KHOTBAH IBADAH NATAL I (Kejadian 9:12-17; Kolose 3:14)
Sebagai orang Kristen, sepanjang hidup
kita tentu sudah berkali – kali kita merayakan Natal. Tahun ini bisa jadi kita
sudah menghadiri lebih dari satu kali
perayaan Natal. Paling tidak menerima undangannya, jika tidak bisa menghadiri semua undangan itu. Apa yang Saudara dapatkan dalam perayaan Natal itu? Renungan
natal? Hadiah atau doorprize? Makanan dan minuman? Pertunjukan drama dan nyanyian
yang bagus?
Dalam
peristiwa Natal kita merayakan perjumpaan Allah dan manusia. Setiap orang yang
sudah berjumpa dengan Allah akan menyatakan dampak perjumpaan itu dalam hidup
bersama sebagai keluarga Allah. Yesus lahir di tengah kehidupan sebuah Keluarga
: Yusuf dan Maria. Dalam kisah kelahiran Yesus ada keluarga - keluarga yang
bersukacita karena berjumpa dengan Allah: Zakharia dan Elisabeth, Keluarga para
Gembala, Keluarga Para Majus.
Kita
semua ada ditengah kehidupan sebuah keluarga. Sementara itu keluarga kita
berada bersama keluarga-keluarga lainnya dalam sebuah keluarga besar umat
manusia. Keluarga besar umat manusia mendiami bumi yang menjadi rumah kita
bersama. Di bumi yang satu ini, kita ditempatkan oleh Tuhan bersama seluruh
ciptaan lainnya. Di situlah kita hidup bersama sebagai keluarga Allah.
Kitab
Kejadian 9:16 yang kita jadikan pijakan renungan mengatakan: “Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan
melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan
segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi”. Ayat ini
menyatakan bahwa Allah membarui perjanjian-Nya, perjanjian keselamatan dengan
seluruh ciptaan-Nya. Kita ingat kisah tentang Nuh dalam Kejadian Pasal 6- 9.
Ketika Tuhan melihat kejahatan manusia itu besar di bumi maka Tuhan memberi
penghukuman dengan Air Bah. Dan sesudah penghukuman air bah itu maka Tuhan
membaharui lagi perjanjian Kasih karunia dengan manusia yaitu Nuh dan dengan
segala makhluk yang hidup (9,10).
Isi
perjanjian adalah bahwa Allah berjanji untuk tidak mendatangkan lagi air bah
(ayat 11).
Janji itu ditandakan dengan pelangi/"busur" (ayat 12).
Sebuah Busur kita ketahui dilengkapi dengan tali dan anak panah maka itu akan
menjadi sejata perang. Tapi busur Allah
ini bukan senjata Perang. Busur Allah adalah Pelangi yang menjadi tanda kasih
Allah dan menjadi lambang pengharapan manusia. Ini mengandung pengertian bahwa Allah
meletakkan senjataNya seraya mengumumkan damai. Pelangi melengkung di awan
untuk menunjukan kasih pemeliharaan Sang Pencipta yang melingkupi (melengkung) seluruh
ciptaan.
Apa
kaitan peristiwa Natal dengan Pelangi? Di dalam Kitab Wahyu, Yesus Putera Natal
digambarkan bagaikan pelangi yang melingkupi takhta. Dalam Ilmu Alam, pelangi
adalah pembiasan cahaya Matahari yang terjadi sesudah hujan lalu menimbulkan
spektrum warna warni “mejikuhibiu’
yang indah: merah jingga kuning hijau biru ungu. Yesus adalah matahari
kehidupan yang menyelamatkan kita yang menyertai hidup kita yang penuh warna.
Peristiwa
Natal menjadi pembaharuan perjanjian Allah dengan seluruh manusia. Natal menjadi sebuah kesempatan lagi dari Allah di mana
Anak Allah menjadi manusia supaya manusia menjadi anak-anak Allah. Natal mengingatkan
kita kembali untuk ‘hidup sebagai keluarga Allah,’ yang dituntun oleh pelangi
kasih-Nya yang meneguhkan iman dan menguatkan harapan. Kita semua adalah satu
keluarga. Sebagai anggota keluarga, kita masing-masing mempunyai tanggungjawab
untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik.
Kita
bertanggungjawab mewujudkan keluarga Allah yang damai, rukun, adil dan saling
menerima dalam keberagaman. Jadi kita diingatkan untuk bijaksana dalam
menyikapi bentuk-bentuk gangguan sosial yang dapat mengancam persaudaraan,
perdamaian, di bumi yang adalah rumah kita bersama.
Jadi pada
perayaan Natal ini, apa yang seharusnya
kita perbuat? Bersukacita? Tentu! Namun bagaimana wujud nyata bersukacita itu?
Apakah sekadar berkumpul, makan, menyanyi, dan beribadah bersama? Apakah cukup
dengan perayaan-perayaan yang menghabiskan sedemikian banyak dana dan tenaga?
Ada hal yang tidak boleh kita lalaikan yang menjadi inti perayaan Natal bagi kita : sebagai Anggota keluarga Allah, Kita berharga di mata Allah. Mari
kita rayakan Natal dengan cara-cara yang menunjukan bahwa kita ini berharga jadi
bukan dengan pesta pora mabuk-mabukan dan lain-lain.
Ketika kita punya persoalan.
Ingatlah bahwa pelangi akan muncul saat awan dalam keadaan sangat basah, dan
kembali lagi setelah hujan turun. Jadi di tengah
badai kehidupan kita tidak perlu takut sebab ada pelangi sesudah hujan dan badai. Semakin tebal awan itu, akan semakin cerah busur di awan itu.
Maka semakin berlimpah-limpah kesengsaraan menghantam, akan semakin
berlimpah-limpah pula penghiburan yang membangkitkan semangat.
Jika
kita berharga di hadapan Allah, itu berarti orang lain juga sama berharganya.
Jangan sampai yang kita lakukan adalah sebaliknya. Kita bersukacita karena
dipandang berharga oleh Allah, lalu malah bertindak buruk kepada orang lain
seakan-akan mereka tidak berharga. Jadi bijaksana dalam menyikapi bentuk-bentuk
gangguan sosial yang dapat mengancam persaudaraan, perdamaian, di bumi yang
adalah rumah kita bersama. Mari kita lakukan hal ini sebagai wujud sukacita
kita atas keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan. Selamat Natal. Tuhan
memberkati.
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH IBADAH NATAL I (Kejadian 9:12-17; Kolose 3:14)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.