KHOTBAH PEMAKAMAN SEORANG IBU (II Korintus 1:3-7)
Kehilangan dan kematian adalah fakta kehidupan. Kita semua pernah mengalami dukacita. Tapi tidak seorangpun dari kita yang mau berduka. Kematian dan dukacita bukanlah sesuatu yang mudah diterima begitu saja. Kadangkala di tengah peristiwa dukacita seperti ini, kita mempertanyakan kebaikan Allah. Mengapa derita dan dukacita ini menimpa kita? Kita mengharapkan pertolongan Tuhan dan jawaban – jawaban doa dari Tuhan sesuai dengan yang kita inginkan. Saat orang – orang dekat kita sakit, kita berdoa agar sembuh, penyakit hilang, masalah dijauhkan dan kita terluput dari penderitaan. Namun kematian dan dukacita tidak dapat ditolak. Hari ini Keluarga yang ditinggalkan dan keluarga terkait bersedih dan menangis karena ditinggalkan oleh orang terdekat. Kehilangan seseorang yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita, pasti sulit. Masih banyak rencana, masih ada harapan yang belum tercapai tapi sekarang semua sudah selesai, sudah berakhir. Namun demikian, di tengah fakta kematian dan dukacita, Allah memberikan anugerah penghiburan bagi keluarga dan kita sekalian.
Kata penghiburan dan menghibur berasal dari kata dasar ‘hibur” yang berarti
menyejukan hati yang susah; memberi semangat atau dukungan. Sebanyak 10 kali
kita temukan dalam bacaan kita ini, Paulus menuliskan kata menghibur dan
penghiburan untuk jemaat di Korintus. Ini disampaikan Paulus dalam pembukaan
suratnya sebagai bagian dari ucapan syukur Paulus. Paulus bukan saja memuji
Allah yang penuh belas kasih. Tapi Paulus juga mengimani Allah sebagai sumber
segala penghiburan. Paulus mengalami dalam panggilan pemberitaan Injil yang
penuh derita, penghiburan Tuhan selalu berlimpah. Bukan hanya kasih Tuhan yang
tak berkesudahan. Tapi penghiburan Tuhan juga berlimpah – limpah. Paulus
mengalami penderitaan karena memberitakan Injil. Ia difitnah bahkan dipenjarakan.
Tapi tak satupun yang dialaminya membuat Paulus bersungut. Paulus justru
bersyukur sebab Tuhan tetap menyertaiNya. Paulus bersyukur bukan karena segala
fasilitas yang dimilikinya tapi karena kasih Tuhan memampukannya untuk setia
dalam derita. Beban yang besar dan berat tidak membuat Paulus kehilangan
pengharapan, sebaliknya Paulus tetap menaruh kepercayaannya pada Tuhan karena
hanya Tuhan saja yang sanggup menolong dan menyelamatkannya. Dari pengalaman
imannya, Paulus menemukan rahasia hidup yang berkemenangan. Allah sendiri
menjadi sumber penghiburan. Dan di dalam kuasa kemuliaan Allah itulah,
penderitaan tidak berakibat buruk melainkan mampu membuat Paulus menjadi
berkat. Paulus merasakan penghiburan Tuhan dan jemaat. Dan penghiburan Tuhan menjadi
kekuatan untuk menghibur jemaat dan untuk saling menghibur.
Hari ini dalam dukacita yang terjadi, Firman Tuhan mengingatkan kita untuk belajar dari teladan Rasul Paulus. Sekeras apapun ujian kehidupan, seberat apapun kesedihan dan dukacita tetaplah letakan pengharapan kita di dalam Yesus yang sudah mati dan bangkit. Ia penolong yang menghibur dan menyelamatkan kita. Dukacita orang percaya pasti disertai janji penghiburan Allah. Suami dan keluarga yang ditinggalkan, mari tetap berpegang pada pada Tuhan agar kita teguh dan kuat dalam pengharapan. Pengaharapan di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan. Berharap pada manusia, suatu saat akan mengecewakan. Tapi pengharapan di dalam Allah tidaklah sia – sia. Allah akan menyediakan penghiburan dan kekuatan yang kita perlukan.
Kebaikan Allah tetap dialami dalam dukacita. Namun tidak berhenti untuk diri kita sendiri saja. Kita harus menjadi agen Allah untuk saling menguatkan, saling menopang dalam dukacita dan derita. Kunci untuk melihat dukacita dan derita terletak dalam Pribadi dan karya Tuhan Yesus. Dukacita dan penderitaan tidak boleh membuat kita jauh dari Tuhan justru harus membawa kita lebih dekat dengan Tuhan. Seperti Paulus, Tuhan memakai ujian dukacita ini agar keluarga, suami yang yang ditinggalkan dan semua yang mengasihi almarhumah semakin dekat dengan Tuhan dan semakin memuliakan Tuhan. Dukacita menjadi sarana yang baik bagi setiap orang untuk menemukan penghiburan dan kasih Allah. Kesedihan dan dukacita menolong kita mengenal Allah karena kita belum sungguh – sungguh mengenalNya. Ketika Ayub mengalami derita, dukacita dan kehilangan yang sangat menyesakkan hati, ia berkata: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Penghiburan Tuhan juga hendaknya membawa kita semakin mengasihi sesama kita. Allah sumber penghiburan memberi kekuatan dan pengharapan dalam dukacita. Tuhan menghibur dan menguatkan keluarga dan kita sekalian. Amin.
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH PEMAKAMAN SEORANG IBU (II Korintus 1:3-7)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.