AKAR SEGALA KEJAHATAN (I Timotius 6:2b-10)
Pada era ini, uang memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Uang bahkan menjadi yang utama dalam hidup manusia. Ada uang baru semuanya lancar. Tanpa uang rasanya mau mati. Tak ada uang, emosi jadi tidak stabil. Oleh sebab itu, manusia berjuang mati – matian untuk mendapatkan uang. Tidak kenal lelah, baik siang maupun malam. Kita sibuk bekerja dan bekerja untuk mencari uang . Ada yang bekerja secara halal tapi ada juga yang menghalalkan segala cara demi uang. Uang telah menjadi “dewa” masa kini yang dicari dan disembah oleh manusia. Sebuah Lagu Sekolah Minggu liriknya berbunyi: “Apa yang di cari orang? Uang. Apa yang di cari orang? Uang. Uang, uang, uang, bukan Tuhan Yesus”. Lagu itu menyampaikan sebuah realita kehidupan bahwa manusia telah menjadikan uang sebagai tujuan kehidupan menggantikan Tuhan. Jika manusia mencari uang dan menjadikan uang sebagai yang terpenting, Tuhan Yesus Kristus justru menjadikan penyelamatan manusia sebagai misiNya. Bait kedua dari lagu Sekolah Minggu tadi, syairnya tertulis: “Apa yang di cari Tuhan? Saya. Apa yang di cari Tuhan? Saya. Saya, saya, saya: orang yang berdosa”. Jika Yesus, Tuhan kita rela menjadi manusia untuk menyelamatkan kita, maka marilah kita hidup melakukan kehendakNya. Melakukan yang baik dan bukan yang jahat.
Dosa dan kejahatan selalu menggoda kita. Salah satu godaan yang menjadi akar kejahatan adalah uang. Hari ini kita membaca Alkitab dalam I Timotius 6:2b-10 dengan tema khotbah: AKAR SEGALA KEJAHATAN. Nasihat Paulus kepada Timotius ini dimaksudkan agar jemaat semakin cinta Tuhan bukan cinta uang atau cinta pada hal – hal duniawi. Cinta Tuhan adalah pohon kehidupan sedangkan cinta uang adalah akar segala kejahatan. Cinta pada kehidupan duniawi membuat banyak orang menderita penyakit bersilat kata yang menimbulkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan. Jenis penyakit ini tidak ada obatnya di Apotik. Sekalipun pergi ke luar negeri, di rumah sakit terkenal, dokter yang hebat dan teknologi kesehatan yang canggih tetap saja penyakit – penyakit jenis ini tidak mudah sembuh. Penyakit – penyakit ini seringkali disepelekan sehingga makin kronis dan menghancurkan manusia. Nah kunci untuk kesembuhan pada penyakit ini adalah memiliki Yesus yang memberi sukacita dan kedamaian dalam hati. Paulus mengingatkan Timotius agar tidak tergoda dan terjerumus dalam penyakit – penyakit duniawi termasuk yang menjadi akar kejahatan yaitu cinta uang.
Sebenarnya uang adalah alat tukar yang berfungsi mempermudah hidup manusia. Pada dirinya sendiri, uang bukanlah sesuatu yang jahat. Persoalannya bukan terletak pada uang tapi pada cara manusia mengelola dan memperlakukan uang. Akar segala kejahatan adalah kecintaan manusia pada uang itu. Kecintaan pada uang membutakan manusia, sehingga manusia tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat. Semuanya boleh, semuanya bisa asalkan ada uang. Kecintaan pada uang membuat manusia bertindak tidak manusiawi. “Ada uang abang di sayang, tak ada uang abang di tendang”. Cinta uang membuat kita tidak pernah puas dengan yang ada, tidak pernah merasa cukup. Kecintaan yang buta pada uang menempatkan manusia pada derajatnya yang paling rendah sebagai ciptaan yang mulia.
Uang adalah berkat Tuhan yang mesti disyukuri. Kita belajar dari Paulus melalui kata CUKUP. Paulus katakan kepada Timotius dalam suratnya ini: “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Asal kebutuhan dasar dipenuhi, cukuplah” (Ayat 8). Bukan persoalan berapa banyak yang kita terima tapi bagaimana sikap iman kita terhadap berkat yang kita terima. Rasa “CUKUP” membuat kita memiliki sikap iman yaitu bersyukur senantiasa. Rasa “CUKUP” membuat kita menghargai kehidupan dan bersyukur atas kasih karunia Tuhan bagi kita. Rasa “Cukup” membuat kita tidak jatuh dalam dosa ketamakan, keserakahan, kerakusan, korupsi. Rasa cukup adalah sikap iman yang dapat kita miliki bila kita hidup di dalam Tuhan. Jika kita menempatkan Tuhan sebagai yang utama maka hidup kita selalu dipenuhi sukacita karena kita dapat mengatur uang sesuai porsinya dan bukan uang yang mengatur kita. Di luar Tuhan, manusia terjerumus dalam sikap tidak puas, merasa kurang dan selalu kurang. Melalui Firman Tuhan ini, kita di ajar untuk mensyukuri berkat – berkat yang kita peroleh termasuk uang. Kita diingatkan agar tidakterpesona oleh uang, lalu mengikat hati kita pada uang apalagi diperhamba oleh uang. Uang mesti dipandang berkat dalam hidup kita. Tapi berkat dalam hidup kita bukan hanya uang. Karena itu, kita mesti mempergunakan uang sesuai dengan maksud Tuhan untuk kebaikan kita dan sesama, bukan untuk menghancurkan kehidupan kita dan sesama. Uang menjadi alat untuk menopang pekerjaan Tuhan agar nama Tuhan semakin dimuliakan.
Ingatlah, segala sesuatu memang butuh uang tapi uang bukanlah segala – galanya.
Uang dapat membeli OBAT, tapi bukan KESEHATAN
Uang dapat membeli RUMAH mewah tapi bukan KEHANGATAN Keluarga
Uang dapat membeli KASUR, tapi bukan
KENYAMANAN TIDUR
Uang dapat membeli JAM, tapi bukan WAKTU
Uang dapat membeli DARAH tapi bukan NYAWA
Uang dapat membeli BUKU tapi bukan HIKMAT.
Uang kdapat membeli kenikmatan SEKS tapi bukan CINTA
Uang dapat membeli JAM tapi bukan WAKTU
Uang dapat membeli JABATAN tapi bukan RESPEK
Uang dapat membeli ASURANSI tapi bukan KESELAMATAN.
Jangan hidup untuk uang karena uang bukanlah segala – galanya. Bebaskanlah diri dari penyakit – penyakit dosa yang membinasakan. Amin. Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.
On Youtube: AKAR SEGALA KEJAHATAN
Sy diberkati Oleh renungan ini..
BalasHapusTetaplah mnjdi berkat Ibu. Tuhan memberkati
Terima kasih ... Tuhan memberkati juga ...
BalasHapus