KEBAIKAN ALLAH DALAM DUKACITA (Roma 8:28)
Kita tentu mengingat syair lagu anak – anak: “Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia”. Atau juga lagu: “Di doa ibuku namaku di sebut”. Isteri dan Mama adalah tiang doa dalam keluarga. Ibu juga Nenek adalah sosok yang selalu memberi cinta yang berlimpah bagi suami, anak – anak, cucu dan cece. Hari ini, di tengah keluarga besar kita kehilangan sosok tiang doa yang telah memberi berlimpah cintanya bagi keluarga dan dalam persekutuan jemaat. Alamarhumah kekasih kita telah memenuhi panggilan Ilahi.
Perjalanan hidup kita manusia adalah dalam rancangan Tuhan. Tidak seorangpun dari kita yang bisa memilih di keluarga mana kita terlahir. Itu semata – mata anugerah Tuhan. Dalam anugerah Tuhan almarhumah kekasih kita ini terlahir di tengah Keluarga Besarnya. Dalam rancangan Tuhan pula ia dipersatukan dengan suami tercinta. Dalam rencana Tuhan ia menjalani hidupnya dengan memberi cinta bagi keluarga dan setia sebagai warga jemaat. Lalu dalam kehendak Tuhan pula ia mengakhiri hidupnya kembali kepada Tuhan selaku penciptanya pada usia 72 tahun.
Hari ini dalam duka dan kesedihan keluarga, Firman Tuhan memberi penghiburan. Ay. 28 bacaan kita berkata : “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Segala sesuatu yang dimaksud di sini berarti segala situasi dan kondisi, termasuk hal-hal yang buruk yang tidak kita kehendaki di hidup kita. Sebagai manusia tentu kita menghendaki semua hal yang baik. Jika sakit kita berobat agar sembuh, kita menghendaki kehidupan yang aman nyaman dan selamat. Kita tidak menghendaki kegagalan, penderitaan, termasuk kematian dan dukacita seperti ini. Tapi tidak ada seorangpun dari kita yang dapat menghalangi saat kematian menjemput. Dalam fakta kehidupan inilah Tuhan memberi firmanNya bahwa dalam segala sesuatu itu Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan.
Kebaikan bukan menurut ukuran kita tetapi ukuran dan rencana Allah. Percayalah bahwa kebaikan Allah akan kita rasakan sesudah kita mengalami masa – masa yang berat. Meskipun kita bersedih karena ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi. Meskipun kematian merengut hidupnya dari sisi kita tetapi tidak merengut kasih Allah dari kita. Tiang doa ini telah pergi tapi cintanya tetap abadi. Teladannya yang memberi cinta tanpa pamri mesti tetap ada dalam kehidupan suami, anak – anak, cucu dan cece yang ditinggalkan. Ia tak lagi bersama kita semua tapi kasih Kristus sang Imanuel tetap ada bagi kita.
Marilah kita menjalani hidup dengan tetap mengimani bahwa Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Karena meski pun kita tidak tahu segala rancangan-Nya atas hidup kita, tetapi Tuhan tahu seluruh keberadaan hidup kita. Ia adalah Allah yang mengerti, Allah yang peduli segala yang terjadi di hidup kita. Jalanilah hidup dengan iman dan bersyukurlah senantiasa sebab Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu.
Saudaraku, ada sebuah kisah. Seorang pemuda datang bertemu satu orang tua bijak di kampungnya. Si pemuda mengeluh hidupnya sangat menyedihkan. Si pemuda merasa sudah bosan hidup karena banyak persoalan terjadi di hidupnya. Sang kakek bijak menyuruh pemuda yang tidak bahagia ini untuk menaruh segenggam garam ke dalam segelas air. Sang kakek meminta si pemuda meminum larutan garam dalam gelas itu. "Bagaimana rasanya?" tanya sang kakek.
"Sangat asin" jawab pemuda itu.
Si kakekpun tersenyum, kemudian meminta pemuda itu untuk mengambil segenggam garam yang sama lagi lalu keduanya berjalan ke sebuah danau. Sang kakek meminta pemuda itu menaburkan garam itu ke dalam danau, lalu berkata: "Sekarang minumlah dari danau ini, bagaimana rasanya?".
"Enak dan segar!" jawab si pemuda.
"Apakah kau merasakan asinnya?" tanya sang kakek.
"Sama sekali tidak" kata si pemuda.
Begitulah kehidupan, jika sakitnya dukacita, perihnya kehilangan kita simpan sesak di hati kita maka hidup akan terasa seperti larutan garam dalam air di gelas. Sangatlah asin. Tapi jika hati yang sesak dalam duka ini kita letakan dalam Kristus yang kasihNya tak terbatas, lebih dalam dari lautan dan lebih lebar dari samudera maka kita akan menyaksikan kebaikan – kebaikan Allah di tengah dukacita ini.
Kuasa Allah tidak terbatas. Cakupan kedaulatanNya tiada akhir. Bagi orang percaya, kata akhir untuk hidup kita bukan datang dari kematian Kata akhir itu hanya ada pada Tuhan, dan kata akhir itu adalah kehidupan kekal. Allah yang Kekal menghibur keluarga yang berduka dan memelihara kita yang hidup sepeninggal orang yang kita kasihi. Mari bawa duka ini kepada Tuhan yang kasihNya kekal dan penghiburanNya ajaib. Amin.
Belum ada Komentar untuk "KEBAIKAN ALLAH DALAM DUKACITA (Roma 8:28)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.