RIWAYAT HIDUP MISIONARIS OTTOW DAN GEISSLER (Part 1)
Hai, sahabat DEAR PELANGI
Kali ini saya bagikan di blog DEAR PELANGI : Kisah Pekabaran Injil di
Tanah Papua hingga berdirinya GKI Di Tanah Papua, sebuah Gereja dan Terbesar di
Papua di mana saya terlahir, dibaptiskan, mengaku Sidi dan terpanggil melayani
umat Tuhan melalui Gereja ini. Sumber tentang kisah ini dapat kita temukan
dalam sejarah Pekabaran Injil di Tanah Papua, sumber yang saya pakai adalah salah satu materi pada Raker Am III Sinode GKI Di Tanah Papua. JASMERAH … JAngan Sekali
– kali MElupakan sejaRAH, sebab sejarah adalah siapa kita.
RIWAYAT HIDUP
MISIONARIS OTTOW DAN GEISSLER
DALAM PEKABARAN
INJIL DI TANAH PAPUA (Part I)
Inilah riwayat tokoh Pekabar Injil (Perintis jalan) di
Tanah Papua Carl Willem Ottow dan Johann Gottlob Geissler, yang mengabarkan
Injil ke Papua pada tanggal 5 Februari 1855.
Carl Williem
Ottow (1826-1862)
Carl Williem Ottow dilahirkan pada tahun 1825. Sejak
berumur 18 tahun ia mulai tertarik untuk menjadi pekabar Injil. Ia termotivasi
oleh khotbah dari seorang pendeta di jemaatnya. Selama kurun waktu 7 tahun,
Carl bergumul bagaimana mewujudkan minatnya, sebab lingkungan keluarga sendiri
tidak mendukung. Ayahnya bersikap keras
dan ibunya juga berkeberatan, karena Carl banyak membantu dirinya dalam
soal-soal penghidupan keluarga.
Selama bertahun-tahun Carl terus mengumuli niatnya itu
dalam doa. Akhinya ia memutuskan untuk bertemu dengan Bapa Gossner. Kepada
Gossner ia mengisahkan kesulitannya, tetapi ia tidak mendapat respon baik dari
Gossner, secara tegas Gossner menulis surat kepadanya: “kalau orang tua anda berkeberatan, sayapun tidak menerima anda”.
Penolakan dari Gossner tidak membendung niat Ottow, ia
dengan penuh ketabahan melakukan pekerjaan-pekerjaan zending dilingkungan
gereja (jemaat) dimana ia tinggal. Pada siang hari ia membuat layar kapal,
malam hari dan pada hari minggu ia mengunjungi orang sakit dan orang yang
membutuhkan bantuan.
Ayah dan saudaranya terkesan dengan perilakunya yang
menjadikan mereka kemudian bertobat dan percaya. Ayahnya sampai berdoa sendiri
pada satu pertemuan di rumahnya, ketika Carl jatuh pingsan. Ini merupakan titik
balik dimana orang tuanya kemudian mengijinkan Carl untuk sebagai pekabar
injil. Sebab di sadari bahwa bila tidak, Tuhan dapat saja mengambil nyawanya. Mereka
pun menginzinkanya pergi. Dengan izin orang tuanya, Carl diterima oleh Gossner.
Setelah beberapa waktu lamanya dididik oleh Gossner
maka pada tanggal 18 April 1852, ia di teguhkan sebagai seorang pekabar Injil
dan dipercayakan untuk bekerja bagi orang-orang kafir. Ottow mengungkapkan
bahwa, ia mengucapkan janji itu dengan kepercayaan akan bantuan Tuhan dengan
senang hati. Tanggal 14 Mei 1852, ia pamit dengan orang tua dan keluarga
kemudian ia pergi ke Zetten dekat Hemen tempat dimana calon-calon pekabar injil
dipersiapkan utuk selanjutnya diutus keluar Eropa.
Johann Gottlob Geissler (1830-1870)
Johann Gottlob Gessler, dilahirkan pada tanggal 18 Februari
1830 di Langen-Reichenbanck (Jerman). Sejak berumur 14 tahun, ia sudah terlibat
dalam kegiatan-kegiatan Gereja sebagai anggota Gereja Lutheran Jerman. Kemudian
ia dibawah oleh ayahnya ke Berlin, disana ia belajar pada seorang tukang
perabot rumah.
