KHOTBAH KEMATIAN SEORANG IBU (Ayub 19:25-26)

Ada banyak pertanyaan tentang kehidupan yang membuat hati kita sesak. Mengapa Tuhan memberi kebahagiaan tapi kemudian mengambilnya dengan begitu cepat? Mengapa kita yang mengalami keadaan seperti ini? Berbagai analisa dan jawaban rasanya tidak dapat memuaskan hati kita. Tapi itu bukan berarti Allah tidak mau menjawab. Bukan berarti Allah tidak peduli. Yang terjadi adalah kemampuan logika kita terbatas untuk mengerti maksud Allah yang tidak terbatas. Karena itu yang dibutuhkan adalah iman untuk percaya bahwa Allah ada dan Ia menolong kita.

 

Dalam ayat bacaan kita hari ini, Ayub mengungkapkan KEYAKINAN IMAN bahwa ia memiliki Penebus yang Hidup, yaitu TUHAN, dan Ia akan bertemu dengan TUHAN Penebusnya. Ia akan melihat TUHAN bahkan dengan tanpa daging. Iman Ayub tidak berubah karena keadaan – keadaan buruk yang dialaminya. TUHAN menjadi kekuatan bagi Ayub untuk melewati saat-saat tersulit dalam hidupnya. Kita tahu dari Kisah Ayub bahwa akhirnya hidup Ayub dipulihkan. Ia beroleh berkat yang berlipat ganda. Meski toh Ayub tetap akan mengalami kematian. Tapi Ayub menunjukan bahwa ia siap.  

 

Hari ini saat kita semua kehilangan Almarhumah kekasih, kita juga dikuatkan dari pengalaman iman Ayub. Keluarga: suami, anak, orang tua, saudara dan kita semua menjalani dukacita ini bersama Tuhan. Allah bukan Allah yang menonton dari jauh. Ia Tuhan penebus yang Hidup. Penghiburan Tuhan selalu berlimpah sebab Ia Tuhan yang telah datang menjadi manusia dan menebus kita. Ia mengenal kita dan menguatkan kita. Bahkan rambut dikepala kitapun terhitung semuanya oleh Tuhan. Alamarhumah kekasih kita ini telah pergi untuk selamanya. Ia telah menuntaskan tanggung jawab dan pelayanannya. Ia telah menjadi teman, sahabat dan saudara yang saling berbagi, guru yang setia mengabdi, rekan pelayan yang penuh semangat bahkan saat mengandung tetap semangat menopang pelayanan di Jemaat juga Sidang Sinode XVIII. Ia istri, anak, dan ibu yang penuh cinta untuk keluarga. Namanya akan selalu hidup dalam sanubari. Baktinya akan terukir dihati. Ia yang telah menjadi pelita dalam kegelapan pendidikan. Embun penyejuk di hati setiap anak didik.  Ia memang bukan orang yang sempurna tapi hidupnya telah memberi pelajaran dan teladan tentang kesetiaan melayani, ketulusan mengabdi, senyuman dan keramahan bagi sesama. Peristiwa kematian ini sekaligus menjadi guru yang terbaik. Kematian ini memberi pelajaran. Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Karena itu hiduplah dalam kesetiaan untuk Tuhan agar kematian menjadi keuntungan bagi kita.

 

Perjalanan yang dilanjtkan oleh suami dan anak kekasih masih panjang. Tapi Tuhan bersama dalam perjalanan ini. Tuhan hadir dalam setiap tetesan air mata yang jatuh dan dalam tiap doa yang kita naikkan. Kiranya saat kita mengantar kekasih kita ini ke tempat pemakaman, kitapun memiliki keyakinan akan Yesus Kristus sebagai penebus yang hidup. Dia adalah penebus yang memberi kehidupan yang kekal bagi kita. Tuhan menghibur dan menguatkan kita sekalian. Amin!

 

Doa: Bapa yang Mahakuasa, Pencipta, Pemelihara dan Penyelamat kami. Atas kedaulatanMu kami menerima kehidupan juga kematian. Tanpa bisa kami tolak, karena sejatinya kami hanyalah ciptaan yang tunduk padaMu. Kami di sini bersama keluarga yang sedang berduka. Berilah berkatMu atas kami dalam seluruh kedukaan ini dan semua prosesi pelepasan dan pemakaman yang akan berlangsung. Hiburkanlah dan kuatkanlah kami semua. Engkau Tuhan beranugerah atas kami. Amin.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH KEMATIAN SEORANG IBU (Ayub 19:25-26)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

SETIA KEPADA TUHAN (I Korintus 4:1-5)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed