YESUS KRISTUS DASAR IMAN ORANG PERCAYA (I Korintus 3:10-23)
Kokohnya sebuah bangunan sangat tergantung pada dasar atau fondasinya. Apabila fondasi yang dibuat kuat maka kokohlah bangunan itu. Sebaliknya apabila fondasi yang dibangun asal – asalan maka bangunanpun tidak akan kokoh. Demikian pula kehidupan iman. Atas dasar apakah kehidupan iman orang percaya di bangun? Jika bangunan kehidupan orang percaya didasarkan pada “Yang Kekal” maka kitapun memperoleh kepastian kekal, sebaliknya jika berpegang pada “yang fana” pasti tidak akan tahan uji. Ibarat emas dan sekam. Emas jika dipanaskan akan semakin murni sedangkan sekam jika terbakar akan hangus dan habis dalam sekejap.
Dalam pembacaan kita I Korintus 3:10-23, Rasul Paulus menulis suratnya kepada Jemaat di Korintus dan berbicara tentang dasar dan bangunan. Rasul Paulus menegor jemaat di Korintus karena belum dewasa secara Rohani. Jemaat di Korintus hidup berselisih satu dengan yang lain. Muncul kelompok – kelompok dalam jemaat. Ada golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas, golongan Kristus. (Psl 1:11-13). Masing – masing golongan menonjolkan dirinya sendiri dan menjadi batu sandungan bagi sesamanya. Perpecahan mengancam kehidupan jemaat di Korintus. Oleh sebab itu Paulus menegor jemaat agar hidup di dalam kasih. Paulus menasihatkan jemaat agar kehidupan iman jemaat bukan didasarkan pada apa yang dimiliki atau pada sesuatu di dalam dunia ini tetapi pada Yesus Kristus yang adalah dasar iman orang percaya. Tema khotbah kita hari ini : Yesus Kristus Dasar Iman Orang Percaya.
Paulus menyampaikan beberapa hal penting kepada jemaat di Korintus:
Allah adalah pemilik kehidupan, pemilik pekerjaan pelayanan. Setiap orang yang bekerja bagi Tuhan adalah orang – orang yang beroleh kasih karunia Tuhan. Mereka adalah “alat” di tangan Tuhan. Yesus Kristus adalah dasar atau pondasi kehidupan. Tiap orang yang bekerja bagi Tuhan membangun di atas dasar Kristus. Karena itu tidak sepatutnya seseorang bermegah dan menjadi sombong dengan pekerjaan pelayanan yang dilakukannya.
Meski hanya “alat” namun peran alat itu sangatlah penting. Tiap pribadi yang bekerja mesti menjadi alat yang berfungsi dengan baik. Tiap orang yang membangun harus memperhatikan bagaimana ia membangun. Setiap alat harus difungsikan secara benar bukan dipakai secara serampangan atau sekedar menjadi pajangan saja dan setiap orang yang membangun hendaklah membangun dengan sungguh – sungguh bukan dengan sembrono dan nasal – asalan.
Setiap pekerjaan akan diuji dan para pekerja akan diminta pertanggung jawabannya atas pekerjaan itu. Barang siapa yang tahan uji akan beroleh upah sebaliknya yang asal – asalan akan menuai kerugian. Pembangun – pembangun yang tidak jujur, tidak dapat menyembunyikan kejahatannya karena kelak masing – masing akan menerima buah dari apa yang dituainya.
Kehidupan orang percaya adalah Bait Allah, milik kepunyaan Allah karena itu kehidupan orang percaya mesti dijalani dengan hikmat Allah bukan dengan kebodohan dunia ini.
Saudaraku, memaknai berita Firman Tuhan bagi kita hari ini maka saya bagikan sebuah kisah untuk kita. Seorang tukang bangunan yang sudah tua berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah ia geluti selama puluhan tahun. Ia menyampaikan rencana tersebut kepada majikannya. Sang majikan sebenarnya masih membutuhkan tenaganya, namun ia tidak bisa memaksa. Maka sang majikanpun menyampaikan permintaan terakhir kepada si tukang. Ia meminta tukang itu untuk sekali lagi membangun sebuah rumah sebagai karya terakhir si tukang. “Bangunlah sebuah rumah, buatlah yang terbaik dengan seluruh kemampuanmu. Kamu bebas membangun dengan semua bahan terbaik yang ada,” demikian kata sang majikan.
