ANAK PERHAMBAAN DAN ANAK PERJANJIAN (Galatia 4:21-31)

Seorang bapak pulang dari kebun dengan memikul ubi, jagung dan hasil panen lainnya di sebuah karung. Pikulannya cukup berat. Lalu sebuah lewat dan sopir memberi tumpangan bagi si bapak. Tapi saat bapak itu naik ke mobil, dia tetap memikul karung hasil panennya. Dia tidak meletakan karung itu di mobil. Dia tidak mau membebaskan dirinya dari beban itu. Orang lain yang melihat atau mendengar cerita ini mungkin saja menertawakan pria itu. Bisa jadi ada yang menilai si bapak sebagai orang bodoh yang menyusahkan diri sendiri. Tapi pilihan ada pada bapak itu. Bapak itu memilih untuk tetap memikul bebannya.

 

Kehidupan kita manusia seringkali seperti perilaku si Bapak itu. Kita sedang memikul beban dosa, lalu Yesus menjumpai kita. Tapi saat berjumpa dengan Yesus, kita tetap terikat dengan dosa. Yesus datang untuk menyelamatkan dan memerdekakan manusia dari dosa tetapi manusialah yang tetap memilih menjadi hamba dosa. Situasi seperti ini juga terjadi di Galatia. Paulus menasihati jemaat di Galatia bahwa status orang Kristen adalah anak – anak perjanjian bukan anak – anak perhambaan. Orang Kristen sudah hidup di dalam Yesus karena itu jangan hidup lagi dalam dosa. Orang percaya mesti hidup sebagai orang merdeka dalam kasih karunia Allah bukan dalam dosa oleh ketentuan – ketentuan hukum Taurat.  

 

Saudaraku, tak ada seorangpun dari kita yang mau menjadi hamba. Seorang hamba tidak memiliki hak apa pun untuk hidupnya sendiri. Semua orang ingin merdeka. Baik kemerdekaan secara politis maupun kemerdekaan yang dirindukan dalam hati. Tapi kemerdekaan dalam Yesus adalah kemerdekaan yang lebih berharga dari kemerdekaan secara politis atau kemerdekaan bentuk apapun juga. Kristus memerdekakan kita dari dosa. Rasul Paulus mengingatkan Jemaat di Galatia agar jangan menggantikan iman Kepada Kristus dengan tradisi Taurat. Jangan kembali kepada cara hidup lama. Jangan menyimpang dari jalan kesetiaan dan ketataan kepada Tuhan.

 

Sebagai keturunan Yahudi tentu mereka bangga dengan status sebagai keturunan Abraham tapi Paulus menegaskan dalam posisi manakah mereka sebagai keturunan Abraham? Hagar ataukah Sara?  Paulus justru menunjukkan bahwa tidak semua anak-anak lahiriah Abraham adalah orang-orang merdeka sejati! Untuk menjelaskan tentang hal itu, Paulus memakai kiasan Hagar dan Sara. Keduanya memang melahirkan anak-anak bagi Abraham, namun status mereka berbeda dalam hal janji Allah. Ismael lahir karena keinginan untuk memperoleh keturunan sedang Ishak lahir karena janji Tuhan. Ismael memang merupakan anak pertama dalam urutan waktu. Tapi Ismael bukanlah ahli waris janji Tuhan. Isak lahir sebagai bukti Tuhan setia pada janjiNya. Bahkan pada saat iman Abraham diuji untuk mempersembahkan Isak, itu sama sekali tidak menggeserkan janji Allah. Meskipun Sara telah usia lanjut dan tidak mungkin lagi untuk mengandung tapi janji Allah digenapi dengan mujizatNya. Allah menggenapi janjiNya. Janji Allah selalu tepat. File Tuhan tidak pernah eror. Sara bahkan melambangkan janji kekal, Yerusalem surgawi.   

 

Kita semua adalah ciptaan Tuhan, kita semua adalah orang Kristen tapi apakah kita menjadi anak – anak Perjanjian atau anak – anak perhambaan? Marilah kita merenung bagaimana perilaku kita sebagai orang Kristen karena apa artinya menjadi Kristen tetapi masih hidup dalam perhambaan dosa. Ketaatan dan kesetiaan kita untuk melakukan Firman Tuhan bukanlah sebagai kewajiban tetapi sebagai wujud rasa syukur karena kita adalah orang – orang yang sudah dimerdekakan. Ketaatan hamba terpaksa, ketaatan orang merdeka adalah ucapan syukur. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang percaya adalah anak-anak perjanjian, bukan lagi anak-anak kedagingan. Karena itu, orang-orang percaya tidak sepantasnya bertindak seperti seorang hamba yang tidak merdeka. Marilah kita mencerminkan kehendak Tuhan dalam kehidupan kekristenan kita. Janganlah membelenggu diri dengan berbagai ikatan dosa karena uang, karena berbagai perbuatan kedagingan. Anak – anak perhambaan selalu menyimpan dendam tetapi anak – anak perjanjian hidup dalam perdamaian. Anak – anak perhambaan selalu bersungut – sungut tetapi anak – anak perjanjian selalu hidup bersyukur. Anak – anak perhambaan menjadi batu sandungan tetapi anak – anak perjanjian akan menjadi berkat.

 

Saudaraku, ingatlah bahwa kita tidak hidup di bawah Hukum Taurat tapi dibawah Injil yang bersumber pada Kristus karena itu Injil tidak boleh hanya menjadi simbol dan kiasan tanpa makna. Injil jangan digunakan sebagai topeng untuk melindungi kemunafikan kita. Injil adalah identitas anak – anak perjanjian dan kita adalah anak – anak perjanjian. Jadi jangan mau diperhamba oleh kehidupan duniwi. Jangan lagi diperbudak oleh dosa. Jangan mau disesatkan oleh pengajaran yang menyesatkan. Keselamatan dari Tuhan adalah anugerah Allah, mari mensyukuri keselamatan Allah dengan menanggalkan kehidupan dosa. Kita ini anak – anak Perjanjian karena itu marilah kita hidup sebagai orang-orang merdeka yang tidak dikuasai oleh berbagai nafsu duniawi! Amin. Tuhan memberkati. Selamat Hari Minggu.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "ANAK PERHAMBAAN DAN ANAK PERJANJIAN (Galatia 4:21-31)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

SETIA KEPADA TUHAN (I Korintus 4:1-5)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed