SATU TUBUH SATU BEBAN (Pesan Bulan Oikumene 2020)
Hai, sahabat DEAR PELANGI. Apa kabar
semuanya? Semoga selalu penuh sukacita meskipun kita masih berada dalam
pergumulan Pandemi Covid 19. Apapun keadaan yang saat ini kita alami, itu
adalah proses kehidupan yang membentuk iman kita. Selalu ada pelajaran iman di
tengah pengalaman iman termasuk di tengah Pandemi Covid 19. Sebagai Gereja kita
merefleksikan kembali hakekat bergereja di tengah pergumulan bersama. Kita
menempatkan lagi Eklesiologi dalam hakekatnya yang baru dan segar. Meskipun
pemahaman kebanyakan warga jemaat tentang Eklesiologi mengalami guncangan hebat
karena Pandemi Covid 19, tetapi Allah dalam hikmatNya menuntun kita untuk
memaknai kehadiran Gereja sebagai Gereja yang hidup yang tidak terbatas pada
sebuah bangunan.
Pada blog DEAR PELANGI kali ini,
saya bagikan pesan Persekutuan Gereja – gereja di Indonesia dalam Bulan
Oikumene 2020 dan memasuki Perayaan Ulang Tahun ke 70 PGI pada 25 Mei 2020.
Perjalanan bersama sebagai Gereja yang Esa di Indonesia memang mengalami begitu
banyak dinamika tapi bahtera Oikumene ini tetap dipimpin oleh Tuhan. Sebagai bagian
dari Tubuh Kristus yang sama dalam Gereja di seluruh dunia dan secara khusus di
Indonesia, marilah kita memaknai kehadiran gereja baik dalam ajaran dan ritus
tapi juga dalam aksi yang menyentuh setiap aspek kehidupan. Kita adalah bagian
dari tubuh Kristus yang sama yang bersama – sama menanggung derita di tengah
Pandemi Covid 19 tapi sekaligus menjadikan kehadiran Kristus nyata dengan “bertolong
– tolongan menanggung beban bersama”. Selamat menjalani Bulan Oikumene, Selamat
Ulang Tahun PGI, Selamat meneruskan misi Allah bersama Gereja – gereja di
Indonesia.
Satu Tubuh Satu Beban:
Jadilah Sahabat di Masa Susah dan
Senang
Pesan
Bulan Oikoumene 2020
Bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu!
Demikianlah kamu memenuhi hukum
Kristus (Gal. 6:2)
Saudara-saudari Kekasih Kristus,
Dengan semangat Hari Pentakosta,
yakni hari turunnya Roh Kudus, --yang mengawali pembentukan Gereja Perdana--
kita mensyukuri Ulang Tahun Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang
kini genap berusia 70 tahun. Setiap tahunnya, melalui Bulan Oikoumene seperti
ini, kita merayakan peziarahan panjang Gereja-Gereja di Indonesia, lewat mana
kita mengalami proses pembentukan Tuhan melalui berbagai peristiwa suka-duka
dan ragam tantangan untuk mewujudkan “pembentoekan satoe Geredja di Indonesia
menoreot amanat Jesoues Kristoes”, sebagaimana disebutkan dalam Manifes
Pembentoekan Dewan Geredja di Indonesia (DGI). Ungkapan syukur bagi Tuhan, Sang
Kepala Gereja, adalah sikap bersama kita saat ini terhadap pemeliharaan dan
kasih setia-Nya yang selalu baru dan tak berkesudahan.
Dalam arak-arakan Oikumene selama 70
tahun ini kita telah belajar bersama untuk bersekutu, bersatu, dan saling
tolong menolong menanggung beban, bukan karena kita berkumpul bersama di dalam
satu gedung Gereja atau berada di bawah satu bendera Gereja, tetapi karena kita
bersama-sama ada di bawah satu Hukum Kristus, sebagaimana dikatakan dalam
Galatia 6:2, “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu”.
Saudara-Saudara Kekasih Kristus,
Perayaan Bulan Oikumene dan Hari
Ulang Tahun PGI ke-70 saat ini berlangsung dalam sebuah tahun yang sangat
istimewa. Sejak awal tahun ini, bahkan akhir tahun lalu, kasih Allah pada dunia
diteriakkan begitu lantang, justru di tengah penderitaan yang menguat akibat
pandemi Covid-19. Pernyataan awal ini mungkin mengejutkan, sebab banyak orang
di seluruh dunia, termasuk orang Kristen, justru mengajukan pertanyaan
teologis, seperti, “Di manakah Allah ketika begitu banyak orang terpapar virus
mematikan ini?” Kita tentu tidak boleh mengabaikan pertanyaan-pertanyaan serius
seperti ini. Akan tetapi, kita juga harus menyadari bahwa ada banyak pertanyaan
yang memang tak dapat terjawab. Sekaligus, kita tak boleh lupa bahwa ada satu
jawaban yang bagi kita tak perlu dipertanyakan lagi, yaitu bahwa tidak ada
situasi kehidupan apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam
Yesus Kristus (Rm. 8:38-39).