Dengan berat hati si tukang memenuhi permintaan majikannya. Ia bekerja dan membangun rumah itu tapi semua dikerjakan dengan asal – asalan. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia menggunakan bahan-bahan berkualitas rendah, kayu yang mudah lapuk dan campuran semen yang tidak sesuai standart. Rumah itu bisa selesai. Ketika majikannya mendapat laporan dan datang melihat hasil kerja sang tukang, sang majikanpun berkata : “Terima kasih sudah bekerja, ini adalah rumahmu sendiri, hadiah untukmu dan keluargamu”. Betapa terkejutnya si tukang bangunan. Ia sangat menyesal, dalam hatinya ia berteriak “kalau saja sejak dari awal aku tahu bahwa rumah ini akan menjadi milikku, maka aku pasti membangunnya dengan sungguh-sungguh, menggunakan bahan-bahan terpilih dan menggunakan bahan-bahan terbaik serta berkualitas tingggi.” Tapi sayang semua sudah terlambat. Si tukang bangunan menuai apa yang ditaburnya sendiri. Ia harus tinggal di rumah yang ia bangun dengan asal-asalan.
Di dunia ini kitapun sedang membangun rumah kehidupan kita masing – masing. Apakah kita sedang membangunnya dengan sungguh – sungguh atau asal – asalan? Apakah kita menggunakan bahan – bahan bangunan terbaik atau yang jelek? Sebagai manusia kita mengakui, tidak sedikit dari kita yang menjalani hidup dengan asal – asalan. Kita hidup menurut keinginan hati sendiri tanpa menyadari bahwa hidup adalah anugerah Tuhan, hidup hanyalah sementara. Kita bekerja asal – asalan yang penting dapat gaji, kita mengejar keuntungan, kita melayani kalau ada waktu saja, kita hidup menurut kemauan kita dan melakukan apa saja tanpa takut kepada Tuhan. Tanpa kita sadari, sesungguhnya kita sedang memakai bahan – bahan bangunan yang mencelakakan kita sendiri pada akhirnya.
Renungkanlah hari ini, jika Tuhan masih memberi kesempatan hidup bagi kita bahkan di tengah Pandemi Covid 19 ini, jika kita masih sehat saat banyak orang bergumul dengan sakit, jika kita masih hidup ketika kematian sudah merengut kehidupan orang – orang disekitar kita, bukankah itu sebuah mujizat? Syukurilah kesempatan hidup, selama masih ada waktu, kerjakanlah segala tanggung jawab dalam rumah tangga, dalam pelayanan, dalam pekerjaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh. Kerjakanlah denagn cara – cara hebat sesuai potensi yang Tuhan beri. Allah menilai mutu kehidupan dan pekerjaan kita. Pekerjaan baik akan mendapatkan upah,pekerjaan yang tidak bermutuh akan diabaikan dan dibinasakan.
Hidup ini tak abadi jadi bangunlah rumah kehidupan kita dengan sungguh – sungguh. Ingatlah bahwa tubuh kita adalah Bait Allah jadi jalanilah hidup dengan benar, dengan kelakukan yang berkenan di hadapan Tuhan. Hiduplah dengan hikmat Allah bukan dengan kelakukan sia – sia yang menyenangkan saat ini tapi membinasakan kemudian. Perpeganglah pada “yang kekal” bukan “yang fana”. Allah adalah dasar kehidupan, jika kehidupan kita dibangun atas dasar Kristus maka sehebat apapun badai kehidupan menghantam kita, rumah kehidupan kita akan tetap kokoh. Dan dalam Kristus yang kekal, kitapun akan menikmati kehidupan kekal bersamaNya. Amin. Tuhan memberkati. Selamat hari Minggu.
sungguh memberkati
BalasHapusAmin ... Tuhan memberkati
HapusKalau saya ikutan membagikan renungan di Dear Pelangi, bagaimana caranya?
BalasHapusHallo sylm ... silahkan dibagikan dengan cara diakhir setiap renungan ada petunjuk "bagikan artikel" dan silahkan klik pilihan bagikan bisa di Fb, Twitter, Pintarets dan WA ... kiranya menjadi berkat ... Tuhan memberkati
Hapus