BERSATU DAN MERENDAHKAN DIRI SEPERTI YESUS (Filipi 2:1-11)
Anak muda pasti tahu istilah “bucin”. Bucin kepanjangannya budak cinta. Orang yang bucin rela melakukan apapun untuk orang yang dicintai. Demi bertemu pacar, sudah saling janji jam sekian akan ketemu, maka hujan panas pasti bukan halangan. Ada lagu yang syairnya berbunyi begini: “demi cintaku padamu ke gurunpun kuikut denganmu, samuderapun akan ku seberangi”. Demi cinta kita rela melakukan apapun. Pertanyaan untuk kita sekarang: apakah kita sungguh – sungguh mencintai Yesus? Pasti dalam hati kita akan jawab: “ya, pasti itu.” Tapi kenyataannya selama Lima (5) hari minggu, sejak minggu sengsara I sampai minggu sengsara V hari ini, hujan deras membuat bangku – bangku gereja lebih banyak yang kosong dan ibadah tidak bisa dimulai tepat waktu pada jam 9 karena masih menunggu warga jemaat. Banyak orang memilih tinggal di rumah, menikmati tidur yang nyaman dibalik selimut apalagi sambil peluk guling. Hujan membuat rindu kita beku untuk berjumpa dengan Yesus. Kita tidak rela basah, tidak mau berusaha memakai payung, mantel atau daun pisang. Padahal kita tidak akan terluka karena kehujanan. Kita juga bukan gula yang akan meleleh karena basah.Yesus mencintai kita dengan sangat luar biasa. Karena cintaNya Yesus rela menderita. Ia dilukai, dicambuk, dihina demi kita. Tahukah kita bahwa bukan paku yang menahan Yesus di kayu salib? CintaNya bagi kitalah yang membuat Ia taat menempuh Viadolorosa hingga Golgota. Karena cintaNya pula Yesus rela mengosongkan diri menjadi sama dengan manusia menderita hingga mati di kayu salib seperti yang disebutkan dalam bacaan kita hari ini. Tema khotbah kita hari ini adalah Bersatu dan Merendahkan Diri seperti Yesus.
Sahabatku, Jemaat di Filipi sedang menghadapi ancaman perselisihan dan perpecahan. Kehidupan persekutuan di Filipi tidak lagi sehati dan sepikir. Karena itu, Paulus mengajak jemaat di Filipi untuk sehati dan sepikir dalam satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan. Bahkan dalam pasal 4:2 secara jelas Paulus menyebutkan nama 2 wanita yakni Eodia dan Sintikhe supaya sehati dan sepikir dalam Tuhan. Jadi ternyata tidak ada cinta Kristus dalam jemaat di Filipi. Ketika kasih menjadi hambar, cinta menjadi pudar maka hal kecilpun dapat menjadi masalah besar. Cinta pasti mempersatuan sedangkan kebencian akan menceraikan. Itulah yang terjadi dalam kehidupan jemaat di Filipi. Bahaya perselisihan dan percekcokan sangat mengancam kesatuan dan keutuhan Jemaat.
Ketika situasi ancaman perpecahan terjadi, Rasul Paulus sedang berada dalam penjara. Tapi Rasul Paulus tidak mendiamkan keadaan di Filipi. Paulus tidak mau pemberitaan Injil yang telah ditaburkan menjadi sia – sia. Jika demikian, bukan hanya Paulus yang menjadi malu tetapi Kristuspun dipermalukan. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa jemaat di Filipi harus sehati dan sepikir untuk menyempurnakan sukacita Paulus walaupun Paulus berada di dalam penjara. Apa saja nasehat Paulus untuk jemaat di FIlipi? Paulus mengajak jemaat di Filipi untuk sehati dan sepikir dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji – pujian yang sia – sia. Tidak sedikit orang yang bekerja keras di dalam Gereja, mengikuti banyak kegiatan tapi untuk mencari pujian bagi diri sendiri. Ada yang berkata : “tanpa saya, kegiatan ini tidak akan sukses"; atau "karena saya yang menjadi panitia maka acara itu sukses". Orang yang mencari pujian bagi diri sendiri adalah orang yang belum memiliki cinta Kristus dan pasti sulit untuk sehati dan sepikir.
