KHOTBAH MALAM KUDUS (Yesaya 7:10-14)
Malam ini adalah Malam yang kudus, malam lahirnya Kristus sang penebus. Di malam yang kudus, Allah yang Kudus melakukan keajaiban. Ia menjadi manusia. Sang Imanuel terlahir dari Rahim seorang perawan. Di malam yang kudus, Nubuat Yesaya sebuah pertanda sebagaimana dalam ayat 14: “Sebab Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya seorang anak perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki – laki, dan ia akan menamakan Dia, Imanuel. Nubuat itu digenapi. Natal memang adalah sebuah keajaiban. Dan malam yang kudus menjadi sebuah pertanda bahwa keajaiban itu menyentuh saya dan saudara.
Raja Ahas mengabaikan pertanda yang diberikan oleh nabi Yesaya. Tuhan sudah menjamin bahwa Ahas tidak perlu takut terhadap kekuatan musuh entah Israel Utara atau siapapun. Tetapi Ahaz lebih mengandalkan perhitungan politis. Ahas berbasa basi agar nampak beriman. Ahas mengatakan dia „tak mau meminta, tidak mau mencobai Tuhan“. Ahas kelihatannya taat dan berserah pada Allah. Namun Ahas sebenarnya hanya pura-pura saleh. Ahas lebih percaya pada perhitungan militernya. Ahas lebih memilih bergantung pada raja Asyur dari pada bergantung kepada Tuhan. Pada akhirnya Ahas dan kerajaan Yehuda, jatuh ke tangan Asyur. Semua terjadi karena Ahas menolak kemurahan Tuhan. Ahas menyangkal kuasa Tuhan. Ahas tidak mengalami keajaiban penggenapan Janji Allah.
Kini Nubuat Yesaya telah menjadi kenyataan. Kristus Sang Imanuel telah terlahir dari Rahim perawan Maria. Adakah Ahas di antara kita? Kita yang masih mengandalkan kehebatan kita. Kita berbasa – basi seolah – olah mengalami keajaiban Natal padahal tidak. Kita yang lebih mengutamakan rumah yang cantik, baju baru dan makan minum enak lalu mengabaikan damai Kristus. Bila demikian maka sesungguhnya kita sedang menolak kuasa dan keajaiban Natal.
Ada sebuah kisah nyata ini terjadi pada malam Natal, saat Perang Dunia I pada 1914. Pada saat itu, tentara Perancis, Inggris, dan Jerman saling baku tembak. Pada malam Natal itu cuaca di luar sangat dingin dan salju pun turun dengan lebatnya. Para tentara itu bukannya berada diantara anggota keluarga yang mereka kasihi, malah berada di antara musuh yang setiap saat siap sedia menembak mati siapa saja yang bergerak. Tiada lampu Natal selain desingan peluru dari senapan musuh. Pemandangan yang mereka nikmati hanyalah rintihan teman yang tertembak atau menggigil kedinginan. Suasana malam yang gelap dan dingin terasa hening dan sepi. Selama berjam-jam mereka duduk membisu.
Tiba-tiba dari arah depan di front Jerman, cahaya kecil muncul dan bergoyang, cahaya
tersebut tampak semakin nyata. Rupanya, seorang prajurit Jerman telah membuat
pohon Natal kecil dengan Lilin Natal yang diangkat ke atas dari parit tempat
persembunyian. Lalu terdengar alunan lembut suara lagu "Stille Nacht,
heilige Nacht" (Malam Kudus). Prajurit Jerman yang bernama Sprink yang
menyanyikan lagu tersebut dengan suara yang sangat indah, jernih, dan merdu.
Sebelum dikirim ke medan perang, Sprink adalah seorang penyanyi tenor opera
yang terkenal.
Ia menyadari bahwa dengan menyanyikan lagu tersebut, prajurit musuh bisa mengetahui tempat persembunyian mereka. Ia menyanyikan lagu Malam Kudus tersebut bukan di tempat persembunyiannya, melainkan berdiri tegak, bahkan keluar dari persembunyiannya sehingga dapat terlihat jelas oleh semua musuhnya. Tapi melalui lagu ini, ia ingin berbagi rasa damai dan kasih Natal. Untuk hal ini, ia bersedia mengorbankan jiwanya, ia bersedia mati ditembak oleh musuhnya.
Namun apa yang terjadi, apakah ia ditembak mati? Tidak! Sebuah mujizat Natal terjadi saat itu. Semua prajurit, satu demi satu keluar dari tempat persembunyiannya masing-masing, dan mereka mulai menyanyikan lagu itu bersama. Dengan Bahasa Jerman, Inggris dan Prancis. Sambil saling berpelukan. Tadinya lawan sekarang menjadi kawan. Mereka berhimpun bersama, tidak ada lagi perbedaan pangkat, derajat, usia, maupun bangsa, bahkan perasaan bermusuhan pun lenyap. Mereka berhimpun bersama musuh mereka tidak lagi saling tembak atau saling bunuh. Mereka mengalami keajaiban malam Kudus, mereka bisa berkumpul dan menyembah, memperingati kelahiran Sang Imanuel yang lahir di malam kudus.
Adakah keajaiban Natal di malam ini? Keajaiban Natal apakah yang kita harapkan
di hidup kita? Marilah kita bersama menyanyikan lagu malam Kudus sambil menyalakan
lilin di tangan kita masing - masing. Bersyukurlah kepada Tuhan! Sekarang
kita telah memperoleh “Imanuel”, yakni Yesus Kristus. Tanda yang membawa kita
kepada pengharapan dan keselamatan telah digenapi. TUHAN selalu hadir di
tengah-tengah kita. Ia hadir bersama-sama kita di segala suasana, baik suka
maupun duka, susah maupun gembira, takut maupun tentram sentosa. Ingatlah,
TUHAN telah menegaskan bahwa Ia selalu beserta kita: IMANUEL:
Bagus banget
BalasHapusTerima kasih Sahabat ...
HapusDiberkati senantiasa ...