MENGANDALKAN TUHAN (I Samuel 17:40-58)
Thomas Andrews, sang kreator kapal Titanic berkata dengan sombongnya, “Kapal ini takkan pernah tenggelam, bahkan oleh Tuhan sekalipun.” Apakah betul demikian? Sebuah sikap berbangga diri dan mengandalkan diri justru berakibat kehancuran. Pada 14 April 1912, dipelayaran perdananya melintasi Samudra Atlantik, kapal Titanic yang berkabin super mewah itu menabrak gunung es dan akhirnya tenggelam.
Tema Khotbah kita hari ini adalah: Mengandalkan Tuhan. Mengandalkan Tuhan berarti menaruh kepercayaan kepada Tuhan bahwa Tuhan saja yang mempunyai kuasa untuk menolong dan menyelamatkan. Dari kisah perkelahian Daud dengan Goliat kita mendapati ada dua sikap yang berbeda. Sikap Daud adalah sikap yang mengandalkan Tuhan. Sedangkan Goliat mengandalkan diri sendiri. Ciri – ciri orang yang mengandalkan diri sendiri seperti Goliat antara lain: pertama, menganggap remeh orang lain, memandang rendah orang lain. Goliat menghina bahkan mengutuk Daud. Kedua, bangga diri, andalkan fisik dan fasilitas diri. Goliat dan orang Filistin yakin mereka akan menang karena Goliat berpostur tubuh yang tinggi dan besar. Goliat memiliki peralatan perang yang lengkap: perisai, berbaju perang dengan pedang, tombak, lembing. Tapi hasil akhir dari pengandalan diri adalah kekalahan, kehancuran.
Bagaimana dengan Daud yang mengandalkan Tuhan, ada beberapa cirinya. Pertama, Daud yakin dan percaya kepada Tuhan. Pada ayat 37 – Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan cakar beruang, Ia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu. Kedua, mengandalkan Tuhan bukan berarti harap gampang dan menyerahkan semua hal kepada Tuhan lalu kita duduk manis saja. Seperti Daud, ia punya persiapan – punya 5 batu, punya umban, punya strategi untuk menembak tepat di dahi. Daud mempersiapkan lima batu dengan iman bahwa Tuhanlah yang akan berperang bagi dia. Mempersiapkan diri dan mengandalkan Allah seharusnya berjalan secara bersama-sama. Mengadalkan Tuhan bukan sikap yang pasif tapi aktif yaitu melakukan bagian kita dengan sikap hati yang percaya bahwa Tuhan pasti menolong kita dalam menghadapi segala sesuatu. Ketiga, mengandalkan Tuhan berarti tidak pamer diri, tidak cari pengakuan dari orang lain. Daud tidak bertarung untuk pembuktian diri. Daud tidak sedang memamerkan kemampuan guna menunjang prestasinya. Dia justru mau menyaksikan Tuhan yang menyelenggara dalam dirinya, dalam kemenangannya. Daud meletakkan kekuatannya bukan pada keahlian mengumban batu dan melumpuhkan binatang buas, tetapi kepada Allah Sang Pencipta dan Pemelihara semesta. Umban batu, yang diremehkan dan ditertawakan Goliat dan banyak orang justru membawa kemenangan besar bagi Daud dan Israel. Apa yang dihina Goliat menjadi kehinaan bagi dirinya sendiri. Ini menegaskan bahwa Allah, Sang Mahakuasa, telah menyatakan kebesaran-Nya melalui hal-hal kecil yang dianggap sepele oleh banyak orang. Hal yang kecil di tangan Allah telah menjadi perkara yang sangat besar dalam sejarah Israel. Tuhan menunjukan kuasaNya kepada bangsa Israel, bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah panglima perang yang gagah perkasa , yang sanggup untuk membunuh seribu Goliat dan menghancurkan para lawan Israel dimedan perang.
Sekarang bagaimana dengan kita? Mau mengandalkan diri sendiri atau mengandalkan Tuhan? Apakah ada di antara kita yang nelayan? Atau yang biasa mancing di laut? Apakah cuaca dapat diprediksi 100% akurat? Ternyata tidak. Kadang, di pesisir tidak ada angin namun ketika di tengah laut tiba-tiba angin kencang menerpa. Mendung saja tidak berarti hujan. Tidak semua awan mendung disusul dengan turunnya hujan, bisa jadi hanya gerimis kecil atau bahkan sama sekali tidak turun hujan. Hasil tangkapan nelayan tidak semata – mata bergantung pada keadaan cuaca dan laut, perahu atau kapal dan peralatan yang dipakai. Juga tidak tergantung pada pengalaman nelayan atau kemujuran. Hasil tangkapan nelayan tapi juga segala sesuatu di hidup kita sepenuhnya tergantung pada Tuhan. Karena itu kita mesti mengandalkan Tuhan. Dari kisah Daud dan Goliat kita belajar bahwa mengandalkan Tuhan adalah pilihan yang tepat, sebab hanya Tuhan satu- satunya yang dapat menolong, membantu dan melepaskan kita dari setiap persoalan dan pergumulan hidup, tetapi juga sumber berkat, hidup dan keselamatan kekal. Mengandalkan Tuhan adalah bukanlah sikap ketika mengalami kesulitan hidup yang sudah tidak bisa kita atasi sendiri, barulah kita datang dan meminta pertolongan Tuhan. Namun mengandalkan Tuhan adalah bagaimana dalam seluruh kehidupan kita percaya dan mempercayakan hidup kita kepada Tuhan. Mari meneladani Daud yang memiliki iman yang kokoh kepada Allah. Kita harus mengerjakan iman ini dalam sikap berani menghadapi masalah apa pun di depan kita bersama Allah. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Selanjutnya, biarkan Allah yang mengerjakan perkara besar-Nya bagi kita. Amin. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "MENGANDALKAN TUHAN (I Samuel 17:40-58)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.