KHOTBAH HDS PW GKI DI TANAH PAPUA (Wahyu 1:17-18)
Perempuan adalah tiang doa dalam keluarga. Dalam sebuah rumah tiang mempunyai fungsi yang penting. Tiang rumah yang disebut pilar selain menjadi pemanis untuk memperindah sebuah bangunan, fungsi utamanya adalah untuk menopang beban dan berat sebuah bangunan. Tiang juga menjadi penopang bangunan apabila terjadi angin kencang atau gempa bumi. Jadi sebuah tiang harus kuat dan tahan terhadap guncangan. Sebagai tiang doa dalam keluarga maka perempuan punya peran penting. Sebagaimana sebuah rumah selalu dihantam guncangan angin kencang, badai atau juga rayap. Maka perempuan sebagai tiang doa tidak dapat bergantung pada kekuatan kita sendiri. Hari ini ketika kita merayakan Hari Doa Syukur PW GKI Di Tanah Papua yang ke 56, Firman Tuhan memberi kekuatan bagi para perempuan dalam fungsinya sebagai tiang doa. Firman Tuhan Firman Tuhan bagaikan air yang menyejukan dan menyegarkan kita, Allah berfirman sebagaimana tema kita: JANGAN TAKUT, AKU ADALAH YANG AWAL YANG AKHIR DAN YANG HIDUP
Jemaat Kristen di masa Wahyu sedang menghadapi situasi yang sangat berat. Ada penganiayaan berat. Orang Kristen menderita secara sosial, politik atau ekonomi karena penganiayaan di seluruh kekaisaran Romawi. Bahkan banyak orang Kristen yang mati dibunuh. Yohanes di buang di Pulau Patmos, tapi ia mendapat Wahyu Tuhan untuk menguatkan jemaat – jemaat Kristen yang sedang menderita itu. Yohanes melihat Anak Manusia yang berdiri di tengah-tengah tujuh kaki dian. Sesungguhnya itu menggambarkan bahwa Yesus sendiri berdiri di antara Ketujuh Jemaat di Asia ini, di tengah-tengah situasi yang mereka hadapi: penindasan maupun tekanan. Yesus melindungi mereka semua dengan kasih-Nya.
Yohanes pun tersungkur di kaki Anak Manusia itu seperti orang yang mati, sebab ia berhadapan dengan hadirat Alla yang suci dan kudus. Dalam keadaan seperti orang mati, Yohanes justru mendapatkan penghiburan dan keberanian. Sang Anak Manusia itu “meletakkan tangan kanan-Nya di atas Yohanes”, lalu berkata: : Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku Hidup sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (ay.17-18).
Jangan takut adalah sebuah sapaan yang menenangkan dan memberi jaminan kepastian agar orang percaya tetap tenang, tetap percaya dan tidak kuatir. Mengapa? Karena yang berfirman adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Yang berfirman adalah Allah sumber kehidupan. Allah yang berkuasa atas kehidupan, yang memimpin kehidupan, yang hidup dan berkuasa atas kematian dan yang memimpin akhir sejarah manusia. Dia Alllah yang memegang kunci kerajaan maut. Jadi semua hal ada didalam kekuasaanNya.
Allah yang sama saat ini sedang menumpangkan tangan-Nya ke atas kita dan menguatkan kita sebagai perempuan untuk tetap kuat terhadap guncangan situasi dunia saat ini. Di tengah banyak ketakutan dan kekhawatiran yang sedang kita rasakan: takut akan masa depan anak-anak, takut akan masa depan hubungan kita dengan suami/rumah tangga, takut akan tanggung jawab kita dalam pekerjaan/pelayanan apakah bisa dilakukukan dengan baik atau tidak, takut dengan situasi dunia saat ini karena covid dan begitu banyak kematian, takut menjalani hidup ketika kehilangan orang – orang terkasih. Tuhanpun menyapa kita: “Jangan takut”. Ini sapaan yang menenangkan dan menguatkan kita. Sapaan yang mampu membangkitkan rasa percaya diri kita untuk tetap kuat, tegar dan bersemangat dalam menjalani hidup. Terus menjadi berkat dalam hidup ini. Terus setia berdoa. Terus melayani keluarga dalam kasih. Terus bersaksi tentang Kristus.
Tetaplah percaya bahwa Allah Yang Awal dan Yang Akhir, dan yang Hidup sedang mengatur segala. Dia Allah yang hidup: hadir dalam segala peristiwa. Yesus pun hadir di tengah-tengah situasi hidup jemaat dan keluarga bahkan setiap pribadi. Yesus yang sama, hadir juga dalam hidup kita dengan semua tantangan, persoalan bahkan sukacita hidup kita. Dia memberi ketentraman, memberi perlindungan, kekuatan dan hikmat bagi kita. Jadilah tiang doa yang setia dalam Tuhan. Saat kaki tak sanggup lagi berdiri maka berlututlah untuk berdoa. Saat tangan tak kuat lagi menggengam maka lipatlah tangan dan berseru kepada Tuhan. Saat kepala sudah tak kuat lagi ditegakkan maka menunduklah dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan. Saat hati sudah tak kuat lagi menahan kesedihan maka menangislah dalam doa. Saat persoalan – persoalan termasuk covid 19 bagaikan angin kencang dan gempa yang sedang mengguncang hidup kita tetapla berdoa. Jadilah tiang doa yang setia untuk menopang keluarga, gereja dan masyarakat. Selamat merayakan Hari Doa Syukur PW GKI Di Tanah Papua. Tuhan memberkati. Amin.
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH HDS PW GKI DI TANAH PAPUA (Wahyu 1:17-18)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.