Paulus mengajak Jemaat di Filipi untuk sehati dan sepikir dengan cara bersikap rendah hati dan mengutamakan kepentingan orang lain lebih dari kepentingan pribadi. Ini juga sama sulitnya. Sebab sebagai manusia kita cenderung untuk mencari penghormatan dan harga diri. Manusia cenderung menjadi orang yang berpengaruh supaya bisa mengatur orang lain. Cenderung menonjolkan kesan yang baik tentang diri sendiri dan menjelek – jelekan orang lain. Kristus telah menunjukan teladan tentang cinta yang rela berkorban demi pendamaian Allah dan manusia. Milikilah cinta Kristus agar kitapun dapat mengutamakan kepentingan orang lain dan menerima perbedaan – perbedaan dalam persekutuan. Paulus mengajak jemaat di Filipi untuk sehati dan sepikir dalam hidup bersama dengan menaruh pikiran dan perasaan seperti yang terdapat pada Kristus. Berpola pada Kristus yang mengosongkan diri. Apa maksudnya Yesus mengosongkan diri? Kata mengosongkan diri pada teks ini memakai kata Yunani “kenosis”. Ini bukan berarti Yesus meninggalkan hakekat keilahianNya. Yesus yang menjadi manusia adalah Allah. Yesus memiliki kuasa Ilahi tetapi dalam keIlahianNya, Allah memilih jalan derita untuk menyelamatkan manusia. Dialah Pencipta tapi rela menjadi sama dengan ciptaanNya. Dia Allah yang tidak terbatas namun lahir dan menjadi manusia yang terbatas. Kristus yang mulia dan benar, tapi mengutamakan kepentingan dan keselamatan manusia yang berdosa. Kristus yang memiliki kedudukan istimewa, tidak meminta perlakuan istimewa. Kristus tidak mengingini kehendakNya sendiri. Dia hanya mengingini kehendak BapaNya. Demi cintaNya bagi kita Yesus memberi diriNya sendiri untuk mati di Kayu Salib. Itulah “kenosis”: pengosongan diri yang tidak memperhitungkan harga diri.
Sahabatku, Minggu Sengsara ke – 5 disebut Minggu Laetare yang berarti Minggu Sukacita. Dalam Minggu Laetare ini, kita bersukacita karena sudah separuh jalan menghayati masa Kesengsaraan. Cinta Kristuslah yang memampukan kita untuk bersyukur dan bersukacita meski dalam derita. Paulus berkata untuk jemaat Filipi: “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”. Cinta Kristuslah memampukan kita untuk mengeratkan kehidupan persekutuan agar tetap Bersatu dan menjadi berkat. Bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi satu. Bersatu juga berarti sepakat, seia, sekata. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Dengan Bersatu kita akan tetap eksis bahkan menjadi kuat teguh, sebaliknya tanpa persatuan kita akan hancur (runtuh: roboh karena rusak). Kekuatan komunitas orang percaya terletak pada kesatuan hati, pikiran, kasih, jiwa, dan tujuan di antara para anggotanya. Hanya cinta Kristus yang memampukan kita menerima perbedaan. Cinta Kristus juga memampukan kita untuk mengikuti teladan pemberian diri dan pengosongan diri seperti Yesus.
Yesus yang adalah Tuhan telah mengosongkan diriNya demi cintaNya bagi kita. Yesus yang merendahkan diri, ditinggikan oleh Allah. KepadaNya dikaruniakan nama di atas segala nama. Cinta Yesus bagi kita lebih dari bucinnya anak muda zaman now. Bersyukurlah atas kasihNya yang memulihkan kita. Biarlah cintaNya mengobarkan Roh yang menyala – nyala di hati kita untuk melayani Tuhan. Marilah kita memuliakan Allah dalam hidup kita dengan hidup sehati, sepikir, bersatu dan mengosongkan diri seperti teladan Kristus bagi kita. Tuhan memberkati. Amin
On Youtube: BERSATU DAN MERENDAHKAN DIRI SEPERTI YESUS @dearpelangi
Belum ada Komentar untuk "BERSATU DAN MERENDAHKAN DIRI SEPERTI YESUS (Filipi 2:1-11)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.