KHOTBAH MINGGU SENGSARA : IA HARUS DIHUKUM MATI (Matius 26:57-68)
Tema kita hari ini : Ia harus dihukum mati. Siapa
yang harus dihukum mati? Kita semua tahu, Dialah Yesus Tuhan kita. Ia harus
dihukum mati. Ini keputusan sebuah pengadilan Mahkamah Agama (Sanhedrin). Di
Israel masa itu, Mahkamah Agama adalah dewan tertinggi di Yerusalem untuk
urusan agama dan segala hal yang berhubungan dengan orang Yahudi. Mahkamah
Agama berjumlah 70 orang dan dipimpin seorang Imam Besar serta beranggotakan
Imam – imam kepala dan tua – tua bangsa Yahudi. Proses pengadilan dan keputusan
waktu itu disetujui juga oleh Penguasa Romawi. Pada suatu waktu dalam sejarah
dunia tercatat pengadilan terhadap Yesus menghasilkan keputusan : Ia harus dihukum mati.
Keputusan
ini adalah sebuah proses yang dimulai dari kebencian yang merasuk hati dan tipu
muslihat yang menguasai otak. Persekongkolan untuk menangkap dan membunuh Yesus
sudah dibahas sebelumnya di Istana Imam Besar Kayafas ini (Matius 26:1-5).
Rencana sukses
dijalankan dan orang – orang yang bersekongkol menanti hasil tipu muslihat itu. Para Ahli
Taurat dan tua – tua telah berkumpul di Istana Imam Besar Kayafas. Di Istana Imam Besar yang seharusnya menjadi
tempat keadilan dan kebenaran dinyatakan, tempat
perlindungan
bagi orang-orang yang lemah dan tertindas ternyata
telah
berubah menjadi singgasana kelaliman.
Yesus
yang telah ditangkap di bawah ke situ. Imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama
mencari kesaksian palsu terhadap Yesus. Mereka bahkan menyiapkan banyak saksi dusta.
Mereka memfitnah Yesus. Mereka memutarbalikan ajaran dan perkataan Yesus. Tapi
Yesus
tidak membuka mulut untuk menjawab atau
membantah atau membela diri dari setiap dakwaan yang dituduhkan
kepada-Nya. Yesus diam bukan
karena Ia tak berdaya. Tapi karena Ia mengasihi kita. Yesus memilih taat dan
setia pada misi BapaNya.
Ketika
Yesus menjawab dengan menyatakan siapa diriNya, bahwa Anak manusia akan duduk
disebelah kanan Bapa yang Maha Kuasa, maka Kayafas mengoyakkan pakaiannya. Kayafas
menyimpulkan : Yesus menghujat Allah lalu seluruh Mahkamah Agama menjatuhkan
keputusan itu : Ia harus dihukum mati. Petrus yang sudah malarikan diri, ikut serta
dari jauh lalu masuk dan duduk diantara para pengawal. Petrus mendengar dan
mengikuti proses pengadilan dan pengambilan keputusan.
Keputusan
itu lalu mengesahkan apapun yang dilakukan orang terhadap Yesus. MukaNya
diludahi dan ditinju. Ia dipukul dan orang banyak mengolok – olok Dia. Tapi Yesus
rela meminum cawan derita, menanggung sengsara, menerima hinaan dan fitnahan,
memikul Salib menempuh Via Dolorosa. Walaupun melalui keputusan pengadilan yang
tidak adil tapi Yesus menerima segala bentuk ketidakadilan itu. Yesus rela mati,
supaya genaplah kehendak Allah agar saya dan
saudara yang berdosa beroleh selamat.
Yesus
sudah menanggung sengsara dan derita. Yesus sudah mati bagi kita. Kita sekalian
sudah ditebus oleh darahNya yang tercurah di Golgota. Dan kita sedang menikmati
anugerah keselamatanNya. Pada minggu sengsara yang ke 5 ini, mari kita merenungkan
pesan Firman Tuhan bagi kita: Yesus mati supaya kita yang berdosa dibenarkan
sehingga kitapun dapat melakukan misi Allah untuk menyatakan kasih, keadilan,
kebenaran dan untuk melakukan kehendakNya dalam hidup kita. Mari
merenung dalam rasa malu dan tak layak atas apa yang Yesus alami. Mari
mengoreksi hidup agar tak lagi dibungkus kemunafikan dan kepalsuan.
Saudaraku, dunia saat ini sedang diguncang
oleh Pandemi Global: Virus Corona. Ada diantara kita yang selalu mengikuti perkembangan
berita tentang Virus Corona dari berbagai media. Hari ini, sudah lebih dari
300.000 kasus di dunia, lebih dari 13.000 orang yang mati. Di Indonesia
sebanyak 405 orang telah terinfeksi dan 38 orang meninggal dunia. Apa yang kita
renungkan bertepatan dengan minggu sengsara ke-5 ini ?
Sesungguhnya
Tuhan mengajar kita melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam dunia ini.
Tuhan menegor kita melalui Kisah Pengadilan Mahkamah Agama dalam kisah hari ini.
Janganlah seperti Mahkamah Agama yang menghalalkan kejahatan. Janganlah seperti
Petrus yang mengikuti (pantau) dari jauh lalu mencari jalan aman bahkan tak
sungkan menyangkalNya saat terjepit. Tuhan juga mengajar kita melalui Pandemi
Virus Corona. Betapa tidak, virus corona telah menjungkirbalikan semua
kesombongan manusia. Yerusalem menjadi sunyi, Vatikan sepi, tempat – tempat ritual
agama menjadi kosong. Event olahraga dibatalkan, ekonomi negara adidaya
terancam ambruk.
Corona
memberi pesan bahwa kehidupan kita sangatlah rapuh. Jika selama ini kepala kita
terangkat dengan gagah karena kita memiliki semua yang kita inginkan, maka
sekarang mesti harus menunduk malu bahkan mengoyakkan pakaian tapi bukan seperti
Kayafas yang mengoyakkan pakaian dengan kemunafikan. Kita mesti mengoyakkan
pakaian segala dosa kita. Allah mau kita berbalik dari segala kesombongan,
keegoisan, kemunafikan untuk kembali padaNya.
Berhentilah
bermain – main dengan ambisi untuk menguntungkan diri sendiri, untuk memperkaya
diri, untuk menghalalkan segala cara tapi mengorbankan sesama dan menghancurkan
alam ciptaanNya. Berhentilah menikmati keserakahan yang membuat kita lupa diri
dan lupa Tuhan. Berhentilah mempertontonkan kehebatan ibadahmu tanpa
solidaritas terhadap sesama. Berhentilah menggemakan nama Tuhanmu jika hanya dalam
kemunafikan.
Bencana
ini menjadi sebuah cambuk agar kita sadar, ada Tuhan di atas segalanya. Betapa
rapuhnya kita manusia. Tanpa nafas hidup anugerahNya maka kita hanya seonggok
tanah. Tanpa hikmat pemberianNya maka peradaban akan mati. Ia Tuhan yang
berkuasa atas alam semesta dan seisi dunia ini. Di tengah keganasan dan
kegelisahan Corona, Ia Tuhan yang sudah menderita dan mati untuk kita. Apakah
kita mesti menanti ancaman corona barulah kita sadar? Tidak cukupkah
sengsaraNya menampar kita? Atau kematianNya menyentuh hati kita?
Jadi ingatlah
penciptamu, percayalah pada Juruselamatmu, bersandarlah pada penolongmu. Carilah
Tuhan pada keheningan yang bermakna bukan keramaian yang semu. Temukanlah Tuhan
pada via dolorosa kehidupan kita bukan hanya terbatas pada ritus – ritus agama.
Berteduhlah dalam hening untuk merenung sengsara sang Mesias. Bertekunlah dalam
doa agar semua pihak beroleh kekuatan dari Tuhan di dalam badai ini. Bersehatilah
sebagai saudara seiman untuk saling menguatkan melewati bencana ini, entahkah
saudara masih bisa bersalaman atau tidak? Entah saudara beribadah di gereja
atau di rumah atau bahkan di kolong – kolong jembatan.
Pelihara
imanmu, syukuri hidupmu, jaga kesehatanmu, rawatlah alam disekelilingmu, berjuanglah
bersama para pejuang kemanusiaan untuk memberi penghiburan dan harapan dari
Tuhan dalam masa – masa sulit seperti
ini. Itu Misi Allah yang mesti kita lanjutkan. Melakukan misi Allah meski dalam
diam jauh lebih berarti daripada terlibat dalam kegaduhan adu argumentasi, adu
ayat Kitab Suci, adu pembelaan diri, adu teori dan lain sebagainya.
Allah
menghendaki kita menempuh via dolorosa hidup kita sekarang dalam perenungan
yang dalam, dalam keheningan yang sunyi, dalam penyesalan yang sungguh dan
dalam ketaatan penuh pada Bapa yang memelihara kita di badai topan dunia ini
termasuk di badai topan corona. Pada Minggu Sengsara V ini kita tetap dapat bersukacita
dan bersyukur. Minggu sengsara yang ke – 5 dalam Kalender Gerejawi disebut
Minggu Laetare. Laetare artinya “bersukacitalah”.
Kita bersyukur karena Allah memegang tangan kita melewati badai ini. PenyertaanNya
sempurna, janjiNya meneguhkan iman kita sehingga mulut serta hati kita tetap
memuji Dia : “Biar badai menyerang, biar
ombak menerjang, aku akan bersyukur kepada Tuhanku” (Kidung Jemaat 450:2).
Selamat Hari Minggu. Selamat melanjutkan perenungan pada Minggu – minggu sengsara.
Tuhan memberkati.
Saya sangat terBerkati, membaca setiap tulisan renungan dari ibu..
BalasHapusTuhan Yesus Memberkati ibu untuk terus menulis Renungan2 Indah yang membangkitkan Iman setiap orang percaya..🙏🙏😇
Amin .... Tuhan memberkati dan hikmatNya menuntun kita untuk terus menjadi berkat ... kasihNya memelihara kita di tengah pergumulan 😇😇
HapusAMIN😇🙏
HapusTerima Kasih atas renunganya memberi ketenangan di tengah pergumulan, TUHAN YESUS Memberkati ibu senantiasa dalam tanggungjawab pelayanan dan kehidupan sehari2 dan Tuhan pakai ibu Pendeta terus sebagai alat dalam pemberitaan kebenaran Firman Tuhan Melalui tulisan2 yang memberi sukacita
BalasHapusAmin ...
HapusTerima kasih sudah mengunjungi blog DEAR PELANGI.
Tuhan memberkati juga dan senantiasa memakai kita menjadi alat berkat-Nya.