SURAT PENGGEMBALAAN SINODE GKI DI TANAH PAPUA UNTUK ADVENT, NATAL DAN TAHUN BARU
Beberapa hari lagi kita akan memasuki Minggu
Advent IV dan Masa Raya Natal Tahun 2019 serta menyongsong Tahun Baru 2020. Pada
blog DEAR PELANGI, kali ini saya membagikan Surat Penggembalaan Badan Pekerja
Am Sinode GKI Di Tanah Papua bagi seluruh warga jemaat sebagai perenungan
menjalani minggu Anvent, memasuki masa raya Natal dan menyongsong Tahun Baru
tahun 2020.
Rasa syukur dan sukacita semakin bertambah
meskipun pergumulan dan tantangan tetap ada. Kita bersyukur Kristus telah
datang melawat kita. Kita berkomitmen untuk hidup menjadi sahabat bagi semua
orang. Kita melangkah dengan iman memasuki hari eso yang masihh penuh misteri. Kita
siap menantikan Kristus yang akan datang kembali.
SURAT
PENGGEMBALAAN
BADAN
PEKERJA AM SINODE GKI DI TANAH PAPUA
DALAM
RANGKA
MENJALANI
MINGGU ADVENTUS –
NATAL
2019 DAN TAHUN BARU 2020
Salam sejahtera dalam nama Tuhan Yesus
Kristus!
Badan Pekerja Klasis, Bakal Klasis dan
Majelis Jemaat, bersama seluruh Warga GKI Di Tanah Papua yang mendiami kota,
pesisir pantai, tepi sungai,di gunung dan lembah, di Tanah Papua yang dikasihi
Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja !
Saudara-saudara sekalian yang dikasihi Tuhan!
Begitu besar harapan kami, dapat menjumpai
saudara-saudara sekalian melalui surat pastoral ini. Kami meyakini bahwa
saudara sekalian berada dalam lindungan dan pemeliharaan Tuhan di tengah tugas,
kerja, perjuangan dan pergumulan hidup serta rumah tangga dan Persekutuan
Jemaat, sampai saat ini.
Kita telah diperkenankan Tuhan, memasuki
Minggu Advent yang akan kita lewati selama 4 (empat) minggu. Kita perlu
menyadari kembali bahwa minggu-minggu Adventus, adalah minggu yang mengingatkan bahwa pegangan hidup kita
hanya di dalam Yesus Kristus. Yesus menjadi sauh/jangkar kita di dalam menggumuli seluruh kehidupan yang telah
dipeliharaNya. Kita diajak untuk mempersiapkan dan memeriksa diri kita sebagai
bentuk “penyadaran diri” sekaligus bukti “pertobatan” sebagaimana menjadi arti
dari Adventus itu bagi kita.
Kita telah menjalani hidup tahun 2019, dan
sebentar lagi, tinggal menghitung hari tahun 2019 akan berakhir. Dalam
perjalanan hidup tahun ini kita mengalami suka, duka, jatuh dan bangun karena
berbagai hal, namun tetap saja sebagai warga Gereja yang baik dan taat dalam
dasar Firman Tuhan, selalu “mengucap syukur”. Sebagai Gereja yang
menyadari keberadaannya untuk hadir dan berdiri di Tanah Papua, selalu berupaya
memelihara keutuhan bersama dalam rangka merawat dan mengelola suasana damai
yang menyeluruh di Tanah Papua. Kita menyaksikan bersama bagaimana situasi dan
kondisi Tanah Papua yang selalu terjadi pasang surut dalam berbagai bidang dan
menimbulkan konflik. Perang kepentingan, propaganda masih terjadi dan
memperlihatkan sebuah adegan “perebutan” Tanah Papua secara materil.
Kita mendengar, melihat bahkan membaca
berita-berita tentang Tanah Papua, yang bersifat diskriminatif terhadap
masyarakat. Bahkan media turut berperan dengan berita yang tidak memiliki nilai
konfirmatif yang berimbang. Selain itu juga skenario demi skenario dibuat yang
bertujuan melemahkan sendi kehidupan bersama dan dapat memicu konflik internal
sesama masyarakat.
Badan Pekerja Am Sinode, selalu menyimak dan mengikuti
perkembangan tersebut. BPAS bahkan turut melakukan investigasi terhadap
kebenaran dari setiap informasi dan berita yang berkembang. Di Tanah Papua kita
tidak mengenal istilah “separatis”, sebagai lebel/stigma yang diberikan kepada
kelompok tertentu dari orang Papua. Setiap penduduk asli Papua, berhak menuntut
apa yang menjadi miliknya yang diambil, dirampas karena perang kepentingan dari
segelintir orang/kelompok. Yang perlu diberantas adalah “Radikalisme” yang
mulai merasuki pikiran beberapa orang dan berupaya berada dalam sistim untuk
merebut milik orang lain.
Tanggal 5 Desember 2019 di perumahan Doyo
Baru di wilayah Klasis GKI Waibu Moi-Kabupaten Jayapura, telah ditemukan
sekelompok orang tak dikenal yang di duga “teroris” dan telah diamankan oleh
pihak aparat keamanan. Mereka memiliki dan merakit bom, untuk mengganggu
kedamaian di Tanah Papua. Dalam hemat kami BPAS, ini sangat mengganggu pranata
sosial kemasyarakatan yang berujung pada munculnya konflik kepentingan
kelompok/golongan. Karena itu disetiap lini pelayanan Gereja secara umum dalam
denominasi Gereja dan GKI Di Tanah Papua secara khusus, bersama dengan seluruh
pimpinan Lintas Agama yang cinta akan kedamaian, mari kita satukan persepsi,
intensifkan koordinasi untuk tetap “mawas diri dan waspada”, dalam menyikapi
situasi yang merongrong kedamaian dan cinta kasih kita bersama yang sudah
terbangun bertahun-tahun lamanya.
Di Minggu-minggu Advent ini, kami mengajak
kepada seluruh warga GKI Di Tanah Papua, untuk bersama-sama merenungkan dan
berupaya kembali kepada karakteristik Yesus Kristus, yang kita jadikan sebagai
pegangan hidup, berjalan menghadapi tantangan yang terus menerus merongrong
kita di Tanah Papua. Tuhan tidak pernah “mencobai” kita, kecuali sesama manusia
yang membuat cobaan itu. Mari kita sadar diri dan menyerahkan seluruh keadaan
yang terjadi disekitar kita untuk diatur oleh Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja
kita. “Kita boleh memegang kemudi, tetapi arus dan angin, hanya Tuhanlah yang
mengaturnya”!.
Saudara seiman dalam Tuhan Yesus Kristus!
Bersama dengan seluruh Gereja-Gereja di
Indonesia Natal kita kali ini, diterangi dengan Tema “ HIDUPLAH SEBAGAI
SAHABAT BAGI SEMUA ORANG” (band.Yoh.15:14-15). Perayaan Natal Yesus
Kristus, adalah pesta iman yang berisi panggilan dan kepedulian Tuhan Allah
kepada manusia di dalam Yesus Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia dan
memberi diriNya kepada mereka yang dihinakan, ditindas, diperlakukan tidak
adil, dirampas hak-haknya dan kepada mereka yang berjuang dalam hidupnya untuk
kebaikan dan lain sebagainya.
Yesus Kristus hadir menjadi SAHABAT bagi kita
umat manusia dan dunia ini, tetapi PERSAHABATAN yang diberikan Tuhan Yesus
kepada dunia dan manusia memiliki 2 (dua) prasyarat; yang Pertama, Orang
yang melakukan perintah Tuhan adalah sahabatNya dan yang kedua, Orang
yang bersahabat dengan Tuhan Yesus itu, memiliki pengetahuan tentang apa yang
dilakukan Tuhan Yesus kepada manusia dan dunia, keduanya menjadi kriteria dalam
menjalin persahabatan dengan Tuhan Yesus Kristus.
Karena itu, mari kita meletakkan posisi iman
kepada Sang Pemberi Damai Sejahtera yang selalu bersahabat dengan kita. Ini
merupakan sebuah rangkaian pertahanan diri dalam iman, yang menggugah kita
dalam bertindak di tengah kondisi dunia dan masyarakat yang semakin tak
terkendali, karena melalui pengajaranNya tentang, belas kasihan, kemurahan, kerendahan
hati, kelemah lembutan dan kesabaran, telah diberikan oleh Yesus Kristus sejak
kita menjadi orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya.
Cukup beralasan bagi kita sebagai warga GKI
Di Tanah Papua, untuk mengejawatahkan panggilan Tuhan itu melalui iman percaya
yang di nampakan dalam sikap personal maupun kolektif dalam hidup bergereja. Karena
justru iman akan semakin bertumbuh dalam tantangan yang ada disekitar kehidupan
kita, sebab di sekitar kita telah berurat dan berakar persoalan-persoalan yang
merasuki sendi-sendi kehidupan bermasyarakat yang bernuansa, kejahatan, penjarahan, pemerkosaan,
penyakit masyarakat. Peranan kita sebagai warga GKI Di Tanah Papua harus
memerangi hal-hal yang merugikan kehidupan bersama. Kita sama-sama paham kalau
Damai sejahtera, adalah suatu kesatuan yang meliputi mental spiritual umat, dan
juga suatu suasana yang tercipta karena terpenuhinya kebutuhan lahir bathin dari
warga masyarakat.
Kita telah melewati berbagai proses yang
terlihat dalam tantangan tetapi juga peluang untuk menjadikan warga GKI Di
Tanah Papua, sebagai warga yang cerdas dalam berpikir, beriman dan bertindak. Tak
dapat kita sangkali bahwa pengaruh modernisasi sebagai kenyataan hidup kita
yang kadangkala membuat terpuruk tetapi juga kadangkala menjadi lebih baik
karena dapat melihat dan mengisi setiap peluang positif yang tergantung dari
bagaimana cara kita menyikapi perkembangan zaman yang terjadi disekitar kita.
Coba kita lihat disekitar kita di Tanah Papua
ini, berapa banyak orang yang berada dalam standar kemiskinan, sementara
Undang-Undang no. 21 tahun 2001, tentang Otonomi khusus, yang bertujuan
mensejahterakan masyarakat, di mana warga GKI ada di dalamnya semakin banyak. Tetapi
dipihak lain, banyak juga warga kita yang terseret ke Pengadilan karena
tindakan Korupsi. Tidak hanya itu, tingkat kemiskinan yng semakin tinggi, juga
melahirkan penyakit masyarakat, seperti HIV/AIDS secara fisik, tetapi juga
secara mental. Masih banyak yang mengkonsumsi miras, dengan dampak mabuk dan
mengganggu kenyamanan hidup sekitar secara bersama. Apalagi saat bulan desember
terjadi peningkatan angka kecelakaan tetapi juga kematian, karena kemabukan.
Ini perlu menjadi bahan perenungan kita bersama.
Di samping itu juga, masih ada kegiatan
peredaran narkoba di café-café, di sekolah dan di tempat tertentu, bahkan
sampai kepada anak-anak dalam bentuk permen gula. Begitu juga di lingkungan
sekitar, kita melihat bagaimana anak-anak aibon, yang tidak mendapat perhatian
dari para orang tua mereka dan merupakan ANCAMAN GENERASI MASA DEPAN GEREJA, BANGSA
DAN NEGARA YANG SANGAT SERIUS. Ini semua menjadi tanggung jawab moril Gereja, yang
membutuhkan pelayanan. Inilah tantangan internal (dalam lingkungan GKI Di Tanah
Papua) yang perlu ditangani dengan berbagai program pelayanan gereja yang
bersifat strategis.
Tantangan eksternal yang datang dari luar
melalui kehidupan sosial kemasyarakatan di Tanah Papua. Perkembangan Teknik
informatika yang juga berjalan bersama kehidupan pelayanan Gereja. Bagaimana
situasi kehidupan umat yang segalanya lebih dekat kepada penggunaan Hand Phone
ditengah situasi yang disebut revolusi 4.0 yang perlu disikapi dengan bijak
oleh gereja dan warganya. Bahkan sampai saat ini, masih saja terjadi persoalan
seperti; supremasi hukum dan pelanggaran
HAM, penembakan, pembunuhan, penjarahan yang dilakukan oleh oknum maupun
kelompok yang tidak bertanggung jawab.
Hal yang sama juga terjadi pengrusakan
lingkungan, pengeboman ikan yang menghancurkan spesies terumbu karang dan
meninggalkan racun yang mengancam kehidupan kita. Di darat penebangan hutan
secara liar yang merangsang timbulnya tanah longsor, banjir bandang yang
berakibat kerugian materil dan moril bagi kehidupan kita. Bukan hanya itu saja
tetapi korban dari penguasaan,perampasan Tanah dan hutan adat Papua oleh
beberapa perusahaan perkebunan seperti kelapa sawit, yang banyak merugikan
masyarakat dengan memberi janji-janji
demi penguasaan lahan yang kemudian diingkari setelah lahan dikuasai,
seperti di Kaliki-Merauke, Kebar, dan di tempat-tempat yang lain, hal ini
sangat perlu mendapat perhatian bersama.
Menghadapi kenyataan yang terjadi diatas,
maka warga GKI Di Tanah Papua, kita
semua TERPANGGIL, sebagai ANAK-ANAK ALLAH untuk menghadirkan tanda-tanda
kerajaan Allah. Tuhan Yesus Kristus telah mengajar kita berdoa “…Datanglah
KerajaanMu”…..(Mat.6:10b) ini juga yang menjadi tema sinodal selama periode
2017-2022. Dalam doaNya, Tuhan Yesus menginginkan sebuah keadaan atau suasana
yang ada di KerajaanNya, terjadi ditengah-tengah dunia, menjadi misi dari
orang-orang yang menerima pengajaranNya tentang doa itu. Ini berarti, Tugas
utama Orang Percaya secara umum, dan warga GKI Di Tanah Papua secara khusus
HARUS MENJADI PEMBAWA SUASANA KERAJAAN ALLAH ITU, yang didalamnya ada Kasih, Sukacita,
Damai sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kelemah-lembutan dan Penguasaan diri,
(Galatia.5:22) menurut Rasul Paulus disebut sebagai “Buah Roh” dan inilah
tanda-tanda KerajaanNya itu.
Karenanya, dalam kaitan dengan kesiapan kita
untuk memasuki perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 melalui minggu-minggu
advent, maka Badan Pekerja Am Sinode GKI Di Tanah Papua mengajak kepada seluruh
komponen Pimpinan dan umat bergama, denominasi Gereja, lembaga Adat dan
Pemerintah serta lembaga-lembaga swasta yang ada di wilayah Tanah Papua, untuk
memberi diri dalam bersahabat dengan sesama dan alam sekitar kita, sebagai
bukti kita mematuhi maksud Tuhan untuk bersahabat dengan diriNya.
Satu hal yang terpenting bagi kita ditengah
segala persiapan kita terhadap pesta iman, yang harus ditempatkan pada proses
dalam peristiwa kelahiran Tuhan Yesus Kristus, dengan penuh kesederhanaan, yang
menggugah kita tentang bagaimana kita merayakan natal 2019, sehingga tidak
menjadi suatu pesta seremonial belaka, tetapi memiliki makna persahabatan yang
berlangsung dengan penuh kesederhanaan. Karena itu, ditengah situasi menghadapi
perayaan Natal 2019 dan tahun baru 2020, kita juga tidak boleh terlena dengan
pesta dan perayaan saja, melainkan sebagai sahabat kita harus membina
kepedulian lingkungan kerja, tempat tinggal dan pergaulan yang saling
mengingatkan dan mawasdiri, terhadap “teroris”, yang akan menganggu
ketenteraman kita bersama.
Kita tidak boleh ‘’BERKOMPROMI” terhadap
tindakan “TEROR” yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu karena
perbedaan ideologi dan pandangan terhadap keyakinan baik beragama maupun
bermasyarakat dan bernegara, sebab di Tanah Papua kita diberi “rasa damai” oleh
Tuhan, karenanya kita menyebut “Papua Tanah Damai”. Kita tidak ingin kedamaian bersama,
keharmonisan hidup yang sudah terjalin selama ini, tercoreng dengan gangguan
teroris. Sebagai warga GKI Di Tanah Papua “HARUS SELALU SIAP MELAWAN TERORIS”,kKarena
kekuatan kita adalah Tuhan dan umat serta masyarakat yang memiliki jiwa “cinta
damai”. Karena itu waspada dan siapkan diri untuk selalu memperhatikan
kehidupan bersama. Kita patut memberi apresiasi kepada Pihak Kepolisian/TNI
yang Tuhan pakai untuk menunjukan “ancaman” yang ada dan akan terjadi disekitar
kita, demi kehidupan bersama di Tanah Papua.
Bertolak dari apa yang diuraikan diatas, maka
Badan Pekerja Am Sinode GKI Di Tanah Papua, MENGAJAK seluruh Warga GKI Di Tanah
Papua dan Pelayan secara khusus, maupun warga Gereja Tuhan serta seluruh
pimpinan/tokoh Agama, Masyarakat, Adat, Pemerintah dan seluruh komponen lembaga
secara umum di Indonesia dan secara khusus Di Tanah Papua untuk :
Pertama, Mari kita satukan hati, pikiran dan tenaga,
untuk menjaga keutuhan perdamaian dan persahabatan disekitar kita, sebagai
upaya memerangi perilaku “TEROR” yang ada di sekitar kita. Kami mengajak untuk
selalu mawas diri dan mengenali setiap orang yang akan masuk dalam mengikuti
kegiatan perayaan misa, ibadah yang akan berlangsung pada waktu-waktu yang
sudah diatur di setiap Gereja dan tempat kegiatan serta keramaian.
Kedua, Ingat; jiwa persahabatan tidak dimulai dari hal “menghakimi”,
melainkan dilihat selalu dalam hukum positif, ketika mendapati oknum-oknum yang
di curigai akan membuat keonaran dan mengganggu ketertiban bersama untuk tidak
bertindak anarkhis.
Ketiga, Selalulah dengan kerendahan hati yang penuh persahabatan, membina
hubungan baik dengan seluruh lembaga, masyarakat maupun bersama denominasi
Gereja, agama, suku, bangsa dan status sosial sehingga kita terhindar dari
isu-isu rasisme, agar pengalaman yang kita pernah alami, tidak terulang lagi.
Keempat, Jagalah situasi damai
untuk mewujudkan persahabatan, dan bantulah pihak aparat TNI/Polri dalam
menciptakan sistim keamanan, ketertiban, masyarakat yang bersahaja.
Ingatlah
selalu: “Apa yang kau kehendaki orang lain perbuat kepadamu,
perbuat jugalah demikian kepada mereka”(Matius 7:12).
Selamat menjalani minggu-minggu Adventus
Selamat mempersiapkan dan merayakan Natal
tahun 2019 dan
Selamat mempersiapkan diri menyongsong Tahun
Baru 2020.
Tuhan Yesus Kepala Gereja, Sahabat kita dan
Penguasa masa memberkati saudara-saudara sekalian.
Jayapura, 25 November 2019
BADAN PEKERJA AM SINODE GKI DI TANAH PAPUA
Pdt.
ANDRIKUS MOFU, M. Th (Ketua)
Pdt.
DANIEL J. KAIGERE, S. Si (Sekretaris)
Belum ada Komentar untuk "SURAT PENGGEMBALAAN SINODE GKI DI TANAH PAPUA UNTUK ADVENT, NATAL DAN TAHUN BARU"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.