NATAL : HIKMAT ALLAH DALAM PERSAUDARAAN (I Korintus 1:26-30)
Hidup
berkeluarga, hidup bersaudara, hidup persekutuan adalah kehidupan yang penuh
dinamika. Saat jauh akan saling merindu: rindu keluarga besar, rindu kampung
halaman. Namun ketika dekat, begitu mudah bosan dan gampang berkonflik: tidak
cocok, ingin merantau dan lain sebagainya. Hidup persaudaraan, kekeluargaan,
kebersamaan ibarat gelas yang saling beradu. Kalau gelas beradu untuk tosh
berarti persahabatan dan persaudaraan diperkuat maka minum teh akan dilanjutkan
dan minum teh dalam kebersamaan betapa nikmatnya. Sebaliknya kalau gelas
berbenturan keras maka akan pecah dan kalau pecah tidak dipakai untuk minum
lagi, serpihannya akan dibuang. Hidup persaudaraan, hidup kekeluargaan
seringkali berbenturan. Rawan dengan perpecahan. Jika tidak dijaga maka akan
pecah. Karena itu dibutuhkan hikmat dalam membangun hidup persaudaraan.
Kita merayakan Natal Tahun ini dalam
Tema: “Yesus Kristus Hikmat bagi kita”. Hakekat Natal adalah perwujudan hikmat
Allah dalam Kristus karena itu merayakan Natal berarti merayakan hidup dalam
hikmat Allah. Yesus Kristus putra Natal adalah teladan hikmat bagi kita. Hikmat
itu milik Allah dan merupakan salah satu sifat Allah yang dalam rahmatNya
dinyatakan bagi manusia. Dalam Perjanjian Lama, hikmat berasal dari kata “Hokmah” sedangkan dalam PB “Sophia” yang menunjuk pada penerapan
praktis dan bukan pengetahuan teoritis.
Tempat kedudukan hikmat adalah hati.
Hati menjadi pusat keputusan moral dan intelek.
Dalam surat Paulus kepada Jemaat di Korintus, Paulus menyebutkan tentang
hikmat Allah dan hikmat manusia. Hikmat Allah memang berbeda dari hikmat
manusia. Hikmat Allah tidak dapat dipahami oleh akal manusia sedangkan hikmat
manusia terpenjara oleh ego manusia. Hikmat Allah bermuara pada Kehidupan dan
kasih. Sedangkan hikmat manusia muaranya adalah kepentingan diri sendiri.
Karena itu org percaya harus mendasarkan hidupnya pada hikmat Allah bukan
hikmat manusia. Karena hikmat manusia memimpin kepada kebinasaan sedangkan
Allah memimpin kepada kehidupan kekal.
Dalam ay.30, berbunyi demikian : “Tetapi oleh Dia, kamu berada dalam Kristus
Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan
menguduskan dan menebus kita.” Orang percaya secara khusus Jemaat di
Korintus dan kita sekalian sebagai jemaat dimasa kini diingatkan bahwa Dalam
Kristus putra Natal, Allah membenarkan, menguduskan dan menebus kita. Natal
Yesus Kristus hikmat bagi kita karena Natal Yesus Kristus mengubah dunia ini. Natal
Yesus Kristus membuat hidup para gembala
dan Majus berubah. Para gembala menjadi orang-orang yang memuji dan memuliakan
Allah. Para Majus menjadi orang – orang yang tidak lagi mengikuti jalan Herodes
tapi mengikuti jalan Tuhan.
Jadi pada perayaan
Natal ini, apa
yang seharusnya kita perbuat? Bersukacita? Tentu! Namun bagaimana wujud nyata
bersukacita itu? Apakah sekadar berkumpul, makan, menyanyi, dan beribadah
bersama? Apakah cukup dengan perayaan-perayaan yang menghabiskan sedemikian
banyak dana dan tenaga? Ada hal yang tidak boleh kita lalaikan yang menjadi inti perayaan Natal ini bahwa di dalam diri Yesus
Kristus putra Natal itu telah nyata hikmat Allah. Oleh sebab itu Mari kita rayakan Natal dengan cara-
cara yang menunjukan bahwa kita adalah orang – orang yan dipimpin oleh hikmat
Allah. Kita
bukan merayakan Natal dengan pesta pora, mabuk - mabukan dan lain - lain. Bukan
sekedar aneka hidangan yang lezat serta mempercantik rumah, bukan sekedar baju
– baju natal yang baru telah terpajang dan siap dipakai tetapi ada hati yang
harus dipercantik dan ada jiwa yang harus dikenyangkan. Bukan sekedar suara
gaduh petasan, kilau nyala kembang api, meriahnya kunjungan teman – teman
dengan minuman yang memabukkan tapi ada hati yang hening dan damai, bersih dan
sederhana tercermin di wajah sang bayi munggil dalam kandang kecil. Natal bukan
apa yang kita kerjakan tapi apa yang telah dikerjakan Allah dalam Kristus. Dia
yang telah datang merendahkan diri menjadi manusia dan menebus kita,
menghendaki kita sediakan hati yang bersih, penuh kerendahan, pengampunan dan
sukacita, ITULAH NATAL. Mari kita lakukan hal ini sebagai wujud
sukacita kita atas keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan.
Ingatlah
saudaraku, bukan kita yang membuat jembatan itu melainkan Kristuslah yag datang
dan menjadikan dirinya sebagai jembatan penghubung antara kita dengan Allah.
Bukan kita yang menemukan Kristus tetapi Kristuslah yang menemukan kita. Sesungguhnya
Kristus sudah datang dan Ia sedang menanti dan menunggu kita sekalian. Ia
menunggu kita membaca firmanNya. Ia menunggu kita menyapaNya dalam Doa. Selamat
Merayakan Perjumpaan dengan Kristus dalam persaudaraan dan dalam hikmat Allah. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "NATAL : HIKMAT ALLAH DALAM PERSAUDARAAN (I Korintus 1:26-30)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.