MEMIKIRKAN PIKIRAN DAN KEHENDAK ALLAH (Matius 16:21-28)
Kuasa salib pulihkan hidup kita. Kasih abadi mengalir di Golgota. Pengampunan dan karya keselamatan Kristus tak terkira bagi kita. Kita bersyukur karena Allah mengasihi kita. Oleh sebab itu hidup kita adalah hidup yang melakukan kehendak Tuhan dalam ketaatan dan kesetiaan. Kehendak artinya kemauan, keinginan dan harapan yang keras. Seratus orang yang hadir dalam ibadah ini, masing – masing punya keinginan, kemauan bahkan pikiran yang berbeda – beda. Tapi sebagai persekutuan orang percaya, sebagai gereja, kita yang berbeda ini diikat menjadi satu dalam kasih Kristus. Karena itu kehidupan iman kita bukan lagi didasarkan pada keinginan, kemauan, pikiran dan kehendak kita sebagai manusia tapi mesti didasarkan pada pikiran dan kehendak Allah. Hari ini, pada penghayatakan Minggu Sengsara ke 4 kita merenungkan bagian Firman Tuhan dalam Matius 16:21 -28 dengan Tema: Memikirkan Pikiran dan Kehendak Allah.
Injil Matius berisi kesaksian tentang Yesus yang menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Mesias yang sedang dinantikan oleh Israel. Dalam perikop sebelum pembacaan kita, Petrus mengikrarkan Pengakuan Iman itu, bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus meneguhkan pengakuan iman Petrus itu dengan menyebut Petrus sebagai Batu karang. Tapi pengakuan iman dengan mulut selalu diuji dalam kenyataan kehidupan. Petrus mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Mesias, tapi dalam kenyataan hidup, Petrus tidak dapat menerima kenyataan bahwa Mesias harus menderita.
Konsep Mesias yang sengsara, menderita, mati dan bangkit tidak sejalan dengan konsep Petrus. Karena itu secara spontan Petrus bereaksi. Petrus bukan sekedar protes tapi Petrus bahkan menarik Yesus ke samping dan menegor, katanya: ”Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”. Bagi Petrus, Yesus adalah Mesias. Mesias tidak akan mengalami penderitaan semacam itu. Mesias adalah seseorang yang diurapi, terpilih, yang akan membebaskan bangsa Israel dari penjajah Romawi sebagaimana Mesias dalam konsep Yahudi. Yesus mengecam Petrus dengan keras. “Enyahlah Iblis”, sebab Petrus bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia. Petrus yang sebelumnya disebut batu karang telah menjadi batu sandungan. Petrus masih dikuasai oleh pikiran manusiawinya. Petrus mau menentukan apa yang terbaik menurut keinginannya.
Hari ini kita semua belajar untuk memikirkan pikiran dan kehendak Allah. Yesus sang Juruselamat juga memilih melakukan kehendak BapaNya. Yesus meminum cawan derita dan menjalani jalan Via Dolorosa. Hakekat hidup Yesus adalah penderitaan. Ia menghendaki kita mengikuti teladan penderitaanNya dengan cara menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus sampai akhir. Seperti Yesus yang mengambil jalan salib, maka kitapun mengikuti jejak-Nya. Panggilan hidup kita adalah mempersembahkan hidup Tuhan. Menyingkirkan segala keinginan yang tidak berkenan bagi Tuhan. Rela mengalami berbagai kesulitan, pergumulan, tantangan karena Yesus.
Saudaraku, gaya hidup seperti ini memang bertolak belakang dengan kehidupan dunia bahkan dianggap sebuah kebodohan bagi dunia. Bukankah tidak ada seorangpun manusia yang dengan sengaja mau menderita? Bila Bpk/Ibu datang ke suatu tempat dan yang tersedia adalah kursi yang patah dan kursi yang baik. Sudah pasti Bpk/Ibu akan memilih duduk di kursi yang baik. Tidak ada yang mau duduk di kursi yang patah yang dapat menyebabkan jatuh, lecet dan cedera. Orang Kristen tidak mencari penderitaan tapi menanggung penderitaan sebagai konsekuensi dari mengikut Tuhan.
Mari belajar menyangkal diri, menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Tuhan. Merendahkan hati dalam tekad dan komitmen untuk menjadi hamba yang setia. Setialah memikul salib meskipun harus menempuh jalan yang berat dan penuh penghinaan. Tetaplah mengiringi Yesus. Berjalan bersama Yesus. Berserah pada Yesus dan terus berkarya bagiNya. Jadilah taat bukan sekedar ucapan tapi juga perbuatan. Jadilah batu karang dan bukan batu sandungan. Amin. Tuhan memberkati. Selamat menjalani Minggu Sengsara Yesus Kristus.
maaf mw tanya..
BalasHapusjadi bisakh kita memikirkan pikiran dan kehendak Allah?
Sylm,,, kita manusia terbatas untuk memahami pikiran dan kehendak Allah sebagai yang Ilahi,,, tetapi yang dimaksud dalam teks ini sesuai tema "Memikirkan Pikiran dan Kehendak Allah" adalah kita memahami panggilan kekristenan kita untuk menderita sebagaimana Kristus menderita, yang menjadi kehendak Allah bagi kita adalah menyangkal diri, memikul Salib dan mengikut Yesus dengan setia.
Hapus