Sebagai anggota Gereja ia pun secara teratur pergi ke
Gereja. Selain itu ia juga mengunjungi Sekolah Minggu untuk orang
dewasa. Diatas pintu bangunan sekolah itu tertulis, “Pergilah keseluruh dunia dan beritakan Injil (Matius 28:19)”. Geissler
terkesan dengan kata-kata itu dan sejak itu pula ia menaruh minat untuk
pekerjaan zending. Ia suka belajar dan menggabungkan diri dengan sekelompok
pemuda yang bersama menjalankan sejenis pekerjaan kader. Dari situlah Geissler
belajar banyak hal dan mengunjungi kawan-kawannya, terkadang ia mengikuti
pertemuan-pertemuan zending.
Pada tanggal 14 Agustus 1851 ketika Geissler berusia
21 tahun, dalam suatu pesta zending ia mendengar khotbah tentang “pergilah keseluruh dunia”. Sejak itu ia
tidak ragu lagi untuk menunaikan tugas yang kemudian di embannya. Dan seperti
itulah yang terjadi pada diri Geissler. Ketika ia bertemu dengan bapak Gossner
dalam suatu perkumpulan “pembinaan” yang diadakan untuk calon para zendeling.
Bapa Gossner berbicara tentang pekerjaan zending dan rupanya Geissler dalam
perkumpulan itu memakai pakaian yang agak menyolok, sebab sesudah ceramah itu,
bapak Gossner berbicara kepada pemuda-pemuda yang hadir, tetapi tiba-tiba ia
berpaling kepada Geissler lalu bertanya ...... “dan bagaimana dengan anda yang berbaju biru itu. apakah anda tidak
tertarik juga untuk melakukan pekerjaan zending?”.
Atas pertanyaan ini Geissler secara spontanitas
menjawabnya “ya”, lalu ia menambahkan lagi bahwa ia sebenarnya tidak memenuhi
persyaratan untuk menjadi seorang zending (pekabar Injil) karena ternyata ia
masih memiliki kekurangan, akan tetapi Gossner memberi motifasi kepadanya, dan
ia pun dapat mengikuti pendidikan. Pada tanggal 28 Februari 1852 ia di teguhkan
sebagai seorang zendeling dan dengan demikian ia menjadi salah satu dari murid
Gossner yang kemudian diutus ke Medan PI (pekabaran Injil).
Pada tahun 1850 Herdring dan Gossner saling bertemu
dan sepakat untuk mewujudkan gagasan mereka mengenai pekabaran Injil, maka
lahirlah apa yang disebut zendelings Werklieden (zending tukang). Dari Jerman
Gossner memilih calon-calon utusan dan mengirimnya kepada Herdring di Belanda
untuk dilatih bersama-sama calon lainnya yang ada di negeri Belanda. Setelah
mendapat orang-orang yang atas keputusan dan pengakuan imannya, dan mendapat
kepercayaan untuk diutus (calon-calon pekabar Injil pertama), maka pada tahun 1852,
rumah zending di sebelah Pastori Herdring di Setten, dijadikan sebagai tempat
penumpangan dimana mereka dipersiapkan untuk di utus ke Eropa.
Di zetten, tempat dimana para calon pekabaran Injil
yaitu di tampung, terdapat beberapa orang yang siap diutus ke wilayah Hindia
Belanda (Indonesia) masing-masing
1. Grimm
2. Burgers
3. Ottow,
4. Scheineider,
5. Geissler,
6. Michaelis.
Mereka ini setelah dalam kurum waktu yang singkat mendapat pengetahuan teologia (kerohanian dan keterampilan), kemudian diutus untuk pergi ke Medan pekabaran Injil yakni, dunia ke-3 tempat tinggal orang-orang kafir.
Heldring sendiri memimpin ibadah pelepasan
(pengutusan), para pekabar Injil itu dilepaskan pergi. Hari itu tepatnya
tanggal 26 Juni 1852 dengan menumpang kapal Abel Tasman berangkat dari Roterdam
dan akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1852 tibalah mereka di Batavia (sekarang
Jakarta) diantara mereka yang diutus itu ada yang pergi ke pulau-pulau Sangir
Talaud dan Halmahera sedang Ottow dan Geissler khusus untuk daerah Papua.
Perjalanan pertama dari Belanda – Indonesia (Batavia)
sudah dilalui, walaupun permulaan itu amat sukar karena tempat tujuan itu belum
pasti, tetapi bagi pekabar Injil pengalaman itu diterima dengan penuh sukacita.