Kasih Allah di dalam Kristus itulah
dasar dari “hukum Kristus.” Paulus mempergunakan istilah “hukum Kristus” bukan
untuk memasukkan jemaat Galatia dan kita semua ke dalam sebuah sistem hukum
yang baru, yang menggantikan hukum Taurat, yang memenjarakan umat percaya dalam
serentetan kewajiban-kewajiban agamawi. “Hukum Kristus” berwajah ganda.
Pertama, ia adalah sebuah panggilan Kristiani untuk menegaskan kepada dunia
bahwa seluruh hidup dan mati kita bersumber pada kasih Allah melalui Kristus di
dalam kuasa Roh Kudus. Kedua, ia mengundang umat percaya untuk menghidupi kasih
Allah Trinitas itu ke dalam sebuah gaya hidup penuh kasih. Yesus Kristus
mengajarkannya lewat dua hukum yang utama di dalam Matius 22:37-40, yaitu kasih
pada Allah (yang sudah mengasihi kita) dan kasih kepada sesama seperti diri
sendiri (karena kita sudah dikasihi oleh Allah). Ini menjadi dasar ketika Yesus
Kristus memberikan suatu perintah baru kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes
13:34: Saling mengasihi
seperti Dia telah mengasihi kita. Dia mengasihi kita dengan memikul beban
kita, bahkan sampai mati di kayu salib. Hukum Kasih Kristus dengan demikian
adalah sebuah panggilan Kristiani untuk dinyatakan kepada dunia bahwa seluruh
hidup dan mati kita bersumber pada kasih Allah melalui Kristus di dalam kuasa
Roh Kudus
Itu sebabnya, di awal Pesan Bulan
Oikoumene ini ditegaskan bahwa, justru di tengah pandemi Covid-19 ini, kasih
Allah pada dunia diteriakkan begitu lantang. Kita menyaksikannya lewat para
pekerja medis di garda depan, yang mempertaruhkan hidup mereka demi merawat dan
memperjuangkan kehidupan pasien yang terinfeksi Covid-19 dan demi masyarakat
luas. Kita menemukannya di dalam para relawan yang bersedia untuk membantu
warga masyarakat yang terdampak secara ekonomi. Dan masih banyak lagi. Mereka
semua adalah pejuang kemanusiaan yang berani mengasihi dengan segala risiko.
Dan kita masing-masing juga telah berusaha keras untuk menampilkan wajah
Kristus penuh kasih itu dengan cara tinggal di rumah, walaupun sebagian dari
kita tetap harus keluar rumah karena tugas tak terelakkan.
Secara khusus, Galatia 6:2
menampilkan sebuah nasihat yang lebih konkret bagaimana menghidupi “hukum
Kristus” tersebut, yaitu dengan cara bertolong-tolongan menanggung beban. Tidak
seorang pun di masa pandemi ini yang bebas dari beban. Namun, tidak semua orang
memiliki beban yang sama beratnya. Nasihat Paulus ini diberikan kepada jemaat
Galatia sebagai satu tubuh Kristus. Dan hari ini pesan yang sama kita terima
sebagai satu tubuh Kristus. Hidup di dalam “hukum Kristus” harus diterjemahkan
ke dalam kesediaan untuk saling menanggung beban. Sebab, hanya dengan cara
itulah kita dapat melewati pandemi global ini dengan selamat.
Saudara-Saudara Kekasih Kristus,
Perayaan Bulan Oikumene dan 70 tahun
PGI pada tahun ini tidak dilakukan secara monumental atau simbolis, tetapi kita
menyelenggarakannya dalam bentuk perayaan kehidupan sebagai Tubuh dan Sahabat
Kristus. Pandemi Covid-19 telah menyediakan sebuah panggung perayaan bagi
Gereja-Gereja di Indonesia agar dapat merayakan kehidupan dengan serius sebagai
bukti bahwa kita sungguh bertolong-tolongan menanggung beban kita bersama.
Perayaan ini memperoleh penegasan
arahnya sebagai gerak bersama Oikumene dalam aksi (Oikumene in action) di
tengah bangsa ini, berdasarkan pengakuan kita bahwa Gerakan Oikumene adalah
untuk memperjuangkan semesta sebagai
Rumah Bersama (oikos) dimana semua
ciptaan dapat berdiam (menein) dan
terpelihara kehidupannya dalam shalom
Allah. Dengan perkenaan Allah di dalam Kristus Kepala Gereja, dan tuntunan
kuasa Roh Kudus, kita akan terus mengayuh Bahtera Oikumene ini di tengah
pusaran zaman yang sedang berubah secara cepat dan massif, sembari tetap
memelihara keutuhan Tubuh Kristus yang saling menanggung beban.
Semoga Kristus, Sang Kepala Gereja,
selalu merahmati perjalanan bersama kita!
Selamat Merayakan Bulan Oikumene dan
70 Tahun Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia.
Jakarta, 5 Mei 2020
Majelis Pekerja Harian PGI
Ketua Umum : Pdt. Gomar Gultom
Sekretaris Umum : Pdt. Jacklevyn F.
Manuputty
Belum ada Komentar untuk "SATU TUBUH SATU BEBAN (Pesan Bulan Oikumene 2020)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.