IBADAH PUASA YANG BAIK (Zakharia 7:1-14)

Biasanya kita mengenal agama seseorang dari simbol – simbol tertentu. Jika seorang wanita lewat pakai jilbab pasti muslim. Jika ada artis muncul di televisi dan memakai kalung salib maka pasti dia Kristen. Kadangkala kita juga mengukur kedewasaan rohani seseorang dari praktek – praktek keagamaan: pace itu rajin masuk gereja, ibu itu rajin berdoa dan berpuasa selalu ada saat teduh, anak – anak muda itu selalu menyanyi mengisi pujian di Gereja, sangat rohani sekali. Hari ini kita diingatkan melalui Firman Tuhan pada minggu sengsara pertama, mengawali penghayatan kita sepanjang 7 minggu sengsara Tuhan Yesus bahwa kehidupan beriman bukan sekedar memiliki simbol – simbol keagamaan atau melakukan praktek – praktek keagamaan untuk kebanggaan pribadi tapi untuk kemuliaan Tuhan. Marilah kita belajar dari kehidupan Yehuda di masa Nabi Zakharia.

 

Nama Zakharia berarti Tuhan mengingat. Tuhan senantiasa mengingat umatNya. Tuhan mengingat kita sekalian. Ia menderita sengsara sampai mati untuk menebus kita. Nabi Zakharia bernubuat di masa Raja Darius raja Persia dan Babel yang zaman itu menguasai Yehuda. Zakharia berbicara tentang pembangunan kembali Bait Allah dan pertobatan umat Tuhan. Dua pokok ini sama pentingnya bagaikan dua sisi dari satu mata uang karena pembangunan fisik harus diikuti dengan pembaruan iman. Pertumbuhan rohani tidak kalah pentingnya dari pembangunan fisik. Semasa dalam pembuangan di Babel lalu Israel kembali dan pembangunan Bait Allah berlangsung, umat Israel melakukan kewajiban puasa pada bulan ke-5. Puasa ini untuk memperingati kehancuran Bait Suci (587 SM). Setelah Bait Allah dibangun kembali dan selesai tahun 516 SM, ada sekitar 70 tahun umat berpuasa.  Jadi setelah Bait Allah selesai dibangun ada utusan – utusan yang bertanya kepada para imam dan Zakharia: apakah mereka tetap berpuasa?

 

Jawaban Tuhan sungguh mengejutkan Yehuda. Jawaban Tuhan adalah sebuah pertanyaan kembali bagi umat, apakah puasa itu mereka lakukan untuk Tuhan? Atau untuk diri sendiri? Tuhan menegor Israel karena kepura-puraan, kemunafikan dan puasa yang kehilangan makna iman. Tuhan hendak mengingatkan Yehuda bahwa puasa bukan sekedar pantang makan dan minum tapi juga pantang melakukan kejahatan dan penindasan dan dosa. Puasa bukan hanya untuk taat melakukan kewajiban agama  tapi harus diikuti dengan melakukan hukum yang benar, menyatakan kasih dan kesetiaan kepada sesama. Ternyata masa itu Israel berpuasa tapi hati mereka keras terhadap perintah Tuhan. Tuhan tidak berkenan kepada puasa yang mereka lakukan. Selama 70 tahun rupanya puasa bangsa itu hanya ritual belaka. Puasa yang dilakukan tidak berpusat pada Tuhan. Umat di masa Zakharia harus belajar dari leluhur mereka. Hati mereka keras seperti batu amril. Batu amril menunjuk pada intan yang lebih keras dari batu biasa dan tidak mudah dihancurkan. Batu amril melambangkan ketegaran dan kekerasan. Agama tanpa moralitas.

