CIUMAN PENGKHIANATAN (Matius 26:47-56)
Taman Getsemani ibarat tempat
peperangan. Di Taman itu Yesus berdoa sebelum meminum Cawan derita, peluhNya
menetes seperti tetesan darah. Taman Getsemani menjadi panggung kesengsaraan,
perjalanan Via Dolorosa. Taman Getsemani juga menjadi saksi bisu sebuah ciuman pengkhianatan yang berakhir pada
penangkapan Yesus. Taman Getsemani menjadi ujian cinta yang munafik dan cinta
yang tulus.
Yudas secara jelas disebut
sebagai salah seorang dari dua belas murid. Tetapi Yudas tidak bersama – sama dengan
Yesus dan para murid lainnya. Padahal Yudas mendapat kepercayaan yang istimewa
sebagai seorang pemegang Kas. Yudas justru bersama – sama dengan pasukan yang
membawa pedang dan pentung. Yudas memuluskan persekongkolan para imam kepala
dan tua – tua Yahudi.
Ciuman yang seharusnya menjadi
bukti kasih dipakai Yudas untuk menunjukan target yang harus ditangkap. Yudas
masih menunjukan rasa hormatnya sebelum mencium Yesus, ia menyapa Yesus : “Salam
Rabi”. Yudas bersikap manis padahal menyimpan kebusukan. Yudas melakukan
pencitraan dihadapan para murid yang lain. Di hadapan orang lain, Yudas bisa
berpura – pura dan munafik, tapi tidak di hadapan Yesus. Yesus mengetahui
kebusukan dan kemunafikan Yudas.
“Hai teman, untuk itukah engkau
datang?”. Yesus mengingatkan Yudas akan relasiNya yang sangat dekat dengan
Yudas. Tapi Yudas tidak tersentuh. Cinta Yudas adalah cinta yang palsu. Sungguh
derita Yesus adalah sebuah tragedi yang komplit. Yesus bukan saja menderita
secara fisik: diludahi, dilukai, dicambuk maupun ditusuk. Yesus juga menderita
secara psikis: dihina, difitnah dan dikhianati oleh orang – orang terdekatnya.
Yudas Iskariot menjualNya, Petrus menyangkalNya, semua murid itu
meninggalkanNya dan melarikan diri (ayat 56). Di Taman Getsemani yang sunyi,
Yesus memasuki Via Dolorosa dalam kesendirian.
Ketika Yesus ditangkap, Petrus
tampil sebagai pembela. Petrus, seorang murid yang selalu menonjol, pernah
berikrar untuk rela mati demi Yesus. Petrus sebelumnya berkata bahwa imannya
sekali – kali tidak akan tergoncang. Petrus menunjukan cinta yang berkobar –
kobar dan sangat menggebu. Saat Yesus ditangkap, Petrus membela yang
dicintainya. Ia menghunus pedang dan memotong telinga hamba Imam Besar.
Yesus menegor dan mengingatkan
Petrus bahwa Ia memiliki kuasa untuk
melawan tragedi ini. Tapi Yesus memilih taat dan menjadi korban untuk
menggenapkan rencana Bapa menyelamatkan manusia. Yesus menegaskan kepada orang
banyak bahwa pilihanNya untuk taat adalah untuk menggenapkan nubuat yang telah
disabdakan.
Kisah penangkapan Yesus menjadi
sebuah koreksi bagi kita. Model kehidupan mana yang sedang menjadi model
kehidupan kita saat ini? Apakah kehidupan Imam Kepala dan Tua – tua Yahudi yang
bersekongkol untuk kejahatan? Ataukah kehidupan Yudas yang penuh pencitraan dan
kemunafikan? Kehidupan Petrus yang cintanya pada Yesus begitu menggebu – gebu namun
mudah surut? Yang memakai jalan kekerasan sebagai solusi? Atau para murid yang menghadapi
kenyataan dengan melarikan diri dan meninggalkan Yesus?
Hari ini kita telah berada pada
Minggu Sengsara yang ke – 4, minggu ini sebut minggu Oculi yang berarti “mataku terarah pada Tuhan”. Pada minggu
ini kita diajak untuk fokus kepada Tuhan bukan kepada hal – hal lainnya diluar
Tuhan. Karena itu, janganlah mengikuti jejak Imam Kepala dan Tua – tua Yahudi
yang bersekongkol untuk kejahatan. Marilah saling membangun untuk melakukan
perbuatan – perbuatan baik yang mendatangkan damai sejahtera.
Janganlah mengikuti jejak Yudas
yang menunjukan cinta palsu kepada Yesus. Jangan menjadi orang Kristen yang
munafik. Kelihatan suci padahal ruci. Yesus menginginkan kesetiaan yang penuh
bukan cinta yang palsu. Janganlah mengikuti
jejak Petrus yang memakai jalan kekerasan sebagai solusi. Janganlah mengikuti
jejak para murid yang melarikan diri dari derita.
Ikutilah jejak Kristus yang
menderita. Dalam cintaNya yang tulus ia rela berkorban, menanggung sengsara dengan
taat sampai mati. Dalam kasihNya ia merendahkan diri bukan untuk memuaskan
keinginan manusia tetapi melakukan kehendak Bapa. Marilah dengan hati dan iman
yang terarah kepada Tuhan, hadapi segala persoalan dihidup kita. Ia Tuhan
pengendali sejarah. Di tengah ribut dunia, kita tetap terpelihara dalam
cintaNya. Selamat hari Minggu. Selamat menjalani minggu – minggu sengsara. Tuhan
memberkati.
Terima kasih tuk khotbah yg sangat memberkati ini. TY b'kti
BalasHapusTerima kasih sahabat DEAR PELANGI...
HapusTuhan memberkati