KHOTBAH NATAL UNTUK KAUM BAPAK 2 (Yesaya 11:1-10)
Bumi
tempat kita berpijak sudah semakin tua. Setiap waktu banyak hal berubah. Generasi
berganti generasi, pengetahuan bertambah, teknologi semakin modern tapi dosa,
kejahatan dan persoalan – persoalan di bumi ini juga semakin bertambah. Kehidupan
semakin keras dan kejam. Berbagai peristiwa terjadi sebagaimana syair lagu
dalam fragmen tadi: bencana alam di mana-mana, resesi ekonomi, perang nuklir. Persoalan
keluarga, beban pekerjaan, pergumulan pribadi, semuanya begitu rumit seperti
benang yang kusut dan sulit terurai. Dalam situasi-situasi inilah kita
merayakan Natal sekarang.
Dibulan
Desember seperti ini, kita mendengar nyanyian dan khotbah – khotbah Natal
tentang Kasih Tuhan, tentang Damai Natal tapi kita juga masih mendengar berita
tragedi, kita melihat bahwa nilai-nilai kebersamaan dalam keluarga, saudara
bersaudara bahkan dalam persekutuan sudah semakin luntur. Sebagaimana fragmen
singkat tadi, dulu natal dirayakan meski dalam kesederhanaan tapi kebersamaan
begitu kuat, semua makan bersama. Saling memperhatikan. Kanibararuko benar-benar dinyatakan. Sekarang
Natal dirayakan tetapi setiap orang mementingkan dirinya, menunjukan kehebatan
dan kekayaaannya, kehidupan persekutuan juga semakin suam. Damai terasa semakin
jauh. Karena itu kita merindukan damai dan berdoa: DATANGLAH YA RAJA DAMAI.
Bacaan
kita berbicara mengenai Raja Damai yang akan datang yang mengerjakan pemulihan
atau perdamaian. Ada tiga macam pemulihan.
Pemulihan
pertama adalah pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah (ayat 1-5). Hal ini dinyatakan oleh tunas
dari tunggul Isai yang dipenuhi oleh Roh Tuhan dan memimpin dengan keadilan dan
kebenaran.
Pemulihan
kedua adalah pemulihan hubungan antara manusia dengan alam (ayat 6-9). Di sini pertama-tama dilukiskan
adanya sebuah harmoni antara alam dengan alam itu sendiri. Namun, dinyatakan
juga bahwa manusia dan alam tidak akan bermusuhan lagi. Baik manusia maupun
alam sama-sama memuliakan pencipta mereka.
Pemulihan
ketiga adalah pemulihan hubungan antara manusia dengan manusia (ayat 10-16). Sisa-sisa orang yang selamat akan
dihimpunkan lagi. Ini gambaran karya pendamaian oleh sang Raja Damai.
Sang
Raja Damai yaitu Kristus sudah menyatakan damai-Nya. Dunia memang masih penuh
dengan persoalan tapi Damai Kristus bukan damai untuk melenyapkan semua
persoalan tapi damai dalam arti pemulihan hubungan dengan Tuhan dan sesama yang
memampukan kita menghadapi peliknya persoalan kita dan tantangan di dalam dunia.
Damai Natal memampukan setiap Bapak untuk menjadi imam yang beriman.
Persoalan
hidup bisa saja membebani kita secara fisik, emosi dan rohani. Namun kita
percaya pemeliharaan Allah, maka kita
dapat memiliki kedamaian yang mengatasi segala kecemasan kita.
Seorang
pelaut yang berpengalaman berkata: "Dalam
badai yang ganas, kita harus menempatkan kapal pada posisi yang tepat dan
menjaganya agar tetap berada di situ.". Orang-orang harus menempatkan
jiwa pada satu posisi dan menjaganya. Bergantunglah pada Tuhan agar ketika berbagai hal
menghadang, misalnya angin ribut, gelombang, laut yang membentang, petir,
kilat, dalam kehidupan kita maka berpegang teguh pada kesetiaan Allah dan
kasih-Nya membuat kita aman.
Damai sejahtera yang
sebenarnya adalah bila dalam suasana yang makin sulit tapi kita tetap bergantung kepada Allah. Damai
sejahtera yang sesungguhnya adalah hidup taat dan setia kepada Allah.
Rayakanlah Natal Yesus Kristus sebagai para Imam yang selalu menyatakan kasih
dalam kehidupan keluarga sehingga kehidupan keluarga mengalami damai.
Rayakanlah Natal Yesus Kristus sebagai para Imam yang menjadi teladan dan
penyalur berkat Allah bagi keluarga dan sesama. Selamat Hari Natal dan Tahun
Baru!
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH NATAL UNTUK KAUM BAPAK 2 (Yesaya 11:1-10)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.