SAMBUTAN BPS GKI DI TANAH PAPUA (HUT ke-66 GKI DI TANAH PAPUA)
Syalom...!!! Selamat pagi ..... Salam sejahterah bagi kita sekalian.
Mengawali sambutan ini, ijinkan saya mengajak kita semua untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang senantiasa menyertai kita hingga memasuki bulan oktober ini, termasuk kita diberi kesempatan untuk bersama-sama ikut dalam acara perayaan hari ulang tahun ke- 66 GKI Di Tanah Papua pada 26 Oktober 2022 ini.
Hadirin yang berbahagia,
Hari ini kita semua telah dimeteraikan dalam sebuah Tema besar, yakni: “Kasih Kristus Menggerakkan Kemandirian Gereja, Mewujudkan Keadilan, Perdamaian dan Kesejahteraan” sebagai Amanat Firman Tuhan yang telah ditetapkan di Negeri Sejuta Bakau Waropen sebagai landasan kerja menuju GKI Di Tanah Papua untuk bertekad menata diri menuju Gereja yang dewasa, mandiri dan missioner. Kita juga mesti mengakui bahwa rumah besar GKI Di Tanah Papua adalah salah satu Gereja tertua yang berdiri sebagai buah Pekabaran Injil dan menjadi sebuah organisasi modern pertama yang dipimpin oleh orang asli Papua (OAP) sejak tanggal 26 Oktober 1956.
Hadirin yang berbahagia,
Ketika pengutusan itu dijalankan oleh pekerja-pekerja Zending baik yang datang dari luar negeri seperti Jerman dan Belanda tetapi juga datang dari dalam negeri seperti yang datang dari Sangihe, Sangir Talaud dan Maluku telah menghiasi setiap pos pelayanan Pekabaran Injil di Tanah Papua. Sebagai buah sulung dari pekerjaan Pekabaran Injil, maka kemudian pekerjaan Zending dilanjutkan oleh anak–anak asli Papua yang berhasil mendapatkan pendidikan Injil itu sendiri, yakni setelah 101 tahun pewartaan Pekabaran Injil itu ditaburkan di atas Tanah Papua, terbentuklah pos–pos Pekabaran Injil, pos pelayanan, bakal–bakal jemaat, jemaat–jemaat mandiri (Sinode Resort), maka kemampuan dan kemandirian untuk melanjutkan pekerjaan Pekabaran Injil itu mulai dirasakan dan mendapatkan tempat di hati para pekerja Gereja baik pegawai Zending dan orang asli Papua. Hal inilah yang mendasari seluruh komitmen untuk menyelenggarakan Proto Sinode, yaitu persiapan sidang sinode pada tanggal, 19 – 24 September 1954 di Serui. Berawal dari Proto Sinode GKI di serui 1954, dalam kandungan Allah selama 730 hari (2 tahun) dan dilahirkan atas kehendakNya, tepat tanggal 26 oktober 1956 di Gereja Harapan Hollandia Binenn (kini Abepura) menjadi saksi adanya harapan bagi segenap umat GKI Di Tanah Papua tentang sebuah sumber pengharapan yang abadi. Sidang Sinode pertama yang dilangsungkan itu menjadi tonggak sejarah lahirnya lembaga dan organisasi Gereja Kristen Injili di Netherland New Guinea yang kemudian hari berubah menjadi Gereja Kristen Injili di Irian Barat, Gereja Kristen Injili di Irian Jaya dan selanjutnya menjadi Gereja Kristen Injili Di Tanah Papua.
Hadirin yang berbahagia,
Mengutip dua penggalan teks pidato Pdt. I. S. Kijne pada pelantikan/pengesahan berdirinya Sinode GKI di New Guinea (Tanah Papua) dari teks asli dengan durasi 12 menit, 05 detik pada tanggal 26 oktober 1956 yang berbunyi:
… “kalau kita bersama-sama dalam persidangan istimewa ini dari Sinode Umum, berkumpul merayakan Sinode Sendiri dari pada Gereja Kristen Injili, kita mesti ingat nats dari Surat Ibrani 11:1, “adapun iman itulah percaya yang sungguh akan hal perkara-kara yang diharapkan, dan keyakinan perkara-perkara yang tidak kelihatan”,… saya tidak boleh lupa perkataan dari Pdt. Frans van Hasselt waktu pada tahun 1931, ia berpisah dari pekerjaan Zending. Bertahun-tahun lamanya ia menjadi perintis dan pemimpin dari pekerjaan Zending. Ialah juga yang pertama membuat rancangan untuk pekerjaan itu. Ialah juga yang pertama mulai mempelajari dengan teliti bagaimana kehidupan kaum Papua. Dan bagaimana hidup jiwa kaum Papua. Tetapi pada waktu perpisahannya, ia mengaku bahwa ia lebih dipimpin daripada ia memimpin pekerjaan itu. Ia telah mengaku bahwa kalau kita bekerja di antara bangsa Papua, harus perhatikan dua hal: yang pertama, bahwa bangsa ini mempunyai satu panggilan dari pada Tuhan Allah yang tidak kelihatan; dan yang kedua, bangsa ini dapat satu kepahaman yang belum kelihatan. Siapa yang bekerja dengan insyaf dan sadar di dalam negeri ini. Berjalan dari pengalaman heran sampai kepada pengalaman heran. Dan itulah hal yang memimpin pengembangan di Negeri ini. Kita boleh berdiri akan menjadi juru mudi dengan memegang kemudi itu, tetapi kita sendiri tidak menentukan ke mana angin dan ke mana arus itu……
Hadirin yang berbahagia,
Sidang sinode XVIII Waropen yang baru saja kita lewati telah menjadi tonggak sejarah baru bagi rumah besar GKI Di Tanah Papua karena telah menetapkan Amandemen Tata Gereja dan peraturan- peraturan baru (reformulasi dan restrukturisasi), rencana strategis (renstra) pembangunan pelayanan GKI, tata kelola pendidikan GKI, dan pengembangan Tata Ibadah Pelayanan GKI. Secara khusus, proses amandemen Tata Gereja telah dibahas dalam tiga Sidang Sinode, yakni Sidang Sinode XV Wamena, Sidang Sinode XVI Sentani, dan Sidang Sinode XVII Waisai dengan tiga kepemimpinan sinode yang berbeda pula. Dan pada Sidang Sinode XVIII Waropen telah menjadi Sidang Sinode yang sangat berjasa bagi perjalanan rumah besar GKI Di Tanah Papua.
Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari upaya dalam menata rumah besar GKI Di Tanah Papua, dimana Badan Pekerja Am Sinode telah menata, mengatur, memulihkan, iklim kerja yang kondusif, dan nyaman yang dibalut dalam ikatan kasih dan persaudaraan menuju peningkatan kesaksian, persekutuan, dan pelayanan dalam sebuah kedewasaan yang mandiri. Upaya-upaya inilah yang disebut dengan restorasi dan reformasi dalam rumah besar GKI Di Tanah Papua menuju kemandirian dalam Berteologi, dalam sumberdaya manusia GKI. Restorasi dan reformasi dalam GKI Di Tanah Papua dimaksudkan dalam rangka penataan segala harta kekayaan berupa asset bergerak dan tidak bergerak menuju kemandirian dalam berteologi, dalam sumberdaya manusia GKI. Pada tahun 2013 yang lalu ditetapkan sebagai tahun di mana GKI Di Tanah Papua memasuki era misioner, yakni melakukan proses pengutusan, pengadaan barang dan jasa untuk membangun GKI dalam berbagai aspek agar aspek mandiri dan misioner dapat terwujud. Restorasi dan reformasi GKI Di Tanah Papua dalam menciptakan suasana kehidupan Sorgawi, suasana Kerajaan Allah yang telah menyatu dalam Injil, kini telah berproses terus-menerus di tengah– tengah kehidupan berGereja dalam membawa tanda–tanda Syalom Allah dan persekutuan yang ideal. Dan untuk itulah, kondisi ideal inilah yang harus dijaga dan dipertahankan sebagaimana doa yang Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami: ”datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.” Konteks datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu juga berlaku bagi Gereja Kristen Injili di Tanah Papua seperti yang terjadi di sorga.
Dalam mendukung restorasi dan reformasi, di bidang pemerintahan provinsi Papua telah menaruh perhatian atas hari lahirnya GKI Di Tanah Papua, yakni 26 Oktober. Untuk itu, melalui Surat Edaran Gubernur Papua nomor 003.2/12709/2/2015 tertanggal 22 oktober 2015, ditetapkanlah tanggal 26 Oktober menjadi hari libur resmi (libur fakultatif) yang berlaku di seluruh sektor pemerintahan di provinsi Papua. Hal ini didasari bahwa GKI Di Tanah Papua adalah Gereja yang bersifat oikumenis dan bukan Gereja suku, karena anggota jemaatnya berasal dari orang Papua dan orang non Papua dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang keanggotaan Gereja.
Hadirin yang berbahagia,
Rumah besar GKI Di Tanah Papua telah dikembangkan menjadi besar yang terdiri dari 70 Klasis, 1.687 Jemaat mandiri, 12 persiapan Klasis, 135 Jemaat persiapan, 39 POS Pekabaran Injil, dan 115 Pos Pelayanan. Untuk mendukung pengembangan rumah besar GKI Di Tanah Papua, dalam sepanjang kepemimpinan BPaS GKI Di Tanah Papua periode 2017-2022 yang lalu telah mencatat beberapa hasil nyata yang membanggakan, yakni sentralisasi penggajian bagi tenaga organik GKI Di Tanah Papua yang terpusat dan dikendalikan langsung dari BP AS, sekaligus memberikan kemapanan bagi jemaat dan klasis untuk mampu bertumbuh dari prosentase 40 persen dan 20 persen yang telah ditetapkan sebagai regulasi internal. Selain itu, peluncuran Data Base GKI (Sinar GKI) yang telah dikerjakan dalam masa kepemimpinan ini. Hal positif ini patut dipelihara dan terus diwarisi dalam rumah besar GKI Di Tanah Papua agar menghasilkan buah bagi pekerjaan tuhan di Tanah Papua.
Hadirin yang berbahagia,
Hal lain pula yang tak kalah penting dikerjakan setelah Sidang Sinode XVIII Waropen adalah: (1) melakukan pemetaan terhadap lembaga pendidikan kristen di bawah naungan GKI Di Tanah Papua pada semua jenjang pendidikan; (2) melakukan reformasi pada aspek tata kelola kelembagaanyang lebih profesional, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, (3) mendorong terciptanya akses pendidikan yang adil dan merata bagi semua warga Gereja di semua jenjang pendidikan, dan (4) meningkatkan partisipasi warga Gereja terhadap dana pendidikan 4% secara bertahap akan dinaikan hingga 10% dengan mekanisme pengelolaan yang transparan dan akuntabel, (5) menumbuhkan minat baca tulis bagi warga Gereja agar dapat menekan angka partisipasi melek huruf dan menyediakan fasilitas untuk mengakses kegiatan membaca dan menulis (literasi) secara baik dan benar, dan (6) menjalankan pendekatan pembangunan yang bersifat tematik, holistik, integratif dan spasial dalam lembaga pendidikan kristen tersebut.
Hadirin yang berbahagia,
Hari ini 66 tahun yang lalu kita mengingat kembali jemaat GKI Harapan Abepura memiliki nilai historis terkait dengan berdirinya GKI menjadi Gereja yang mandiri, bersama dengan jemaat jemaat lainnya adalah buah Pekabaran Injil yang oleh para Zending pada tanggal 26 Oktober 1956 jemaat-jemaat itu menyatukan diri menjadi Gereja kritsten Injili di Nedherlands Nieuw Guinea. Dengan menyatunya jemaat jemaat Zending menjadi GKI, maka pekerjaan para Zending berakhir tetapi tugas Pekabaran Injil tidak berakhir karena dilanjutkan oleh GKI. Diskontinuitas itu terkait tidak saja dengan berakhirnya era Zending, tetapi juga model Pekabaran Injil masa Zending tidak bisa lagi dilanjutkan begitu saja karena konteks Pekabaran Injil telah berubah sehingga dibutuhkan model dan pendekatan yang baru.
Hadirin yang berbahagia,
Dalam melanjutkan tugas Pekabaran Injil hari ini GKI menghadapi perubahan-perubahan besar dunia termasuk Papua. Pertanyaannya adalah mampukah GKI menanggapi perubahan dunia yang kompleks itu? Sejarah Gereja ini telah membuktikan bahwa Gereja ini sangat responsif dan adaptif terhadap perubahan itu. Sidang Sinode Waropen 2022 merupakan bukti komitmen Gereja ini mengaktualisasikan kehadirannya dalam isu perubahan Papua dengan mengamandemen Tata Gereja, Peraturan, Liturgi dan Pengakuan Iman GKI untuk membangun jemaat jemaat GKI sebagai basis pertumbuhan dalam Gereja ini. Dalam hubungan dengan itu, maka peran GKI dalam dunia Oikumene dan kemitraan serta perhatian terhadap masalah masalah sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan menjadi bagian penting dalam GKI.
Hadirin yang berbahagia,
Jika kerja-kerja kita yang disebut karya dan prestasi ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan, di masa yang akan datang, maka kita akan membuat sebuah sejarah baru bagi diri kita, keluarga kita, lingkungan tempat tinggal kita, dan secara khusus dalam rumah besar GKI Di Tanah Papua. Prestasi ini adalah buah dari kerja keras kita bersama sebagai anak-anak GKI yang ada di atas Tanah Papua. Kita diberi hikmat dan marifat untuk berkarya bagi orang-orang Papua yang hidup di atas Tanah Papua, agar rumah besar GKI Di Tanah Papua dapat menjadi baik dan menjadi berkat bagi sesama.
Hadirin yang berbahagia,
Untuk itu, kepada semua warga GKI di tanah ini, mari kita bersyukur dan wajib berkreasi, berinovasi, dan kerja keras dengan setia dan dengar-dengaran kepada tuhan atas hidup dan kerja kita semua yang terjadi dalam rumah besar GKI Di Tanah Papua. Mari kita jaga bersama dan jadikan momentum Perayaan HUT GKI ke-66, 26 oktober 2022 ini menjadi sebuah semangat untuk tetap kita menjaga kebersamaan dan merawat keragaman kita.
Sekian dan terima kasih.
Salam sejahtera bagi kita sekalian syalom..!!!
Ketua: Pdt. Andrikus Mofu, M. Th
Sekretaris: Pdt. Daniel Kaigere, S. Si
Belum ada Komentar untuk "SAMBUTAN BPS GKI DI TANAH PAPUA (HUT ke-66 GKI DI TANAH PAPUA)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.