SABARLAH DALAM PENDERITAAN, KESESAKAN DAN KESUKARAN (II Korintus 6:1-10)
Tuhan tidak memberi paket kesabaran ibarat sebuah hadiah yang kita terima secara langsung. Tapi Tuhan membentuk kita menjadi pribadi yang belajar sabar dari peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Seorang suami belajar sabar menghadapi istri yang cerewet. Istri belajar sabar mengatur rumah dan keluarga. Orang tua belajar sabar saat anak – anak sulit di atur. Pegawai dan karyawan belajar sabar ketika tuntutan pekerjaan menekan. Pelayan belajar sabar dan setia melayani Tuhan. Karena itu sabar, ilmunya tingkat tinggi, belajarnya setiap hari, latihannya setiap saat, ujiannya sering mendadak, sekolahnya seumur hidup. Sabar membentuk orang menjadi tangguh. Bersabar berarti sanggup bertahan menanggung segala sesuatu.
Itulah yang dialami oleh Paulus, ia dibentuk menjadi seorang pelayan Allah yang sejati yang memiliki kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran. Pada minggu sengsara ke – 2 ini kita belajar dari pengalaman iman Paulus dalam 2 Korintus 6:1-10. Bacaan berisi kesaksian mengenai pelayanan Rasul Paulus. Paulus awalnya membenci orang Kristen, menolak kebenaran Allah, dan hidup dalam kebenarannya sendiri yang bersifat duniawi. Tetapi oleh kasih dan anugerah Allah, Paulus mengalami pertobatan. Perjumpaannya dengan Allah mengubah hidupnya. Paulus dibaharui menjadi pelayan Allah. Ia menjadi hamba Allah yang setia, hidup dalam kebenaran Allah, dan melayani Allah dengan sepenuh hidupnya, tidak setengah-setengah.
Paulus menasihati jemaat di Korintus agar tidak menyia – nyiakan atau mengabaikan kasih karunia Allah yang telah diterima dengan cuma-cuma. Allah di dalam Yesus Kristus telah mengerjakan keselamatan. Hutang dosa telah dilunasi dengan darahNya sendiri. Jemaat di Korintus juga kita menerima kasih karunia Allah itu secara gratis. Paulus tidak sekedar mengajak, menasihati dan memberi saran. Paulus menunjukan melalui teladan hidupnya sendiri yaitu bahwa ia telah menghidupi anugerah Allah dalam panggilan pemberitaan Injil. Pertama Paulus menjaga dirinya agar tidak menjadi penyebab orang tersandung. Kedua, Paulus menunjukkan kualitas seorang pelayanan yang rela menanggung risiko melayani. Sabar menanggung segala sesuatu. Ikhlas menerima perlakuan yang baik atau tidak baik. Menanggung penderitaan, kesesakan dan kesukaran dalam kesabaran. Rela menanggung dera (siksaan fisik), hidup terpenjara, kerusuhan, dalam berjerih payah. Ketiga, Paulus menunjukkan integritas seorang pelayan di berbagai situasi dan kondisi. Seberat apapun tantangan yang dihadapi, entah itu ketika dia harus menanggung dera, ketika dalam penjara atau tatkala menghadapi kerusuhan. Paulus tetap sama, tetap menjaga kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih tanpa ada sedikitpun ada kemunafikan di dalamnya. Ketika dihormati oleh orang, ketika dihina. Ketika diumpat atau ketika dipuji. Ketika dianggap sebagai penipu atau ketika dipercayai. Paulus menerimanya dengan sabar. Paulus bukan sekedar sabar tapi ia juga bersukacita. Bahkan, ketika mengalami penderitaan pun, ia mampu menguatkan jemaat mula – mula melalui surat – suratnya. Inilah gambaran dari seorang pelayan Allah.
Dalam kehidupan ini kita juga mengalami suka duka. Hidup kita penuh warna. Tidka melulu putih karena acapkali hitam, merah kuning bagai pelangi. Hidup kita penuh rasa. Tidak selalu manis kadangkala pahit, asam, asin bagai permen Nano – nano rame rasanya. Kita diuji dalam segala aspek untuk memurnikan iman kita, seperti dalam kehidupan pribadi, kesehatan, pekerjaan, dan bahkan keluarga kita. Di dalam pelayanan pun, kita mengalami ujian.
Paulus menghadapi derita karena belajar dari teladan Yesus yang menderita. Paulus tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, melainkan kuasa Tuhan. Yesus dan Paulus telah menempuh Via Dolorosa dan mereka menang. Demikianpun dengan kita. Minggu ini kita menghayati Minggu sengsara ke – 2 yaitu Minggu Invocavit “Aku berseru dan Ia menjawab”. Dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, kita belajar bersabar. Dan Allah mendengar seruan kita. Ia menyatakan pertolongan bagi kita. Kita mengalami penyertaanNya dan dapat menyaksikan bagaimana Tuhan memampukan kita dalam mengatasi segala situasi.
Kasih karunia yang terbesar bagi kita
ialah Yesus Kristus telah mati menebus dosa kita. Karena itu jangan kita
sia-siakan kasih karunia itu. Berdasarkan kasih karunia Allah, kita semua
mendapat panggilan sebagai pelayan Allah yaitu panggilan pelayanan dalam
keluarga, jemaat, dan gereja dan
masyarakat. Dalam hidup dan
pelayanan kita, diperlukan kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, serta berbagai tantangan kehidupan.
Sebab iman kita bertumbuh, kuat dan tahan uji dalam penderitaan, kesesakan dan
kesukaran. Maka biarlah kasih karunia itu bekerja di dalam diri kita
dan menghasilkan karakter Kristus melalui berbagai pencobaan, kesulitan,
masalah, dan penderitaan yang kita alami. Bergantunglah terus pada Allah.
Berdoa minta hikmat dan kekuatan dariNya.
Kata sabar memang terdengar simpel, tapi menerapkan kata itu tak semudah membalikkan tangan. Butuh hati dan mental yang kuat. Tapi percayalah, siapapun yang sabar dan tekun akan mekar seperti bunga, akan indah seperti purnama, dan menakjubkan seperti kupu-kupu. Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. SELAMAT HARI MINGGU. SELAMAT MENJALANI MINGGU SENGSARA II. Tuhan memberkati.
Firman TUHAN dan renungannya sangat indah buat saya belajar .
BalasHapusTerimakasih atas renungan nya
Amin ... Sama - sama
HapusTuhan memberkati sahabat DEAR PELANGI