BERHENTI BERSUNGUT - SUNGUT, UCAPKAN SYUKUR (Keluaran 16:1-36)
Israel sudah mengalami kebaikan Tuhan. Mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Israel telah mengalami mujizat Tuhan. Tuhan membelah Laut Teberau bagi Israel dan mengalahkan pasukan Filistin. Tapi ternyata itu belum cukup bagi Israel. Ketika berada di padang gurun, hari ke 15 di bulan kedua dalam perjalanan menuju Kanaan itu, Israel bersungut – sungut. Israel protes kepada Musa dan Harun. Kaki dan mata Israel sedang terarah menuju masa depan, Kanaan yang Tuhan janjikan. Tapi hati ternyata masih terikat pada masa lalu di Mesir. Israel membandingkan hidup Mesir dan keadaan yang sedang mereka alami di padang gurun. Bagi Israel lebih baik mati di Mesir dengan kenyang dari pada mati kelaparan di Padang gurun. Ternyata masalah yang membuat Israel bersungut – sungut adalah soal perut. Soal perut membuat Israel melupakan kebaikan Tuhan dan meragukan kuasa Tuhan. Ini bukan persoalan sepele. Di mata Tuhan, sikap Israel ini adalah sebuah pemberontakan.
Apa tindakan Tuhan terhadap persungutan? Pertama, Tuhan menyatakan kemuliaanNya agar Israel sadar bahwa Tuhanlah Allah. Di awan, di padang gurun, kemuliaan Tuhan dinyatakan. Seperti Tuhan menyatakan kemuliaanNya bagi Israel demikian juga di padang gurun kehidupan kita, sesulit apapun itu. Di tengah keberadaan hidup setiap pribadi dan keluarga. Di tengah kerja dan pergumulan menuju Sidang Sinode XVIII. Bahkan di tengah Covid 19 Tuhan sedang menyatakan kemuliaanNya.
Kedua, Tuhan membuat mujizatNya. Tiap – tiap pagi, Tuhan menurunkan Manna, roti dari Sorga, warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti kue madu. Tiap – tiap senja, Tuhan memberi burung puyuh. Manna di makan selama 40 hari sampai Israel tiba di perbatasan Tanah Kanan. Seperti Tuhan memelihara hidup Israel demikian juga Tuhan memelihara hidup kita. Bukan hanya soal makan dan minum yang dijamin oleh Tuhan bahkan soal keselamatan pun diberikanNya kepada kita.
Ketiga, Tuhan memberi perintah dan petunjuk. Ada perintah untuk mengambil Manna. Ambil sesuai keperluan untuk seisi kemah, setiap orang satu gomer sesuai jumlah jiwa. Gomer adalah ukuran isi kurang lebih 3,6 liter. Tidak boleh disimpan sampai pagi karena Tuhan menyediakan berkat yang baru setiap pagi. Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan. Orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Luar biasa, berkat Tuhan itu karena selalu cukup. Tapi ternyata masih ada orang Israel yang melanggar hal ini dengan mengambil Manna dan simpan sampai pagi. Manna itu tidak dapat dimakan karena menjadi berulat dan busuk.
Ini sebuah pelajaran bagi kita agar belajar mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan beri. Jangan menjadi serakah dan jangan mencari keuntungan bagi diri sendiri. Tuhan juga memberi ketetapan tentang Sabat. Israel harus menghormati Sabat sebagai salah satu Hukum Tuhan. Ini bukan dimaksudkan sebagai pendewaan terhadap hari atau tempat. Tapi untuk menunjukan bahwa waktu untuk Tuhan janganlah dilupakan. Waktu untuk Tuhan tidak boleh dikorupsi. Pada hari ke enam itu, Tuhan melipatgandakan Manna yang dapat disimpan sampai Sabat. Israel tidak diperbolehkan keluar. Namun pada hari ke tujuh itu, kenyataannya ada orang Israel yang keluar untuk mencari Manna, toh mereka tidak menemukannya. Juga Tuhan memerintahkan agar ada segomer Manna yang disimpan dalam tabut Allah sebagai saksi sejarah agar Israel mengingat perbuatan – perbuatan Tuhan.
Bersungut – sungut lebih dari sekedar mengeluh. Bersungut – sungut artinya tidak puas terhadap sesuatu, menggerutu, mempersalahkan pihak lain. Bersungut-sungut merupakan bukti tidak percaya kepada Allah. Dalam padang gurun kehidupan, saat putus asa dan tidak ada jalan keluar, tetaplah percaya dan pegang janji-Nya. Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah sudah menolong, Allah tetap menolong, Allah selalu menolong. Keberadaan kita sampai dengan detik ini adalah karena kasih dan kemurahan Tuhan. Bila kita masih dapat menghirup udara segar dengan gratis, bersyukurlah. Saat sakit tetaplah bersyukur karena Tuhan sedang mengajar kita untuk percaya pertolonganNya. Saat berduka dan kehilangan, tetaplah bersyukur atas penghiburan dan kekuatan dari Tuhan. Padang gurun kehidupan kita masing – masing adalah medan latihan iman untuk belajar percaya dan bersyukur.
Seorang ibu mempunyai dua anak. Anak yang pertama sehari – hari menjualnya ikan garam dan anak yang kedua adalah pedagang payung dan jas hujan. Ibu itu seorang janda yang sudah lanjut usia sehingga kedua anaknya yang menjamin hidupnya sehari - hari. Tapi setiap hari ibu ini selalu susah. Kalau hujan sang Ibu selalu gelisah memikirkan usaha ikan garam dari anaknya yang pertama karena setiap hujan, anaknya tidak dapat menjemur ikan garam dan pendapatannya pasti berkurang. Tapi setiap musim panas juga sang Ibu selalu khawatir memikirkan usaha anak keduanya, pasti dagangan payung dan jas hujan tidak terlalu laris. Lalu si ibu menjumpai Pendeta di jemaatnya: “Bapa Pendeta, saya selalu mengalami kesusahan memikirkan kedua anak saya. Bagaimana caranya agar tidak merasa kesusahan?” Setelah mendengar cerita si Ibu, sang pendeta berkata: Jangan fokus pada masalah dan kesusahan tapi bersyukurlah! Setiap kali hujan bersyukurlah karena usaha payung dan jas hujan anak kedua ibu yang pasti laris dan setiap kali panas bersyukurlah karena pendapatan anak pertama untuk usaha ikan garamnya yang pasti bagus. Hujan atau panas tidak dapat kita ubah tapi hati yang penuh sukacita dapat mengatasi kesusahan. Dengan begitu baik panas atau hujan, ibu selalu bersyukur maka kesusahanpun hilang. Berhenti bersungut – sungut. Ucapkanlah syukur karena Allah itu baik setiap waktu. God is good all the time. Amin. Selamat hari minggu, Tuhan memberkati.
Keterangan gambar : Rumah Pastori Bakal Jemaat Paulus Awera Klasis GKI Waropen
Belum ada Komentar untuk "BERHENTI BERSUNGUT - SUNGUT, UCAPKAN SYUKUR (Keluaran 16:1-36)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.