NATAL : PENYERAHAN DIRI DAN KEPEDULIAN (Yohanes 1:1-14)
Ada tiga pohon Natal yang dipajang di
sebuah toko. Pohon-pohon itu saling bertanya, kira – kira siapa diantara mereka
yang paling berarti dan dapat membuat Natal ini berkesan bagi banyak orang?
Pohon yang besar mulai menyombongkan
diri: orang-orang pasti akan memilihku,
karena aku paling besar dan orang banyak bisa berkeliling di sekitarku dan
mengagumi aku. Lalu pohon natal besar itupun dibeli dan dipajang di
tengah-tengah sebuah mall/toko/pusat perbelanjaan. Wow, besar sekali. Semua
orang yang lewat melihat dan kagum. Tapi hampir tidak ada yang berhenti di
dekat pohon itu dan mengaguminya lama-lama, mengapa? karena semua orang sedang
sibuk berbelanja. Banyak diskon di toko-toko, jadi tidak sempat memandang lama
– lama pohon natal besar itu. Pohon Natal besar itu merasa ternyata dia tidak
bisa memberi kesan dan arti bagi banyak orang di Natal ini.
Di toko tinggal pohon sedang dan kecil.
Pohon yang sedang itu mulai berkata: “Hai
pohon kecil, aku jamin orang pasti akan membeliku juga dan meletakkan aku di sebuah
rumah yang besar atau kantor yang besar sehingga banyak orang juga yang akan
mengagumi aku dan pastinya aku akan sangat berkesan bagi mereka”. Benar
saja, pohon natal sedang itu pun dibeli dan ternyata ia diletakkan di lobi
sebuah kantor. Tapi sayangnya orang yang lewat hanya memalingkan pandangannya
sebentar pada pohon itu, lalu tak peduli, semua sibuk. Tidak lama kemudian
kantor itu sepi karena libur Natal. Pohon natal sedang itupun sedih karena
kehadirannya sia-sia.
Tinggallah pohon natal kecil. Ia dibeli
oleh seorang Bapak yang sederhana. Pikir pohon itu, mana mungkin aku bisa
berarti bagi banyak orang? Kelihatannya bapak ini tidak punya keluarga. Tapi
ternyata pohon natal itu salah. Bapak itu membawa pohon natal kecil ke sebuah
rumah kayu. Di rumah itu ada opa, oma, papa, mama, kakak, adik, bahkan ada juga
om dan tante. Mereka telah berkumpul untuk merayakan natal. Pohon natal itupun
di letakkan di tengah ruangan. Lalu pada malam natal semua orang dalam rumah
itu berkumpul mengelilingi pohon natal kecil itu sambil menyanyi dan menyembah
Tuhan. Semua tampak gembira.
Pohon Natal kecil jadi terharu, ia
senang bisa hadir dalam keluarga sederhana ini. Ia senang telah memberi arti
bagi keluarga ini. Meskipun keluarga ini sederhana, tapi kasih dan sukacita
selalu ada di sana. Dan meskipun pohon natal itu kecil, ia bisa berarti bagi
banyak orang dalam keluarga itu.
Hari ini berita Natal dalam Yohanes
1:1-14 diperdengarkan bagi kita. “Firman
itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita”. Firman yang menjadi
manusia adalah sebuah misteri Ilahi yang tak bisa dipahami oleh otak kita.
Misteri Ilahi ini hanya bisa dipahami dan dihayati dengan iman. Allah telah
memberikan Yesus Kristus bagi kita. Terang Kristus telah bercahaya dalam
kegelapan dunia dan kegelapan hati kita. Bagaimanakah kita meresponi karya
Allah yang besar dalam peristiwa Natal ini ?
Marilah kita merayakan Natal Yesus Kritus
dengan cara memberi lebih banyak perhatian kepada keluarga. Memberi lebih banyak waktu dan penghargaan
kepada orangtua dan pasangan hidup.
Lebih mampu menerima tanpa syarat keberadaan anak-anak yang mulai
beranjak remaja. Lebih mengasihi dan
memperhatikan teman-teman dan menjadi sahabat bagi semua orang.
Jangan pernah menganggap diri kita
kecil dan tidak berarti. Beri hatimu dan hidupmu dipenuhi oleh damai sejahtera
Kristus. Taburkanlah kebaikan, kasih dan sukacita bagi orang-orang di
sekitarmu, niscaya kehadiranmu memberi arti bagi banyak orang. Anak-anak bisa
melakukannya untuk orang tuamu. Dan orang tua, dapat melakukannya untuk orang
tua dan anak-anakmu. Tetaplah peduli pada orang lain. Kepedulian itu bukan
hanya ditunjukan melalui media sosial dengan berbagai karakter emoji, bukan
hanya ditunjukan dengan kartu – kartu ucapan atau rangkaian kata – kata indah
yang dikirim melalui SMS, WhatsApp atau Messenger. Tapi sebuah kepedulian yang
nyata dalam kebersamaan keluarga seperti kisah pohon Natal kecil.
Ingatlah peristiwa Natal di Betlehem yang
menjadi pelajaran bagi kita tentang bagaimana umat Allah menerima Kristus.
Natal pertama disambut dengan sederhana namun penuh kehangatan. Hati dari
beberapa orang yang tidak meremehkan Natal itu adalah Maria, Yusuf, para
gembala, orang majus -- tampak sangat bersahaja. Tempat kelahiran-Nya pun
sederhana, yakni sebuah kandang kecil di sebuah kota yang kecil pula.
Perayaannya juga sederhana: para gembala, para pekerja keras meninggalkan
pekerjaan mereka selama beberapa jam untuk pergi dan "melihat apa yang
terjadi di sana" (Lukas 2:15). Para gembala mempersembahkan kasih mereka
yang mendalam. Para orang majus
mempersembahkan penyembahan mereka. Setelah
itu, mereka pun kembali pada tanggung jawab masing-masing.
Namun, pada saat yang sama ada juga
orang-orang yang kehilangan makna Natal yang pertama: Pemilik penginapan yang terlalu sibuk memperhatikan
tamu- tamunya. Para tamu yang terlalu
memusatkan perhatian pada kenikmatan jasmani dan urusan pribadi, sehingga tak
tersentuh oleh peristiwa yang terjadi di kandang domba itu. Raja Herodes yang begitu larut dalam
perasaan tidak nyamannya, istananya, dan impian-impiannya yang menyedihkan
untuk menggapai kemuliaan. Mereka semua
terlalu sibuk, begitu terpaku, dan terlilit oleh berbagai hal.
Manakah yang menjadi sikap kita dalam
perayaan Natal ini adalah pilihan kita masing – masing. Allah menghendaki
penyerahan diri kita, dengan segala kesalahan dan kegagalan, masalah dan
ketakutan. Dan inilah Natal yang sejati:
Allah memberi, kita
menerima, Allah menggenapi. Sungguh Natal yang penuh berkat! Selamat
Merayakan Natal dan Tahun Baru.
Saya sangat suka dgn khotba2 nya, dgn bahasa yang sangat sederhana tapi bermakna.makasih yaa Tuhan selalu memberkati dan semoga terus menjadi berkat bagi kami juga orang lain🙏🙏🙏🙏😇
BalasHapusAmin ... Terima kasih sahabat DEAR PELANGI. Kemuliaan hanya bagi Tuhan. Dalam anugerahNya tetap menjadi berkat.
Hapus