TANGGUNG JAWAB MANUSIA KEPADA DUNIA (Mazmur 8:1-10)
Langit tak hanya membentangkan keindahan sebab pesonanya adalah bukti keagungan sang Pencipta. Karena itu, Daud sang pemazmur menyanyikan keagungan Tuhan yang mengatasi langit. Betapa agung dan muliaNya nama Tuhan. Daud mengawali dan mengakhiri Mazmur bacaan kita ini dengan pengakuan akan keagungan nama Tuhan. “Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi” (ayat 1,10).
Kemuliaan dan keagungan Tuhan yang hebat itu ternyata terwujud dalam karya ciptaanNya. Bayi dan anak – anak yang masih menyusu telah beroleh dasar kekuatan Tuhan. Langit, bulan dan bintang – bintang menjadi bukti kasih Tuhan yang tak berkesudahan. Manusia yang fana dibuatNya berharga. Yang berasal dari debu tanah diubahkan menjadi makhluk yang hidup. Yang hanya sebutir debu dijadikan segambar dan serupa dengan Allah. Manusia menjadi makhluk yang berbeda dari ciptaan Allah yang lain. Manusia bukan sekedar ciptaan yang tercipta dari “perkataan Allah” melainkan ciptaan yang di bentuk oleh “kerja” Allah (Kejadian 2:7). Manusia bukan sekedar makhluk hidup yang mendiami bumi sebab manusia adalah makhluk hidup yang bertanggung jawab atas bumi. Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (ayat 6). Manusia memiliki hubungan yang khusus dengan Allah. Manusia memperoleh otoritas Ilahi untuk mengelola dunia ini atas nama Allah. Manusia beroleh penghormatan dan penghargaan untuk memiliki “kuasa” atas alam. Oleh sebab itu sebagai manusia, kita harus menyadari keistimewaan kita dan tanggung jawab kita terhadap dunia, sebagaimana tema pemberitaan Firman Tuhan hari ini : “Tanggung jawab manusia kepada dunia”
Daud menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan Tuhan sang Pencipta. Manusia hanyalah butiran debu tapi menjadi buatan Allah yang berharga. Manusia menjadi cerminan kemuliaan Allah. Terlebih di dalam kasih Yesus Kristus, manusia yang telah rusak karena dosa dipulihkan menjadi berharga. Dalam kasih Kristus, manusia yang “lama” (berdosa) disucikan dan dikuduskan sehingga menjadi manusia yang “baru” (hidup dalam kasih karunia Allah). Manusia yang hidup dalam kasih karunia Allah inilah yang senantiasa menyatakan syukur kepada Allah. Sebab ia yang kecil, debu adanya, telah dibuat berharga dimata Allah.
Pembacaan Firman Tuhan bagi kita hari ini memberi pelajaran penting tentang status kita sebagai yang istimewa dan tanggung jawab kita kepada dunia. Kita harus menyadari bahwa hidup kita adalah cerminan kemuliaan Allah. Oleh karena itu, nyatakanlah hidup yang berkenan kepada Allah. Hidup yang semakin memancarkan kemuliaan dan keagungan Allah. Janganlah hidup dalam dosa yang mencemarkan kemuliaan Allah. Hidup yang berkenan bagi Allah berarti kita tidak menjadikan pribadi kita sebagai pusat kehidupan. Tuhanlah yang menjadi pusat kehidupan. Ketika Tuhan menjadi pusat kehidupan maka kita akan menjalankan mandat bagi alam ciptaan secara bertanggung jawab. Sebaliknya ketika diri sendiri menjadi pusat kehidupan maka keserakahan, hawa nafsu, kesombongan yang akan kita tampakkan bagi orang lain juga dalam hubungan kita dengan ciptaan lainnya. Hanya dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada Firman Allah, kita menghayati kemuliaan Allah.
Kita harus menyadari bahwa bumi ini milik Allah. Maka bertobatlah dari cara hidup yang seenaknya terhadap alam. Sadarkah kita bahwa ulah kitalah yang menyebabkan lingkungan semakin rombeng ? Burung-burung tak lagi punya tempat bersarang, cendrawasih semakin punah, laut tercemar, ikan-ikan tak lagi punya tempat untuk berbiak, hutan bakau semakin berkurang, kepiting kehilangan tempat habitatnya, hutan tropis lenyap, banjir di mana-mana, penyakit merajalela. Sadarkah kita bahwa pengrusakan lingkungan termasuk kebiasaan membuang sampah sembarangan, membuang sampah di laut adalah dosa? Bukankah hal itu adalah bentuk pemberontakan terhadap Allah yang telah memberi mandat bagi kita untuk mengelola alam ini? “Papua memang surga kecil yang jatuh ke bumi”. Tapi bangga terhadap keindahan alam saja tak cukup. Jagalah dan rawatlah alam Papua dengan iman demi kelangsungan dan keberlanjutan hidup seluruh ciptaan termasuk anak cucu kita di masa depan. Bertobatlah agar kita memiliki hati nurani yang prihatin dan peduli pada lingkungan supaya terwujud keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
Menjaga dan merawat alam adalah salah satu bentuk kita menampakkan cerminan kemuliaan Allah. Ingatlah bahwa kita adalah juru kunci yang membawa syalom bagi semua ciptaan Allah. Tugas kita adalah mengelola alam ini agar menjadi “surga” di bumi. Janganlah menyia – nyiakan keistimewaan kita dan janganlah menyalahgunakan mandat Allah bagi kita. Jangan menjadikan diri kita sebagai “tuhan” bagi sesama dan alam ciptaan tetapi jadilah sahabat yang mengasihi sesama termasuk alam seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Amin. Tuhan memberkati. Selamat Hari Minggu.
Belum ada Komentar untuk "TANGGUNG JAWAB MANUSIA KEPADA DUNIA (Mazmur 8:1-10)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.