KHOTBAH KEDUKAAN : HIDUP MEMBERI BUAH (Filipi 1:21-22a)
Tak seorangpun dari kita yang menyangka bahwa beberapa hari lalu adalah kebersamaan yang terakhir dengan Almarhum kekasih kita. Kematian terjadi secara tiba – tiba. Dan berita kematian ini bukan hanya mendukakan kita tetapi juga mengejutkan hati kita. Tuhan telah menetapkan batas akhir kehidupan Almarhum. Ia telah mengakhiri karya dan pelayanannya sebagai suami yang menapaki jatuh bangun kehidupan bersama isteri kekasih sampai maut memisahkan. Sebagai Ayah yang berjuang demi pendidikan, masa depan dan kesuksesan anak – anak. Sebagai Tete (Opa) yang penuh kasih sayang untuk cucu – cucu. Juga sebagai orang tua, saudara, rekan dan sahabat dalam pelayanan di Gereja dan karya – karya di bidang Sosial dalam masyarakat.
Hari ini ketika kita akan melepaskan kepergiannya, Firman Tuhan dalam Filipi 1:21-22a memberi penghiburan dan menjadi kekuatan iman bagi kita. Rasul Paulus menyadari bahwa hidupnya adalah pemberian dan milik Kristus. Untuk Kristus saja Paulus mengabdikan dirinya. Paulus mengimani, ketika hidupnya berbuah bagi Kristus maka kematian adalah sebuah keuntungan. Karena itu selagi hidup, Paulus terus memberi buah, memuliakan Kristus, menghadirkan Kristus lewat pelayanannya dan menjadi berkat bagi banyak orang. Saat kematian menjemput, Paulus tahu Tuhan menyambutnya.
Sebagai orang percaya, kita mengakui bahwa tidak seorangpun dapat menghindar dari kematian. Tidak ada penangkal yang dapat mencegah kematian. Dan tidak ada obat mujarab yang bisa mengubah kematian. Kita diingatkan bahwa kematian memang bisa datang kapan saja dan bagi siapa saja. Setiap orang akan mati. Namun ada hal yang menjadi pembedanya, apakah kematian menjadi keuntungan atau tidak?
Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa pembedanya adalah pada bagaimana kita hidup. Jika hidup kita adalah hidup yang memberi buah maka kematian itu menjadi keuntungan. Sebaliknya jika hidup kita hanya sekedar hidup tanpa arti maka itu sebuah kebinasaan. Jadi ketika kita membuat hidup kita bermakna maka kematian juga menajdi bermakna dan tidak sia – sia. Ketika kita menjadikan hidup ini berharga maka kematianpun menjadi berharga. Sebab itu kita harus mengisihari – hari hidup kita dengan hal yang berguna bagi kehidupan.
Hiduplah untuk memberi buah. Buah – buah yang baik tidak selalu berarti kekayaan atau harta benda saja, tapi bisa juga gagasan, bahkan kehadiran, rangkulan atau seulas senyuman. Kita mengenal sosok Almarhum sebagai pribadi yang setia dalam pelayanan, bertanggung jawab dalam tugas, tegas dan disiplin dalam bertindak. Ia tidak hanya bicara tapi juga melakukan. Ia tidak hanya menonton tapi juga terlibat. Hari – hari terakhirnya masih segar dibenak kita yang berjumpa dengannya, ia begitu ceria, penuh semangat, bersenda gurau di rumah ini, di kantor Klasis, di Jemaat Smirna Nubuai. Sampai akhir hidupnya, ia melakukan tugasnya secara penuh, bukan hanya dengan ide – ide besar, harapannya tentang pelayanan dan pemerintahan tapi ia juga menunjukan kepekaan terhadap hal – hal yang kecil dan terluput dari perhatian orang lain. Ia selalu memberikan yang terbaik bagi orang lain dan bagi Tuhan. Ia telah menghadirkan Kristus dalam karya dan pelayanannya. Sampai akhir hidupnya, betapa ia menunjukan cinta yang besar untuk pekerjaan Tuhan. Ia meninggalkan teladan dan kenangan manis bagi isteri, anak – anak dan cucu – cucu, seisi keluarga besar bahkan kita sekalian. Semangat dan keceriaannya seolah memberi pesan untuk kita : Setialah melayani Tuhan, jangan lelah bekerja di ladangNya Tuhan, lakukanlah pekerjaan Tuhan dengan sukacita. Ia memang bukan orang yang sempurna tapi hidupnya telah memberi buah dan kita dapat melihat, merasakan dan menikmati buah – buah itu.
Bagi keluarga yang ditinggalkan. Curahkanlah dukacita dan kepedihan ini untuk Tuhan. Kita memang tidak bisa mengerti segala sesuatu dalam hidup ini, tapi kita tahu bahwa segala sesuatu terjadi di dalam Tuhan dan Tuhan bersama kita dalam segala sesuatu. Allah menguatkan dan memberi ketabahan melewati dukacita ini. Kita yang ditinggalkan dipanggil untuk melakukan tugas kita, mengikuti jejaknya dalam berkarya dan melayani. Dengan iman kepada Kristus, keluarga yang ditinggalkan dan kita semua meneruskan langkah – langkah kehidupan dan pelayanan, memberi buah selagi hidup sambal tetap menaruh percaya kepada Allah yang hidup. Kita berduka namun tetap memegang janji Tuhan. Kita meratap dalam keyakinan pada penghiburan Tuhan. Tuhan Sang penghibur, yang telah mendekap Almarhum dalam cintaNya juga mendekap istri, anak – anak, cucu – cucu dan keluarga besar dalam cintaNya. Tuhan memberi kekuatan untuk menanggung kesedihan kita. Bertekunlah dalam iman, setialah pada Kristus dan berbuahlah dalam hidup. Tuhan menghibur dan memberkati kita. Amin.
#dalam duka bersama Keluarga Besar Tanati - Dedaida dan Keluarga besar Klasis GKI Waropen atas terpanggilnya Almarhum: Drs. Zeth Tanati, MM; kembali kepada Allah Sang Pencipta.
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH KEDUKAAN : HIDUP MEMBERI BUAH (Filipi 1:21-22a)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.