MENGASIHI SEBAGAI TANDA MENGENAL ALLAH YANG BENAR (Yohanes 17:1-26)
Umumnya kasih dipahami sebagai sebuah perasaan yakni menaruh kasih kepada seseorang, menyukai sesuatu, menyayangi atau mencintai. Sesungguhnya, kasih bukan sekedar perasaan karena kasih adalah perbuatan, tindakan, sikap. Kasih bukan sekedar kata sifat tapi kata kerja yang menunjuk pada perilaku dan tindakan kita. Hari ini tema khotbah kita adalah: “Mengasihi sebagai tanda mengenal Allah yang benar”. Ternyata mengasihi bukan hanya terkait dengan perilaku kita sebagai pribadi. Tapi mengasihi menunjukan relasi kita dengan Allah. Perilaku kasih adalah tanda kita mengenal Allah dengan benar. Perbuatan kasih adalah wujud kita hidup di dalam Allah.
Pembacaan kita hari ini dalam Yohanes 17:1-26 adalah sebuah Doa Yesus bagi para muridNya. Sebelumnya, Yesus pernah mengajar para muridNya bagaimana harus berdoa? Ketika akan memulai pelayananNya secara luas, Yesus mengajar murid – muridNya untuk berdoa: “Doa Bapa Kami”. Dalam pembacaan kita ini, Yesus berdoa sebelum mengakhiri pelayananNya di dunia. Sebelum penyalibanNya Yesus sendiri berdoa untuk murid - muridNya. Sebuah doa yang istimewa.
Ada tiga hal yang terkandung di dalam doa Yesus ini. Pertama: “Relasi Yesus dengan BapaNya”. Yesus dan Bapa adalah satu. Mengenal Yesus berarti mengenal Bapa. Menerima Yesus berarti menerima Bapa. Janji dan penggenapan janji yang diucapkan Yesus, berasal dari Allah sendiri. Yang kedua, “relasi Yesus dan Bapa dengan para murid”. Murid – murid Yesus adalah milik Allah. Murid – murid Yesus menjadi satu dengan Allah sebagaimana Yesus dan Bapa adalah satu. Yesus berdoa agar para murid dipelihara dan di lindungi dalam kasih Bapa. Yesus berdoa agar para murid disertai untuk melanjutkan misi Yesus meskipun dibenci oleh dunia. Yesus meminta supaya para murid dikuduskan dalam kebenaran Firman Tuhan. Ketiga, “relasi dengan semua orang percaya”. Yesus berdoa agar semua orang percaya yaitu Gereja menjadi satu. Seperti Yesus dan Bapa adalah satu, demikian juga orang percaya menjadi satu dengan Allah. Hakekat Gereja Esa, Gere yang menjadi satu bukan sekedar identitas tapi menjadi sebuah kesaksian agar dunia tahu bahawa Bapa mengutus Yesus dan Bapa mengasihi orang percaya sama seperti Bapa mengasihi Yesus. Jadi ketiga relasi ini sangat istimewa. Ini luar biasa sebab dalam ayat 24 – 26, relasi kasih itu nyata dalam kemuliaan Bapa dan dalam kesatuan hidup orang percaya. “… supaya Kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka”. Kesatuan relasi adalah adalah relasi yang diikat dan dipersatukan oleh Kasih Allah.
Doa Yesus agar Gereja "menjadi satu". Maksudnya bukan kepada kesatuan bentuk, kesatuan organisasi, kesatuan secara jasmani tapi kesatuan secara rohani sebagai tubuh Kristus yang diikat oleh kasih. Relasi kasih ini tidak hanya di tempat tertentu saja, di waktu tertentu saja atau dalam situasi tertentu saja. Tapi relasi kasih ini adalah relasi yang "terus menerus" berlangsung sepanjang Gereja ada di tengah dunia. Kesatuan hati, tujuan, pikiran, dan misi sebagai tubuh Kristus. Sehati, sepikir, satu tujuan, satu kasih, satu misi. Itu juga yang kita ikrarkan dalam pengakuan iman kita, bahwa kita mengaku mengaku percaya bersama dengan gereja di segala zaman dan tempat.
Pembacaan kita hari ini memberi beberapa pesan untuk kita. Pertama, Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat sangat setia dan tekun dalam doa. Yesus bukan mengajar dan melayani saja. Yesus tidak hanya melakukan mujizat. Tapi Yesus juga berdoa. Sebelum memulai pelayananNya, Yesus berdoa. Di taman Getsemani Yesus berdoa. Di Kayu Salib Yesus berdoa. Yesus mengajarkan para muridnya untuk berdoa. Yesus berdoa bagi para muridnya. Sikap Yesus adalah teladan bagi kita. Kekuatan kita menghadapi situasi dunia saat ini adalah doa. Doa adalah nafas kehidupan kita. Kekuatan kita menuju Sidang Sinode adalah doa. Doa orang percaya sangat besar kuasaNya. Jadi tetaplah percaya. Tetaplah berharap. Janganlah menyerah karena Tuhan memiliki cara yang ajaib. Ia menjawab setiap doa. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Yang kedua, mari aminkan doa Yesus ini dalam hidup bersama sebagai Gereja. Saling mengasihi dalam keluarga. Sehati sebagai persekutuan. Meskipun berbeda suku, bahasa, tapi kita adalah satu. Kesaksian kita bagi Waropen dan bagi dunia adalah lewat hidup yang sehati. Kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kesediaan untuk menderita bagi Kristus, untuk melayani dengan sukacita adalah bentuk yang nyata bahwa kita mengenal Allah dengan benar karena kita saling mengasihi. Terutama ketika sebagai bangsa Indonesia, kita akan memperingat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 76. Hidup sehati dan menjadi gereja yang mengasihi adalah kesaksian kita bagi Indonesia. Dan Kaniba Raruko adalah kesaksian kita di Waropen.
Ketiga, mari imani doa Yesus. Doa ini menunjukan keajaiban rencana Allah bagi kita, kedahsyatan kuasa Allah bagi Gereja juga perhatian dan kepedulian Allah bagi setiap pribadi kita. Yesus berdoa bagi GerejaNya. Yesus mendoakan kita sekalian. Yesus tahu semua yang kita hadapi dalam dunia. Yesus tahu dunia membenci pengikutNya. Tapi Yesus memberi jaminan bahwa Allah memelihara, Allah melindungi, Allah menguduskan dan Allah mengasihi. Jadi marilah andalkan Yesus sebagai satu-satunya Allah yang kita percaya. Ia sumber kekuatan, sumber pengharapan, sumber kedamaian. Ia adalah Tuhan yang memberkati. Tuhan yang memelihara. Tuhan yang menyembuhkan. Tuhan yang memulihkan. Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "MENGASIHI SEBAGAI TANDA MENGENAL ALLAH YANG BENAR (Yohanes 17:1-26)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.