Setelah tiba di Batavia, Ottow dan Geissler tidak diizinkan oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk melanjutkan perjalanan ke Papuan. Pemerintah Hindia
Belanda, tidak mengizinkan orang yang bukan warga negara Belanda masuk ke
daerah lain di Indonesia yang adalah wilayah jajahannya. Ada dua alasan yakni: Pertama, soal keamanan dan
keselamatan dari ke dua pekabaran Injil itu, dan Kedua, Pemerintah Hindia Belanda
mencurigai orang lain yang masuk ke daerah jajahan mereka.
Ottow dan Geissler dapat berangkat ke Papua jika ada
bukti-bukti dan argumentasi yang kuat dan yang meyakinkan bahwa tempat dimana
mereka tujui tidak akan menimbulkan malapetaka bagi mereka. Karena daerah Papua
dianggap sebagai daerah yang penduduknya terkenal dalam hal peperangan,
perampokan liar dan sebagainya. Alasan itu menyebabkan Ottow dan Geissler
tinggal kurang lebih satu setengah tahun di Batavia sambil menunggu surat izin
yang di keluarkan pemerintah Hindia Belanda.
Geissler menyelenggarakan suatu sekolah di Batavia,
sedang Ottow pergi ke sebuah kampung Makasar, disana ia membuka sekolah bagi
anak-anak Tionghoa dan Sunda. Selama menunggu akhirnya izin ke Papua itu
dikeluarkan (sebuah pas), tetapi terbatas hanya sampai ke Ternate. Izin itu
diusahakan oleh suatu badan zending di Batavia “Het Genootsvhap Voor In-en
Vitwendige zending”.
Badan ini yang berfungsi untuk menampung para utusan
yang datang dari Eropa. Demikian Ottow dan Geissler ditampung oleh badan
sending ini. Mereka hanya sampai ke Ternate, karena ke Papua ada kemungkinan
untuk mengutus para pekabar Injil ke sana. Hal itu didukung oleh
laporan-laporan yang diperoleh bahwa Manokwari (Teluk Doreh) Barat Daya Papua,
dikatakan bahwa penduduk itu bisa diajak bicara (berkomunikasi). Laporan
tersebut berasal dari seorang anggota zending G.F. De Bruin Kops, yang pada
tahun 1850, ikut kapal perang “Circe” (Belanda) Ke Nieuw Guinea dengan tujuan
mengadakan penyelidikan ilmiah dalam rangka menetukan batas Wilayah
pemerintahan Hindia Belanda.
Kops melaporkan demikian: “Teluk Doreh memberikan kesan baik dan menguntungkan. Daerah yang sangat
cocok untuk menjadi tempat tinggal, selain teluknya yang aman, indah permai
terdapat juga air minum,yang melimpah ruah. Daratan Doreh memiliki tanah yang
subur, beriklim sehat dan segar juga terdapat bahan baku rotan, taripan dsb,
untuk bahan perdagagan. Pulau-pulaunya berdekat dan pendudukanya yang ramah,
lemah lembut, sekalipun mereka kelihatan malas terutama kaum lelakinya yang
suka tidur dan merokok, namun mereka dapat bekerja. Disana banyak perahu layar
yang datang singgah dan pergi. Tampan dan bangunan tubuh mereka bersih dan
rapih, bermata bening, gigi mereka berderet putih, mudah senyum dan dapat
dipercayai”
Berdasarkan laporan ini maka pemerintah Hindia Belanda,
mengeluarkan izin bagi Ottow dan Geissler, walaupun terbatas hanya sampai di
Ternate. Tanggal 18 Mei 1854 diadakan kebaktian perpisahan dengan Ottow dan
Geissler di Batavia. Doa-doa yang dinaikan penuh penyerahan kepada Tuhan karena
disadari bahwa pergi ke Tanah Papua mengandung bahaya bagi keduanya. Kebaktian
perpisahan itu memberi kesan yang dalam baik bagi Ottow maupun Geissler, karena
mereka berangkat menuju ke masa depan yang oleh banyak orang dilukiskan sebagai
daerah hitam, “Wilayah Iblis”. Kebaktian
perpisahan itu mengharukan sampai membuat Geissler tertikam dalam batin lalu ia
menulis dalam catatan hariannya demikian: Kami pergi ke daerah yang
belum pernah ada seorang pekabar Injil, kami tidak mengharapkan pertolongan
dari orang lain selain kepada Dia yang mengatakan “Aku menyertai kamu sampai
kepada akhir hidup (Mat 28:20”) … _bersambung ke part 2_
Belum ada Komentar untuk "RIWAYAT HIDUP MISIONARIS OTTOW DAN GEISSLER (Part 1)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.