KHOTBAH NATAL I: ADAKAH TEMPAT BAGINYA? (Lukas 2:1-7)
Allah tidak memilih istana sebagai tempat Yesus dilahirkan karena Yesus terlahir di sebuah tempat hewan ternak. Allah juga tidak memilih kasur empuk atau tempat tidur mahal sebagai tempat pembaringan Bayi Kudus, karena Yesus dibaringkan dalam palungan yaitu tempat makan hewan. Allah tidak memilih kain sutera termahal menyelimuti Bayi Yesus sebab kain lampinlah yang dipakai untuk membungkus sang Bayi di Betlehem. Kisah kelahiran Yesus dalam Lukas 2:1-7 mencatat bahwa Yesus dilahirkan di tempat seperti itu karena tidak ada tempat di rumah penginapan bagi Yusuf dan Maria. Pokok pemberitaan Firman Tuhan bagi kita pada perayaan Natal I hari ini mengambil tema: “Adakah tempat bagiNya”?
Pada malam yang penting itu penduduk
Bethlehem sedang “pulang kampung”. Perintah Kaisar Agustus untuk Sensus
Penduduk juga ditaati oleh Yususf dan Maria. Mereka pergi dari Nazareth ke
Betlehem, saat hampir tiba waktunya bagi Maria untuk melahirkan. Tentu
saudaraku, ini bukan sebuah perjalanan liburan atau tamasya. Dalam kondisi yang
sudah hamil tua, ini bukan perjalanan yang mudah bagi Yusuf dan Maria. Apalagi
mereka menempuh perjalanan sejauh lebih dari 100 Km. Di Betlehem, semua orang
berebutan menempati kamar-kamar tamu terbaik yang tersedia di rumah-rumah
keluarga maupun di rumah-rumah penginapan. Segala fasilitas akomodasi di kota
itu sudah di”booking”. Pokoknya, setiap orang mengambil seluruh
fasilitas terbaik untuk dirinya sendiri. Tiada tempat yang mewah bagi sang Mesias,
yang ada hanyalah tempat untuk hewan. Memang dalam tipe rumah di Israel, tempat
– tempat untuk hewan (atau yang kita sebut dengan kandang), adalah juga bagian
dari rumah. Tetapi apapun juga namanya dan dimanapun letaknya, tempat itu bukan
untuk manusia melainkan untuk hewan ternak. Namun ke dalam kandang hewan itulah Maria dan
Yusuf masuk. Di situ pula Yesus dilahirkan, dan di dalam palungan tempat
makanan hewan dalam kandang itu Bayi Yesus dibaringkan.
Kandang hewan itu memiliki banyak makna secara teologis. Kita dapat mengartikannya sebagai tanda kerendahan hati Yesus. Allah yang Ilahi menjadi manusia yang paling hina. Itu juga dapat menjadi tanda solidaritas Yesus pada kaum yang terhina dan rendah dibumi. Juga menjadi sebuah simbol pengorbanan diri Yesus yang luar biasa, karena sang Raja berkenan dilahirkan di tempat seperti itu. Namun keberadaan kandang dan palungan itu sekaligus menjadi sebuah teguran bagi kita. Kandang dan palungan yang selalu menjadi bagian dari dekorasi Natal menjadi saksi sejarah ketidaksiapan umat menyambut sang Mesias. Seandainya yang berkunjung adalah Kaisar Agustus atau Wali Negeri Kirenius pasti penyambutan yang dilakukan akan sangat berbeda.
Kandang dan palungan menegor cara hidup “ingat diri sendiri”, tanpa cinta dan tidak peduli dengan sesama. Kandang dan palungan itu menggambarkan kehidupan kita yang kotor karena dosa. Umat Allah di Bethlehem adalah representasi kita semua dalam peristiwa Natal ini yang tidak dapat memberi tempat terbaik bagi sang Mesias. Tidak seorangpun yang peduli di mana Maria dan Yusuf akan bermalam dan di mana Yesus lahir.
Pada perayaan Natal I ini, kita diingatkan bahwa kita tak boleh lagi menerima
Yesus di dalam “kandang-kandang” kehidupan dan “palungan-palungan” hati kita
yang kotor. Jika 2000 – an tahun yang lalu Yesus terlahir di tempat hewan
ternak maka saat ini, hidup kita dan hati kita adalah tempat sesungguhnya untuk
Yesus. Kandang dan palungan menjadi suatu “teguran” bagi kita agar membaharui
hidup kita guna menyambut Yesus. Bersihkanlah hidup kita masing-masing dari
segala ampas dan sampah kekotoran dosa. Natal Yesus Kristus harus membawa
pertobatan dan hidup baru di hadapan Tuhan.
Saat kita merayakan Natal apakah Yesus mendapat tempat utama di hati kita? Atau jangan – jangan yang sedang menjadi prioritas kita saat ini adalah bisnis kita, pekerjaan kita, liburan kita. Merayakan Natal dengan berkumpul bersama keluarga besar membuat kita bersyukur, THR, Bonus Natal, Liburan bagi mahasiswa. Adakah tempat bagiNya? Masih adakah ruang di hati kita untuk Yesus? Berapa banyak perubahan hidup yang menjadi janji kita tanpa ditepati? Menerima Yesus sebagai satu-satunya Juru Selamat berarti menjadikan-Nya sebagai Pribadi yang bertahta di hati dan kehidupan kita. Mengikuti teladan kasih-Nya dalam melayani dan mengasihi sesama; mendengarkan dan menaati apa yang diajarkan-Nya; berjuang untuk semakin serupa dengan-Nya dalam karakter, sifat, dan perilaku sehari-hari.
Natal akan berlalu. Tahun baru pun akan dilewati. Mari, kita beri yang terbaik kepada Tuhan dengan menyediakan ruang hati kita diisi oleh kasih karunia Allah, mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang harum di hadapan Allah; melayani Tuhan dengan semangat kasih Kristus, membuka diri untuk mengalami pertobatan setiap hari. Cinta kasih Kristus menggerakkan persaudaraan. Selamat Merayakan Natal 25 Desember 2021 dan Selamat Menyongsong Tahun yang baru 1 Januari 2022.
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH NATAL I: ADAKAH TEMPAT BAGINYA? (Lukas 2:1-7)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.