemazmur merindukan Tuhan. Bagi pemazmur lebih baik satu hari di pelataran rumah Tuhan daripada seribu hari ditempat lain.
Hari ini saat kita berjumpa dengan Tuhan apakah hati kita juga ada di dalam rumah Tuhan ini? Jangan - jangan tubuh kita memang ada di gereja tetapi pikiran dan hati kita sedang berada di tempat lain. Mata menatap mimbar, telinga mendengar firmanNya tetapi fokus kita adalah pada Hp, media sosial atau apa yang akan diposting? Apakah kita merasakan kehidupan ziarah kita sedang berada di lembah baka? Keadaan yang penuh air mata dalam hidup kita. Mari kita merenung dengan sungguh. Firman Tuhan mengoreksi kita, tanyakan pada diri kita, di mana hati kita berada? Dan apakah Tuhan berada di dalam hati kita? Apakah hati kita ada di dalam baitNya yang kudus? Di mana hati kita berada, di situ cinta kita bersemi. Jika kita merindukan dan mencintai keluarga, maka hati kita ada di dalam keluarga. Kita keluar untuk bekerja, mencari nafkah, mencari uang, kemudian kita kembali lagi ke dalam keluarga/rumah kita. Sebaliknya, kalau kita merindukan dan mencintai pekerjaan kita, maka hati kita ada pada pekerjaan itu; rumah dan keluarga hanya sampingan perhatiannya sangat sedikit kepada keluarganya. Orang benar itu hatinya ada pada Tuhan, ada pada Rumah Allah. Dia menomorsatukan Tuhan dalam hidupnya. Mari bangun cinta untuk Tuhan. Tuhan mesti ada di hati kita, karena sesungguhnya kita sekalian juga ada di hati Tuhan. Ia mati untuk kita. CintaNya luar biasa bagi kita. Ia mengikat cintaNya pada kita. Jika kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dalam perjalanan ziarah kita di dunia ini maka akan menjadi pribadi – pribadi yang tetap setia berjalan dan semakin kuat dalam perjalanan ini bahkan menempuh lembah baka sekalipun. Kesedihan, kegetiran bahkan kegagalan bisa jadi terjadi dalam hidup kita. Orang yang kuat dan semakin kuat adalah yang tidak kehilangan fokus dalam hidup ini, yaitu bahwa seluruh kehidupan ini adalah dari, oleh dan untuk TUHAN. Orang yang memfokuskan dirinya menyenangkan hati TUHAN, mencari wajahNya, bergaul semakin lama semakin intim dengan TUHAN. Hanya Yesus yang terindah di hidup kita. Hanya Yesus yang termanis buat jiwa kita, maka lanjutkanlah perjalanan ziarah kita di dunia ini, berpautlah dalam cinta dan kerinduan kepada Tuhan sampai kelak kerinduan kita semua terwujud dalam jumpa yang kekal di Sion Kota Allah. Amin. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "RINDU KEPADA KEDIAMAN ALLAH (Mazmur 84:1-13)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.