 

Ketika kita ada di minggu sengsara yang pertama ini, Firman Tuhan menjadi pelajaran bagi kita. Yang pertama, Tuhan memberi kesempatan baru bagi umat. Tuhan memperingatkan umat Yehuda agar hidup lebih baik daripada nenek moyangnya yang telah gagal dalam mempraktikkan ajaran ibadah puasa dengan benar. Sekarang mereka memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik setelah pulang dari pembuangan. Kita sekalian juga memperoleh kesempatan baru ketika Tuhan masih memberi anugerah kehidupan. Jangan mengulangi kegagalan dan dosa masa lalu. Kesempatan baru adalah sebuah proses pembaruan dari Tuhan dan dalam GKI Di Tanah Papua proses pembaruan itu istimewanya dimulai di Waropen dalam Sidang Sinode XVIII. Oleh sebab itu umat Tuhan di Waropen mesti hidup dalam pembaruan iman.

 

Yang kedua, kita diajarkan untuk menyatakan relasi kasih dengan sesame. Relasi dengan sesame menunjukan relasi dengan Tuhan. Karena itu teks Pembacaan Alkitab ini menekankan pentingnya menyatakan kasih dan kesetiaan Tuhan bagi sesama. Tidak melakukan penindasan bagi janda dan yatim piatu, tidak mengancam hidup orang lain, tidak menjadi batu sandungan bagi sesame dan tidak merampas hak orang lain. Yang ketiga, minggu sengsara pertama dalam Kalender Gerejawi disebut Minggu Estomihi. Minggu Estomihi berasal dari kata Latin Esto Mihi = 'Jadilah bagiku' (Mazmur 31:3b). Minggu Estomihi menunjuk pada titik peralihan, dari perjalanan Yesus di Galilea kepada perjalanan-Nya ke Yerusalem yakni perjalanan menuju Salib. Perjalanan Yesus menuju salib akan direnungkan sepanjang 7 minggu ini. Perjalanan Yesus menuju salib adalah perjalanan melindungi, menyelamatkan dan membebaskan. Karena itu kita memohon agar Yesus yang menuju ke Salib menjadi perlindungan kita. Ia adalah Gunung batu dan tempat berlindung yang teguh. Sepanjang jalan menuju salib, Yesus dihujat, di hina, dipukul, dicambuk, diludahi bahkan Ia tergantung disalib, namun penderitaan kitalah yang Dia pikul. Jadikan Yesus sebagai gunung batu ketika kita melayani Tuhan sebagai Pelayan Firman, Penatua dan Syamas, Badan Pelayan Unsur atau Panitia - panitia. Berilah hati kita untuk dibentuk oleh Tuhan supaya kita mengalami proses pembaruan yang menjadikan kita memiliki hati seorang hamba. Tetap taat meskipun menderita dan setia memikul salib. Allah tidak menghendaki kita mengutamakan hal – hal yang bersifat lahiriah. 7 minggu sengsara bukan sekedar ada dalam kalender gerejawi kita, bukan sekedar liturgi, bukan sekedar ritus. Jika kita menyanyi nyanyian rohani 55:4 “jangan terpadamlah kasihMu yang betah di hatiku. Agar kubagikan banyak kesukaan bagi sekalian yang kutemu”. Jalanilah minggu sengsara yang pertama ini dengan kasih Kristus yang betah dan memenuhi hati serta seluruh kehidupan kita. Nyatakanlah kasih Tuhan bagi semua yang kita jumpai di rumah, di kantor, di gereja, di pasar, di mana saja kita berada dan bagi siapa saja yang kita jumpai. Beriman bukan saja memiliki simbol – simbol keagamaan. Beriman bukan saja melakukan ritus – ritus keagamaan. Tapi beriman adalah melakukan apa yang Kristus lakukan dengan kasihNya. Amin. Selamat hari Minggu. Selamat Menghayati minggu – minggu sengsara Tuhan Yesus. Tuhan memberkati.

On Youtube: IBADAH PUASA YANG BAIK

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "IBADAH PUASA YANG BAIK (Zakharia 7:1-14)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

SETIA KEPADA TUHAN (I Korintus 4:1-5)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed