KHOTBAH UNTUK IBADAH NATAL II (I Samuel 2:18-20,26 : Lukas 2:52)
Injil
Lukas menjelaskan bahwa Yesus semakin
bertambah besar dan bertambah hikmatNya. Ia telah bertumbuh semakin
dikasihi Allah dan manusia. Keadaan Yesus tersebut sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan pribadi Samuel yang diterangkan dalam 1 Samuel 2:26 ”Tetapi Samuel yang muda itu, semakin
besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.” Baik Samuel dan Yesus waktu
remaja telah bertumbuh dalam
lingkungannya masing-masing. Walaupun berada dalam dua jaman yang berbeda,
namun mereka bertumbuh dalam kondisi dan keadaan yang hampir sama, mereka dibentuk menjadi pribadi - pribadi yang dikasihi Tuhan dan sesama.
Pertama, Samuel
dan Yesus sama – sama bertumbuh dalam Rumah Allah. Samuel yang sejak dini telah
dipilih oleh Allah, kemudian mengabdikan hidupnya di Rumah Allah. Tempatnya
tidak lagi bersama kedua orang tuanya. Samuel telah diserahkan kepada Tuhan dan
harus tinggal bersama Imam Eli untuk menjadi pelayan Tuhan. Demikianlah Samuel
tinggal di Rumah Allah, mengisi kehidupan dengan menjadi pelayan ibadah.
Sedangkan bagi Yesus, Bait Allah dipahami sebagai rumah Bapa-Nya.
Kedua, Samuel
dan Yesus bertumbuh dalam perhatian dan kasih sayang keluarga. Walaupun Samuel
telah diserahkan menjadi pelayan di Rumah Allah, namun perhatikanlah bagaimana
ibunya setiap tahun membawakan kepadanya jubah kecil sebagai perlengkapan
ibadah. Seorang ibu yang bijaksana pasti tahu mengenai apa yang dibutuhkan oleh
anaknya. Kalau jubah sebagai perlengkapan ibadah pun juga diperhatikan, betapa
seriusnya kedua orang tua Samuel dalam memperhatikan perkembangan kehidupan
rohani anaknya. Begitu pula dengan orang tua Yesus. Betapa disiplinnya mereka
mendidik Yesus melalui kebiasaan datang ke Yerusalem untuk menjalankan ritual
ibadah tahunan. Usia yang tepat bagi Yesus saat itu untuk lebih dewasa memahami
agama. Bertumbuh dalam hikmat dan pengenalan akan Tuhan, ternyata tidak muncul
dengan sendirinya tetapi membutuhkan peran dari orang tua. Bertumbuh menjadi pribadi yang dikasihi Allah dan manusia ternyata bukan proses yang sekali jadi tetapi sebuah proses pembentukan yang berlangsung mulai dari dalam keluarga.
Yesus
yang masih remaja dan Samuel tumbuh semakin besar dan dewasa. Mereka telah
bertumbuh baik jasmani maupun rohani. Orang tua rupanya telah berhasil dalam
mendampingi mereka. Mereka mampu menemukan jati dirinya dihadapan Tuhan dan
sesama. Tidak heran jika mereka semakin dikasihi Tuhan dan manusia. Tidak
seperti Hofni dan Pinehas anak-anak imam Eli, di mana mereka tidak mampu
memposisikan diri di hadapan Tuhan dan sesama.
Kita
sadari bahwa banyak orang tua lupa memperkenalkan sejak dini tentang Tuhan
kepada anak-anak. Lupa untuk mengajarinya berdoa. Lupa untuk menceritakan
cerita-cerita Alkitab kepada anak-anak. Lupa untuk mengantarkan mereka menerima
berkat melalui Sekolah Minggu dan lupa mengajak atau memperkenalkan mereka
berjumpa dengan lebih banyak orang yang memiliki keberagaman keadaan.
Idealnya
bertumbuh dalam hikmat dan pengenalan akan Tuhan serta menjadi pribadi yang dikasihi Tuhan dan manusia adalah proses yang berjalan bersamaan dan tidak terpisahkan.
Tinggal di Bait Allah, bisa jadi hal yang menyenangkan bagi Samuel dan Yesus
ketika remaja. Namun perhatikan, mereka tinggal di Bait Allah bukan untuk
kesenangan diri sendiri. Banyak di antara kita yang suka tinggal di tempat
ibadah atau saat berkumpul dengan teman persekutuan; serasa menemukan sukacita
yang luar biasa. Tentu hal itu tidaklah salah. Namun perjumpaan kita dengan
Tuhan perlu kita lanjutkan dalam perjumpaan kita dengan sesama. Belajar
Mengasihi dan lain sebagainya
Bagaimana
dengan saudara dan saya? Seberapa besarkah usaha yang telah kita lakukan agar
anak-anak kita dan kita sendiri dikasihi Tuhan sekaligus dikasihi manusia?
Pertanyaan ini sederhana namun tidak mudah untuk dijawab. Tidak perlu dijawab,
karena yang lebih penting adalah mengusahakannya sejak sekarang. Natal telah
kita rayakan. Perjumpaan kita dengan sang Bayi Kristus telah kita rasakan.
Wajah Kristus yang sesungguhnya dapat kita kenal. Tentu itu semua terjadi bukan
karena kemampuan kita, namun karena Tuhan yang telah memilih kita. Allah yang
jauh, sekarang telah menjadi dekat. Marilah membawa anak – anak kita untuk berjumpa
dengan Allah dan memiliki pengenalan akan Allah melalui pembaptisan kudus. Tapi
juga mendidik mereka dengan kasih sayang agar bertumbuh dalam hikmat dan hidup
mengasihi sesama. Selamat merayakan Natal II. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH UNTUK IBADAH NATAL II (I Samuel 2:18-20,26 : Lukas 2:52)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.