KEBENARAN ILAHI YANG MEMERDEKAKAN (Yohanes 8:30-47)
Keselamatan sudah diberikan oleh Yesus. Keselamatan ada di dalam Yesus. Kita sekalian sudah diselamatkan tetapi masih memilih menjadi hamba dosa. Kita ibarat seseorang yang sedang memikul beban yang berat tapi kita masih tetap memikul beban itu padahal kita sudah berada di dalam mobil. Kita memiliki kesempatan untuk melepaskan beban kita tapi kita tetap memilih memikul beban. Beban kita adalah beban dosa. Orang Kristen masa kinipun masih dibelenggu dan diperbudak oleh dosa.
Saudaraku, berada dalam penjajahan sangatlah tidak menyenangkan. Orang yang terjajah tidak memiliki kebebasan karena semua hal berada dalam kekuasaan pihak yang menjajah. Tidak ada orang yang ingin hidupnya berada di bawah penjajahan. Penjajahan berarti perbudakan. Penjajahan dan perbudakan oleh manusia saja sangat tidak menyenangkan apalagi penjajahan dan perbudakan karena dosa. Kita manusia tidak dapat melepaskan diri dari perbudakan dosa dengan kekuatan kita sendiri.
Hari ini kita memasuki Minggu sengsara ke 3 yang disebut Minggu Reminiscere: “Ingatlah ya Allah akan kasih setiaMu”. Allah mengingat kita manusia yang telah diperbudak oleh dosa. Kristus memerdekakan dan membebaskan kita dari dosa. Bacaan kita hari ini dalam Yohanes 8:30-47 menyebutkan: “orang yang tinggal dalam Kristus adalah murid Kristus”. Murid Kristus akan hidup dalam kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan. Ketika Yesus berbicara tentang kemerdekaan itu bukan dalam konteks kemerdekaan bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi, tetapi Ia berbicara mengenai kemerdekaan manusia dari belenggu dosa.
Dalam dialog antara Yesus dan orang Yahudi yang telah percaya, ternyata orang banyak itu memberi respons : “Kami adalah keturunan Abraham dan kami tidak pernah menjadi hamba siapapun, bagaimana Engkau berkata : Kamu akan merdeka?” Perkataan Yesus sulit diterima oleh orang banyak. Mereka berpikir bahwa status istimewa mereka sebagai keturunan Abraham, bangsa pilihan Allah itu sudah cukup
Yesus menegaskan bahwa status sebagai umat Allah, keturunan Abraham belumlah cukup. Sebab walaupun status keturunan Abraham tapi hidup dalam dosa maka tetap hamba dosa. Keturunan Abraham justru harus meneladani Abraham. Abraham yang disebut Bapa segala orang percaya karena mendasari imannya sepenuhnya kepada Allah, pergi ke negeri yang tak ia kenal dan percaya janji Allah meskipun harus mengorbankan Isak anaknya. Iman Abram nyata dalam percayanya kepada Allah.
Karakter utama dari murid-murid Yesus, adalah tetap tinggal di dalam firman-Nya. Yesus meletakkan persyaratan utama untuk menjadi murid yang sejati: tetap tinggal. Tetap tinggal berarti menetap semalanya, bukan sekedar singgah, bukan tinggal karena rasa suka atau senang, bukan hanya waktu tertentu saja. Murid sejati adalah “tetap tinggal” atau selalu memegang ajaran Yesus.
Kebenaran yang memerdekakan itu adalah Yesus sendiri. Yesus berbicara tentang diriNya sebagai kebenaran yang memerdekakan manusia dari perbudakan dosa (ayat 36). Ia memerdekakan lewat karya penebusan di kayu salib. Itulah kebenaran yang dimaksudkan oleh Yesus. Kebenaran itu sudah datang ke dalam dunia dan Kebenaran itu sudah diberikan kepada kita. Yang menjadi persoalan apakah kita mau hidup dan tinggal menetap dalam Kebenaran itu atau kita mau tetap untuk diperhamba oleh dosa. Pilihannya ada pada kita masing – masing.
Kita menyebut diri murid Yesus, tetapi apakah kita hidup dalam kebenaran firmanNya ataukah hidup kita masih terikat dengan macam-macam perbuatan daging? Kristus sudah memerdekakan kita dari dosa tapi kemerdekaaan itu bukanlah kebebasan tanpa batas sehingga dengan seenak hati, kita melakukan apa yang kita mau. Kemerdekaan itu adalah kemerdekaan dalam koridor Firman Tuhan. Karena itu status sebagai murid Yesus harus disertai dengan ketaatan melakukan pengajaran sang Guru. Menyebut diri Kristen berarti memiliki karakter Kristus. Kebenaran dalam Kristus akan menyadarkan seseorang dari dosa dan kuasa Yesus membebaskan dari budak dosa.
Jadi sekarang, manakah yang kita pilih? Kekristenan sekedar status atau gaya hidup? Dimerdekakan dari dosa atau merdeka untuk berbuat dosa? Penjajahan dosa tidak dapat dilawan dengan status, tapi dengan pemulihan Tuhan. Menjadi Kristen bukan sekedar percaya dengan status atau ucapan tapi percaya dengan sepenuh hati, jiwa dan segenap kelakuan. Itu berarti memercayakan diri penuh kepada Yesus untuk memerdekakan kita dari dosa.
Kemerdekaan yang sesungguhnya ditemukan di dalam Yesus Kristus. Dia memampukan kita untuk menjadi apa yang telah dirancangkan bagi kita. Terimalah Dia sebagai Juruselamat Anda, dan kebenaran itu akan memerdekakan Anda. Amin. Selamat Hari Minggu. Selamat Menjalani Minggu Sengsara III. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "KEBENARAN ILAHI YANG MEMERDEKAKAN (Yohanes 8:30-47)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.